Saturday, May 04, 2013

Berterimakasih..


Dalam setiap kesempatan acara keluarga dia selalu hadir lebih dulu dan selalu bertindak sebagai anggota panitia yang kebagian tugas paling melelahkan. Seminggu sebelum Hari Raya dia akan selalu datang kerumah. Bila datang, ada saja yang dikerjakannya. Diminta tolong atau tidak , dia kerjakan dengan senang hati. BIla ada keluarga kami yang di opname di rumah sakit maka dia akan membesuk lebih dulu. Itu bukan hanya sekali besuk tapi berkali kali sampai sehat. Baginya keluarga kami adalah keluarganya. Begitulah yang saya tahu tentang dia.Sebetulnya  dulu dia bekerja sebagai supir pribadi saya. Ketika dia berhenti bekerja sebagai supir, saya memberi dia pinjaman uang untuk membeli angkot. Dia berjanji akan mencicilnya. Tidak lebih tiga tahun , hutangnya sudah lunas. Kini, setelah 14 tahun berbisnis angkot, angkotnya sudah berjumlah delapan. Dia sudah jadi juragan angkot dan menjadi ketua asosiasi angkot dikotanya. Dia juga punya usaha restoran yang banyak dikunjungi pelanggan. Juga punya bengkel mobil ber lisensi dealer resmi. Kini, dia sudah jadi pengusaha tergolong menengah. Namun begitu rasa hormatnya kepada saya tidak pernah berkurang. Sama seperti dulu ketika dia jadi supir saya.

Usianya 10 tahun lebih tua dari saya. Sebetulnya dengan posisinya sekarang dia tidak butuh saya lagi. Dan lagi dia tidak berhutang apapun dengan saya. Namun kedekatan dan kehangatan sebagai sahabat terjalin begitu indahnya. Begitu caranya berterimakasih kepada saya. Dia merapat kepada keluarga kami , begitupula saya dan istri serta anak anak mendekat kepada keluarganya.  Ketiga putrinya sudah jadi sarjana dan  bekerja di PMA. Dua sudah menikah dan memberinya tiga cucu yang cantik cantik. Saya perhatikan hidupnya sangat bahagia. Padahal dia tidak pernah mengenyam pendidikan di universitas namun tak sulit baginya mendapatkan rezeki. Apa resep hidupnya ?. Saya ingin tahu. Satu saat saya bertanya kepadanya dan dia mengatakan bahwa prinsip hidupnya hanya satu yaitu pandai berterima kasih. Menurutnya, rasa terimakasih itu bukan hanya dengan kata kata indah atau ucapan penuh basa basi. Tapi terimakasih itu harus diungkapkan dengan perbuatan nyata. Harus diniatkan dihati untuk membalas kebaikan itu dengan apa yang bisa dilakukan. Dia bekerja keras dan penuh pengabdian , itulah cara dia berterimakasih kepada saya.  Dia bekerja keras mengelola angkot agar secepatnya bisa mengembalikan hutang kepada saya. Begitulah caranya membalas “terima” itu. 

Di era sekarang, kebanyakan meminta adalah seni tersendiri. Kalau diberi , hanya kata manis terucapkan sebagai ujud terimakasih namun sikapnya setelah itu tidak menunjukan orang yang pandai berterimakasih. Orang kaya membantu tidak membutuhkan apapun dari simiskin kecuali ridho Allah namun sikaya tak ingin simiskin terus miskin karena pemberian itu. Artinya pemberian itu membuat dia hanya pandai berkata “terimakasih” dan akhirnya menjadikan “meminta sebagai seni untuk hidup. Ini sangat salah. Apapun yang kita terima , dalam bentuk apapun, kita harus mengucapkan terimakasih dan setelah itu harus menjadikan diri kita juga sebagai orang yang memberi dalam bentuk apapun. Jangan sampai kekuatan meminta lebih besar daripada kekuatan memberi. Bila ini terjadi maka hanya soal waktu kita akan terasing ditempat ramai dan dilupakan oleh orang banyak. Ini hukum social. itu sangat keras. Artinya selagi kita pandai berterimakasih maka selama itupula empati orang akan terus berdatangan kepada kita untuk membuat yang sempit menjadi lapang, membuat yang sulit menjadi mudah. KeberhasIlan kita akibat  empati orang lain akan mendatangkan manfaat bagi orang lain lagi, untuk bersama sama saling memberi.

 “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Surah Ibrahim : 7). Rasa syukur adalah wujud rasa terimakasih hambannya kepada Allah. Islam mewajibkan rasa syukur itu dilakukan dengan tiga cara 1) hati, 2) lisan dan 3)anggota badan. Ini harus satu kesatuan. Umunya bila di hati ikhlas, itu akan terungkapkan dengan lisan maka seluruh anggota badan kita akan bergerak untuk berbuat sesuatu agar rasa syukur itu terlaksana. Maka sikap dan perbuatan kita akan selalu bernuansa rasa syukur kepada Allah. Kita akan menjauhi segala larangan Allah. Kita akan menjadi orang yang amanah , jujur , pekerja keras dan ikhlas  berbagi dengan ilmu atau harta atau tenaga bagi orang lain yang membutuhkan. Dengan itu membuat diri kita kuat dan bercahaya melewati jalan kebenaran.  Sebagaimana kata kata bijak Ali Bin Abi Thalib “ Kemurahan hati Allah terhubung ke rasa syukur, dan syukur adalah terkait dengan peningkatan kemurahan-Nya. Kemurahan hati Allah tidak akan berhenti meningkatkan kecuali rasa terima kasih dari hamba berhenti. Jadi ada hubungan antara rasa syukur itu dengan kemurahan hati Allah. Bila Allah telah bermurah hati maka tidak ada urusan didunia ini yang sulit. Semua mudah. Begitulah yang dirasakan oleh manta supir saya.

Sikap ikhsan adalah keseharian kita untuk merendahkan hati  dihadapan Allah dan orang lain dengan pandai berterimakasih; bukan hanya berterimakasih karena pemberian yang menyenangkan tapi juga kepada hal yang tidak mengenakan. Ya, berterimakasihlah kepada orang yang telah melukai hati kita , karena dia telah membuat kita kuat. Berterimakasih lah pada orang yang telah membohongi kita , karena dia telah membuat kita lebih bijaksana. Berterimakasih lah pada orang yang telah membenci kita, karena dia telah mengasah ketegaran kita. Berterimakasih lah pada orang yang mengecewakan kita, karena dia telah melatih kita  untuk lebih ikhlas. Berterimakasih lah pada orang yang menjaga dan mengerti semua keadaan kita, karena disitulah Rahman ALLAH ada bersama kita.

Sunday, April 28, 2013

Ustadz Jeffry...


Uje atau Ustadz Jeffry Al Buchori tutup usia akibat peristiwa kecelakaan bermotor dijalan raya. Ribuan pengiring jenazah mengantarnya ketempat peristirahatan terakhir. Ustadz Jeffry adalah icon anak muda yang sukses sebagai Dai dikota besar. Sebelum menjadi Dai, dia sempat terjerumus oleh budaya kota yang brengsek. Ketika dia bertobat, dia menemukan dirinya dan mengabdikan dirinya untuk dakwah. Berkat media massa, ia menjadi populer layaknya selebritis. Program acaranya di TV mendapat rating tinggi. Business travel menjual paket super plus untuk  Umroh bareng ustadz Jeffry, laku keras. Di Jakarta ada ratusan masjid. Ada ratusan majelis taklim. Ada ratusan kelompok pengajian. Yang kesemuanya membutuhkan Dai sebagai pencerah. Kehadiran Dai berkelas selebritis dalam suatu acara sudah menjadi trend image bagi komunitas kelas menengah atas. Dan tentu semua berhubungan dengan business yang dikelola secara managerial. Dari kegiatan berdakwah itu rezeki mengalir deras sehingga membuat dia menjadi kelompok menengah yang punya kendaraan mewah , rumah mewah dan motor mewah ( motor besar ber cc 650).  

Menjadi ustadz dikota besar seperti Jakarta, menurut teman saya sama dengan menerangkan tempat yang terang benderang. Mengapa ? karena sumber ilmu dan tempat bertanya tersebar luas dimana mana. Artinya pedakwah berada disuatu komunitas yang sudah “melek” lahir batin tentang agama. Namun Jakarta juga merupakan komunitas yang paling banyak orang "lupa". Tempat mereka yang lupa itu bukan berada di Masjid, di studio TV  yang biasa hadir mendengar ceramah sang Dai tapi di Penjara, di Rumah Sakit, di Lokalisasi pelacuran, di Panti Rehabilitasi, Panti Sosial. Mereka adalah korban akibat budaya kota yang brengsek. Seharusnya ketempat tempat itulah mereka  harus didatangi oleh Dai agar mereka bertobat dan dekat kepada ALlah. Namun tak banyak ustadz yang mau mendatangi tempat itu. Tak banyak yang siap untuk datang berdakwah tanpa dibayar apapun. Apalagi kalau sudah menjad Dai terkenal dan acap muncul di media TV, bahkan sudah pula menjadi bintang iklan.Maka semakin jauh untuk mendekat kepada komunitas yang lupa itu, sebagaimana Madam Teresa lakukan di komunitas muram kota Bombai. Sebetulnya ada banyak ustadz hebat berkelas ulama yang mewakafkan hidupnya untuk syiar agama didaerah terpencil. Mereka berjuang tanpa lelah, tanpa uang saku hanya karena mencari ridho Allah.

Teman sepermainan saya ketika kecil yang kini berjihad di Desa terpencil di Lampung sebagai Ustadz. Disamping mengajar mengaji dan imam masjid , dia juga bertani serta menjadi tukang di desa itu. Tidak hanya memberikan pencerahan soal agama tapi juga soal bertani dan ketrampilan tukang kayu. Bila ada pertikaian rumah tangga ,dia akan menjadi hakim yang adil. Bila ada sengketa soal tanah, dia menjadi hakim yang sejuk. Apapun permasalahan sehari hari warga desa akan selalu datang kepadanya untuk diselesaikan. Walau begitu dia bukanlah Kepala Desa. Dia hanya guru lulusan PGA ( Pendidikan Guru Agama). Walau itu adalah desa terpencil yang jarang didantangi pejabat dari kota, yang tak ada lampu listrik namun warga desa itu merasa hidup terang benderang karena seorang ustandz yang hadir ditengah mereka. Ustadz yang selalu tersenyum menghadapi hidup yang tak ramah ini , yang selalu memberikan inspirasi kepada warga desa untuk tetap punya hope. Kehadian Dai bersertifikasi ustadz sangat diperlukan di daerah yang jauh dari uang saku ceramah. Sangat diperlukan. Mengapa ?

Seorang warga Papua, yang menjadi muallaf 5 tahun yang lalu, tetapi belum tahu Al Fatihah dan belum bisa shalat. Alasannya? Belum pernah ada yang mengajarkannya! Mungkin dulu dia dengar ceramah, atau diskusi dengan seorang Muslim, sehingga merasa yakin bahwa Islam adalah agama yang benar dan mau masuk Islam. Tapi setelah itu, dia tidak ketemu seorang ustadz yang bisa membinanya, jadi hanya baca syahaddat saja. Setelah 5 tahun, dia merasa diabaikan dan tidak pernah ketemu ustadz, jadi akhirnya dia putus asa, tinggalkan Islam dan kembali ke agama Kristen. Demikian cerita yang saya dapat dari Blog pribadi Pegiat Islam. Apakah mualaf itu salah sehingga pantas kafir ? saya tidak tahu. Yang pasti ketika hidayah dibukakan Allah kepadanya, tidak ada satupun umat islam yang terpanggil untuk menjadi Pembina sang mualaf itu. Kita bisa saja berdalih bahwa itu bukan urusan kita. Kita bisa saja berdalih apa saja. Tapi  yang harus diketahui bahwa memang hidayah hak Allah namun segala sesuatunya dibumi ini harus bertemu antara syariat dan hakikat. Untuk sampainya hakikat ilahiah maka perlu syariat dengan hadirnya Rasul dimuka bumi sebagai messanger tentang hakikat itu.

Karena Rasul tidak akan ada lagi setelah Nabi Muhammad tutup usia. Siapapun yang merasa punya ilmu agama cukup maka dia memikul tanggung jawab untuk menjadi pencerah ditempat yang gelap. Sebetulnya tanggung jawab dakwah itu bukan hanya orang berilmu agama. Siapapun kita yang beragama Islam punya tunggung jawab yang sama (Ali Imran:104). Bila kita tidak mampu melangkahkan kaki untuk berjihad maka gunakan harta untuk membantu perjuangan itu. Ada teman saya seorang pengusaha yang memberikan zakatnya kepada Ustadz atau Dai yang tinggal di daerah terpencil. Uang zakat itu untuk kebutuhan biaya hidup ustadz berserta keluarganya dan diapun menanggung biaya asuransi kesehatan bagi ustadz dan keluarganya. Apabila orang berilmu dan orang berharta bersatu dalam berjihad demi tegaknya syiar Islam maka perjuangan Islam akan hebat sehebat ketika awal Rasul mensyiarkannya. Bukan masalah siapa digaris depan dan siapa digaris belakang. Tapi semua berbuat karena ingin meninggikan kalimat Allah, demi tegaknya kebenaran, kabaikan dan keadilan dimuka bumi. 

Tuesday, April 16, 2013

Percaya kepada Dukun...?


Saya sering disarankan teman untuk bertemu dengan dukun hebat yang bisa membuat harapan menjadi kenyataan. Yang bisa tahu masa depan bisnis yang akan saya jalankan. Atau mengetahui siapa saja yang baik untuk dijadikan mitra bisnis. Atau membuat orang lain lunak dan akhirnya menurut akan keinginan saya. Semua itu saya tolak dengan tegas.  Selama 30 tahun dalam bisinis saya tidak pernah percaya dengan dukun. Mengapa ? Karena profesi dukun adalah profesi yang bersaing dengan “Allah” dan bertemankan Iblis atau jin. Sebuah profesi yang hanya bisa efektif apabila orang percaya lahir batin. Sebagai umat islam , saya hanya percaya kepada Allah. Setiap sholat , lima kali sehari saya berikrar bahwa Hidupku , sholatku, matiku hanya untuk Allah ( Q.S Al An’aam : 162.). Hanya kepada Allah kami menyembah dan meminta tolong ( Al-Fatihah: 4). Karenanya tidak perlu perantara untuk meminta tolong kepada Allah. Saya  bisa langsung minta kepada Allah (An-Nisa`: 36). Kaum sufi mengatakan bahwa ketika orang sholat sesungguhnya dia sedang berdialogh dengan Allah. Raganya di bumi namun ruhnya di sidratul muntaha. Apakah ada yang lebih hebat dibandingkan Allah.? Bagi saya cukuplah Allah tempat meminta dan kembali akan semua urusan. 

Saya tahu bahwa teman teman yang menganjurkan saya datang ke dukun karena niat baik. Tentu mereka sudah merasakan manfaatnya. Ada teman yang cerita bahwa usahanya tidak kunjung berhasil namun setelah datang ke “Ki”, usahanya jadi sukses dan berkembang. Ada juga yang bercerita, betapa sulit melunakan hati mitra business nya namun setelah minta tolong “ guru”, usahanya berhasil membuat mitranya membuka hati untuk mengeluarkan dana tidak sedikit. Ada juga yang inginkan jabatannya naik dan kalau mungkin terpilih sebagai Pemimpin di Daerah. Setelah mendatangi “eyang” , tak berapa lama impiannya menjadi pejabat tinggi tercapai. Ada juga yang ketika datang ke “orang pintar” dia bisa mengetahui akan masa depan bisnisnya,.jodohnya.  Begitulah cerita yang saya ketahui. Lagi lagi saya tidak terpancing untuk mengikuti “sukses” mereka mendatangi “Ki, Guru, Eyang, Orang Pintar”. Saya ikhlas dengan status sebagai manusia yang serba terbatas namun diberi kekuatan akal dan pikiran yang tidak terbatas oleh Allah. Saya tidak mau kekuatan pikiran saya useless hanya karena percaya dengan “Ki, Guru, Eyang, Orang Pintar”.

Sebagai orang beragama tentu kita  percaya dengan hal yang gaip. Mereka yang menyebut dirinya “Ki, Guru, Eyang, Orang Pintar” adalah orang yang bersandar kepada kekuatan dari alam gaip. Ini sudah menjadi tradisis tua setua tradisi pelacuran. Dengan perantara Jin, bisa mendapatkan informasi dari alam gaip tentang masa depan yang belum terjadi. Bisa melancarkan atau memudahkan keinginan orang mendapatkan miracle dan too good to be true, dan bahkan atas dasar permintaan , mereka bisa menghabisi nyawa orang lain. Itulah sebabnya RUU Tentang Santet dibahas di DPR. Jadi memang ada kekuatan dari dunia lain itu. Walau kini abad sudah bisa membawa orang keluar angkasa. Telah bisa menghubungkan orang lintas ruang dan waktu lewat multimedia system namun keberadaan profesi yang berkolaborasi dengan dunia gaip sangat digemari oleh siapapun. Bahkan kini profesi itu sama hebatnya dengan  profesi lawyer, Celebritis, Dai. Mereka hidup bergelimang harta dan popularitas. Karena maklum, era kini, era kapitalis, Tidak ada yang gratis. Para mereka yang menjual jasa kekuatan alam gaip itu menetapkan tarip yang tidak murah.

Dalam Islam bagaimanapun menyandarkan kepercayaan kepada alam gaip untuk menyelesaikan urusan dunia adalah salah besar. Dari sudut spiritual akan merusak aqidah. Jadi bisa dikatakan hukumnya adalah “haram” atau tergolong syirik. Sebagaimana sabda rasul “Barang siapa yang mendatangi seorang dukun dan bertanya sesuatu maka dia tidak akan diterima sholatnya selam empat puluh hari." Bagi orang yang mendatangi tempat dukun dan mempercayainya maka inilah sabda Rasul  “ Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun dan dia percaya dengan apa yang dikatakannya maka dia telah kufur dengan apa yang telah diturunkan kepada Muhammad SAW.". Secara kejiwaan, kepercayaan kepada dukun membuat kita lemah. Kita diberi kekuatan raga dan akal oleh Allah untuk menyelesaikan masalah, tapi itu tidak kita gunakan. Kita cenderung mencari jalan pintas dengan meminta tolong kepada dukun. Padahal jalan pintas melalui dukun itu tidak pernah menjamin berhasil. Memang ada yang berhasil tapi persentase nya kecil sekali. Lebih banyak yang gagalnya. Mengapa? Karena yang namanya jin kemampuannya terbatas , bahkan lebih rendah dari kekuatan real manusia yang beriman. Tapi memang kehebatan propaganda sang dukun atau “Ki, Guru, Eyang, Orang Pintar”luar biasa. Semakin sulit hidup , semakin banyak kompetisi, semakin megah dunia dipertontonkan semakin banyak orang lemah, bodoh,rakus yang datang ke mereka. Dosa apapun Allah akan ampuni tapi dosa syirik tak ada ampunnya. Sadarlah...

Monday, April 15, 2013

Makna hidup

" Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir" ( Surat Yusuf ayat 87)
***
Bulan lalu kakak ipar saya meninggal dalam usia 61 tahun. Yang saya tahu bahwa seumur hidupnya tidak pernah sakit parah. Dia tidak ada penyakit genetic seperti kolestrol, asam urat , diabetes.  Jadi wajar bila berita kematiannya membuat saya terkejut, apalagi menurut cerita bahwa hanya satu hari dia diopname di rumah sakit, nyawapun melepas dari raganya.  Jauh sebelum dia meninggal, saya memang melihat wajahnya semakin pudar.  Saya tahu bahwa dia lelah dan merasa kalah dalam usia menjelang senja. Karena melihat keadaan anak anaknya yang tak ada satupun yang mapan. Kehidupan ekonominya yang juga semakin buruk. Sementara istrinya kena diabetes yang  berkali kali masuk rumah sakit. Dia pernah mengatakan dia merasa putus asa. Sejak itulah , dia acap murung dan menyalahkan orang lain.  Padahal semua masalah dia menjadi tanggungan istri saya, termasuk masalah anak anaknya selalu pada akhirnya diselesaikan oleh istri saya. Berkali kali saya katakan agar dia bersabar dan melihat hikmah atas setiap masalah yang datang. Dia tidak perlu kawatir. Dia masih punya rumah. Masih punya keluarga. Kalau ada masalah yang tak bisa diatasi, keluarga besar selalu ada untuk membantu. Ini nikmat yang luar biasa dari Allah kepadanya. Dia harus bersukur. Tapi dia tidak melihat itu semua. 

Memang seumur hidupnya dia bekerja keras untuk membahagiakan keluarganya. Semua cara dia lakukan untuk kemajuan usahanya. Kadang saya perhatikan dia tidak peduli lagi akan resiko. Namun ketika sedang menuju puncak , akhirnya jatuh tersungkur begitu saja. Dia tidak menyerah. Dia bangkit lagi. Berjuang lagi dan akhirnya jatuh lagi. Saya senantiasa memberikan semangat agar dia terus berjuang dan berjuang sampai ajal datang. Tapi berjalannya waktu menuju usia  Imenjelang senja ini dia merasa tak ada lagi kekuatan untuk berbuat seperti dulu. Baginya , masa lalu yang suram dan masa kini tetap suram maka masa depan yang belum terjadi dianggapnya juga  suram, maka hilanglah harapan. Ketika orang kehilangan harapan maka separuh jiwanya sudah mati. Mengapa ? Karena harapan adalah sesuatu yang baik. Bahkan sangat baik. Ia menuntun kita dalam gelap dan membawa kita melewati onak dan blukar kehidupan. Dengan harapan membuat kita hidup. Kita bergerak. Ketika orang berputus asa maka kreatifitas nya juga mati. Semangatnya juga mati. Karena putus asa berhubungan dengan hilangnya harapan. 

Begitu pentingnya harapan itu bagi jiwa manusia maka dengan kasih sayangNYA Allah berfirman "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah,' kemudian mereka meneguhkan pendirian, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), 'Janganlah kamu merasa takut (menghadapi masa depan) dan janganlah kamu bersedih hati (terhadap masa lalu)'; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (QS Fushshilat: 30).  Bagi orang beriman ,tak ada istilah putus asa. Tak ada yang perlu dicemaskan, juga tak perlu sedih hati. Mereka yakin bahwa Allah Maha kasih lagi penyayang, dan rahmat-Nya meliputi segenap alam, Makanya perlunya agama untuk memaknai setiap yang terjadi sehingga tertanam sikap sabar. Penyebutan sabar dalam Al-Qur`an tidak kurang dari tujuh puluh kali, dan seluruh nya dalam bentuk pujian dari Allah. Di antaranya, menghubungkan kesuksesan dengan kesabaran (QS. Ali Imran ayat 200), menghubungkan kepemimpinan dalam agama dengan kesabaran dan keyakinan [QS. Sajdah ayat 23].

Manusia diciptakan atas skenario Allah [QS. Al-Hadid :22-23] dengan peran yang sangat mulia yaitu tempat Allah membanggakan ciptaanNYA kepada makluk lainnya ( Shaad:71-72). Artinya manusia adalah makluk yang sangat istimewa. Karenanya saya yakin sekali bahwa siapapun dia akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan kadar tekad dan semangatnya. Orang yang benar-benar ingin menggapai satu tujuan, pasti akan mengoptimalkan segala daya upaya dalam mewujudkannya. Segala yang berpotensi menghalangi pencapaiannya, akan disingkirkan, demi mempercepat dan melempangkan jalan menuju tangga kesuksesan yang selama ini diidamkannya. Detik-detik waktunya selalu disibukkan dengan hal tersebut. Mencari-cari kesempatan dan sarana yang bisa membantu pencapaian keberhasilannya. Pikiran dan kata hatinya juga larut dengannya. Karena ia mengetahui, “keberhasilan sesuai dengan kepenatan yang dilalui”. Proses itu dilalui dengan keyakinan bahwa apapun yang terjadi maka itu adalah pesan dari Allah agar bila berhasil dia harus bersyukur dan bila gagal dia harus bersabar untuk mencari jalan lain.  Soal waktu bila sukses itu akan datang,tIdak usah dipikirkan. Tetap yakin bahwa just the matter of time will be successSesungguhnya Allah menepati janji lagi jujur. Siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Itulah seharusnya yang menjadi pegangan kita orang beriman sampai ajal menjemput. 

Berdasarkan pengalaman dari teman teman dan keluarga yang saya ketahui bahwa apabila seseorang sudah tidak lagi punya harapan maka hanya masalah waktu dia akan Allah panggil pulang. Umurnya menjadi pendek. Itulah yang saya katakan kepada kakak ipar saya. Dia sulit memahami itu. Orang yang cerdas lagi pintar tahu makna hidup, ia akan memikirkan perintah Allah, pelaksanaannya dan taufik dariNya, bukan menunggu-nunggu jaminan dariNya. Sesungguhnya, berputus asa karena hopeless merupakan kerugian yang tidak bisa diukur dengan materi. Berpikir positif dan semangat untuk berkompetisi harus selalu menyala dalam kalbu setiap muslim, jangan sampai pudar. Demikian juga, hendaknya kita melihat limpahan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak pernah putus. Terutama nikmat iman dan Islam. Kalaupun Allah Subhanahu wa Ta’ala menunda kenikmatan yang lain, bila kita mau jujur, kenikmatan yang sudah kita terima dariNya masih jauh lebih banyak...

Sunday, April 07, 2013

Usia senja...


Hari minggu ini ada acara arisan keluarga besar Haji Kloter 26 tahun 2003. Tak terasa telah sepuluh tahun kebersamaan kami sejak dipertemukan Allah dalam satu rombongan keberangkatan ke tanah Suci.  Ketika itu usia saya tepat 40 tahun. Mungkin saya termasuk  jemaah haji termuda dirombongan itu. Karena terbukti kini semua teman satu rombongan haji yang PNS sudah pensiun dan rata rata usia mereka diatas 55 tahun. Seperti biasanya , dalam acara pertemuan itu, diadakan tauziah namun tidak mengundang ustandz khusus. BIasanya salah satu kami akan tampil sebagai penyampai tauziah itu. Ya, kami menyebut saling mengingatkan apa yang harus kami ingat untuk mempertebal keimanan. Yang menarik dalam pertemuan kali ini adalah tauziah yang disampaikan oleh Pak Haji Taufik. Dia menyebut tentang makna umur dan perjalanan menuju usia menjelang ajal.  Dalam tradisi Islam, usia manusia diklasifikasikan menjadi 4 (empat) periode, yaitu 1) periode kanak-kanak atau thufuliyah, 2) periode muda atau syabab, 3) periode dewasa atau kuhulah, dan 4) periode tua atau syaikhukhah. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyebut periode kanak-kanak itu mulai lahir hingga baligh, muda mulai dari usiabaligh sampai 40 tahun, dewasa usia 40 tahun sampai 60 tahun, dan usia tua dari 60-70 tahun.Dia berusaha menyampaikan tauziah itu dengan bahasa sederhana dan dari perspektif sebagai pria yang berusia 66 tahun.  

Saat sekarang kami semua sudah diatas usia 50 tahun. Saya perhatikan semua teman satu kloter 26 tahun 2003 nampak mereka orang yang telah mendapatkan makna kehidupan. Wajah mereka bersih dan hampir tidak ada yang berkeluh kesah karena penyakit. Pak Haji Taufik menyampaikan tentang hadits qudsi Allah berfirman: “Ketika hambaku berusia 40 tahun aku bebaskan dia dari 3 penyakit, gila kusta dan albino. Jika berusia 50 tahun (jika mati) Aku hisab dia dengan hisab yang mudah. Jika berusia 60 tahun Aku buat dia tertarik bertaubat. Jika berusia 70 tahun dia disukai oleh para malaikat. Jika berusia 80 tahun ditulis kebaikannya dan dibuang (tidak ditulis) keburukannya . Jika berusia 90 tahun para malaikat berkata ; dia adalah tawanan Allah (atas jaminan Allah) di bumiNYA, maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang, dan memberi syafaat (bawa berkah) bagi keluarganya.” Hadits ini menyebut usia 40 tahun sebagai awal. Artinya bila seseorang sampai usia 40 tetap istiqamah dalam keimanan dan berlaku ikhsan maka dia termasuk orang yang beruntung dan pantas mendapatkan grant dari Allah. Perhitungan amalnya akan dimudahkan oleh Allah swt. Andaikan masih juga tergelincir berbuat dosa ketika menjelang usia 60 maka Allah akan buat ia condong kepada taubat. Sampai ketika ajal menjemput ia diharapkan kembali kepada Allah dalam keadaan bersih dari dosa. Demikianlah rahmat Allah.

Menjalang usia 40 tahun memang setiap orang menghadapi problema tersendiri. Kami semua sepakat soal ini. Ini disebut dengan krisis paruh baya. Seorang yang gila dunia dan kadang melupakan urusan spiritual bisa saja mengalami kebosanan akhirnya ketika usia 40 merubah haluan untuk dekat kepada agama. Ada juga yang PNS yang hidup damai dalam spritual namun ketika menjelang usia 40 memutuskan untuk berhenti dan beralih profesi sebagai wiraswasta. Setelah itu ia sibuk sekali dan lupa dunia spiritual. Untuk menjadi istiqamah dalam keimanan mencapai kematangan diusia 40 memang tidak mudah. Tidak semua orang mampu melewatinya. Banyak cobaan dan godaan dunia yang bisa membuat kita lupa umur dan tergelincir dalam kekufuran. Batas usia 40 adalah cukup untuk menilai akhir babak dari perjalanan hidup manusia. Apakah dia akan condong kepada Allah ataukah condong kepada dunia. Dan karenanya, tidaklah heran jika para Nabi diutus pada usia 40 tahun. Nabi Muhammad saw. diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun. Begitu juga dengan nabi-nabi yang lain, kecuali Nabi Isa as. dan Nabi Yahya as.

Oleh karena itu, dengan berbagai keistimewaannya, maka patutlah jika usia 40 tahun disebut tersendiri di dalam al-Qur’an. Allah berfirman “ Apabila dia telah dewasa dan usianya sampai empat puluh tahun, ia berdoa, “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.” (Q.S. al-Ahqâf: 15). Dan ingatlah bila usia kita sampai 6o tahun maka sesungguhnya sepertiga  usia kita  habis oleh tidur di malam hari. Sementara sepertiga lagi usia kita berlalu tanpa diketahui, apakah dijalankan ke kanan atau ke kiri. Sepertiga usia kita  yang lain dimangsa oleh sakit, uban, dan kesibukan mengurus keluarga. Waktu kita sangat singkat untuk membalas cinta dan kasih sayang Allah. Rasanya tak pantas kita mengharapkan sorga kecuali Allah memberikan RahmatNya.

Tuesday, April 02, 2013

Pilihan hidup...


Ketika itu musim dingin di Shenzhen, China. Teman menjemput saya di Hotel untuk makan malam di rumahnya. Menurutnya istrinya sudah menyiapkan makanan yang lengkap dan semua dijamin tidak ada babi. Dia tahu bahwa saya muslim yang memang tidak dibenarkan mengkonsumsi Babi. Sebelum sampai dirumah, dia mampir terlebih dahulu ke kawasan louho.Kendaraan berhenti dipinggir jalan dan minta saya tetap dikendaraan.  Dia keluar sambil setengah berlari kearah jembatan penyeberangan. Saya perhatikan dari kejauhan dia menghampiri pedagang ikan hias.Pedagang itu seorang wanita bersama anaknya yang masih balita. Ternyata teman itu tidak membeli ikan hias tapi membeli lumut untuk makanan ikan hias dirumahnya. Menurutnya walau aparatement nya kecil namun dengan adanya aquariujm membuat suasana rumah menjadi lapang. Pikiran saya masih kepada pedagang ikan hias itu. Dalam cuaca dingin dimalam hari, dia masih bertahan untuk menjual sesuatu yang hampir tidak mungkin ada yang berminat untuk membelinya. Karena begitu banyak substitusi produk pakan ikan alami yang harganya murah dan tersedia dietalage supermarket. Tapi dengan keyakinannya dia tetap bertahan untuk menjual. Menurut teman bahwa pedagang itu baru akan pulang setelah dia berbelanja.Biasanya dia belanja sore hari sepulang kantor tapi kini dia belanja jam 7 malam. Artinya 2 jam wanita itu dengan sabar menanti untuk transaksi sebesar RMB 3 ( lima ribu rupiah).

Mungkin, kata teman bahwa dia salah satu pelanggan yang selalu dijaga  dan dinanti kehadirannya oleh pedagang itu. Yang membuat saya kagum adalah bagaimana pedagang itu menanti dengan kesabaran peluang yang datang kepadanya. Konsumen ada dimana mana tapi tidak semua konsumen tertarik membeli. Kalaupun ada yang tertarik membeli belum tentu deal terjadi. Kalaupun deal terjadi belum tentu menjadi pelanggan setia untuk kembali belanja. Pedagang itu sadar sekali dengan keterbatasannya namun dia telah menjadi pebisnis dengan karakter entrepreneurship yang tangguh untuk menghasilkand deal. Saya pernah bertemu dengan pedagang pikulan. Saya bertanya karena tidak banyak lagi kita melihat orang berdagang keliling dengan dipikul. Kebanyakan menggunakan kereta roda. Pedagang itu tidak muda lagi., Mungkin sudah kepala enam.  Saya menyarankan agar dia mangkal saja di pinggir jalan untuk menanti pembeli. Menurutnya bahwa dia tidak tahu dimana Allah menurunkan rezeki, jadi dia nggak bisa menunggu saja apalagi dagangnya bukan sesuatu yang istimewa. Dan rezeki itu memang bukan ditunggu, harus dijemput. Karena rezeki nggak ada yang nganterin, Setiap langkah kita dalam mencari rezeki ada yang menghitungnya, dan jika kita ikhlas dengan semua langkah yang kadang tak menghasilkan apapun itu, cuma ada dua kemungkinan. Kalau tidak Allah mempertemukan kita dengan rezeki di depan sana, biarkan ia menjadi tabungan amal kita nanti.

Apa yang membuat wanita dengan balitanya tangguh  menjadi pebisnis ditengah keterbatasannya ? ya karena budaya petarung menjadi bagian dari budaya china. Semua orang china sedari kecil sudah dididik untuk survival. Orang tua tidak pernah memanjakan anak anaknya dengan kemudahan tapi memberikan mereka kebebasan berbuat apa saja selagi tidak merusah kehormatan keluarga. Sekecil apapun yang mereka dapatkan, kehormatannya lebih tinggi dibandingkan mereka berpangku tangan apalagi menadahkan tangan. Pria tua yang saya temui itu begitu perkasa melewati takdirnya dengan keterbatasan karena motivas agama yang memang mewajibkan setiap umat islam untuk bertarung melewati segala hambatan dengan sabar dan ikhlas. Begitu banyak hadith dan Al Quran yang membujuk orang untuk sabar dalam kesulitan, bahkan Allah mengatakan bahwa Allah berserta orang orang yang sabar. Budaya china dan didikan islam sangat kental sekali untuk menyiapkan setiap orang menjadi entrepreneur. Bahkan Allah memilih Rasul akhir zaman dari golongan pedagang dan keluarga pedagang. Bukan keluarga para hamba sehaya. Bukan. Karena orang yang berhasil berbuat dengan kekuatan hatinya dia akan berguna bagi orang lain. Beda dengan hamba sahaya yang hanya dituntut berbuat dengan tenaganya namun hati dan hidupnya milik tuannya untuk dia mengabdi seumur hidup.

Ya, semua orang bisa menjadi pebisnis yang berdagang barang ataupun jasa namun tidak semua mampu menjadikan entreneurship sebagai pilihan hidup. Tidak semua orang memiliki kemampuan berkorban menjalani kerasnya tantangan dalam menjemput rezeki. Tidak semua orang mempunyai kemampuan melalui jalan panjang, panas terik, deras hujan dan bahkan tajamnya kerikil untuk membuka harapan esok pagi. Tidak semua orang mampu menerima bila harus teramat sering menggigit jari menghitung hasil yang kadang tak sebanding dengan deras peluh yang berkali-kali dibasuhnya sepanjang jalan. Kehebatan enterprenuership bukanlah terletak kepada keahlian management, keahlian tekhnis , keahlian profesi tapi terletak kepada kekuatan jiwanya berdialogh dengan ketidak pastian. Masa depan digayuhnya dengan begitu banyak masalah dan kelelahan namun hatinya tetap berkata bahwa hari ini dia menanam harapan  agar besok dia bisa menikmati buahnya. Memang untuk hidup berguna bagi orang lain apalagi untuk orang banyak  tidaklah mudah. Yang mudah adalah hidup sebagai hamba sahaya atau pegawai atau buruh yang dibayar karena tenaganya untuk  dirinya dan keluarganya. Itu saja. Silahkan tentukan pilihan hidup. 

Thursday, March 28, 2013

Berjuang untuk hidup


Saya membaca kisah ( Kompas.com 22/03/13) tentang Said (12), siswa kelas VI SDN 1 Mimbaan, Kecamatan Panji, Situbondo, Jawa Timur, rela menjadi pemulung untuk membayar tunggakan SPP 8 bulan.” Saya memungut sampah-sampah tidak merasa terpaksa, saya ikhlas , untuk membeli beras dan membayar biaya sekolah yang belum sempat saya bayar selama 8 bulan. Saya malu sekali kepada teman-teman dan bapak guru karena tak mampu bayar SPP sekolah," ujar Said. Namun dia tidak menyalahkan orang tuanya yang miskin. Dia bekerja keras dengan ikhlas untuk bisa membantu orag tuanya membeli beras. Dia tidak menyalahkan Bupati yang tak menyediakan anggaran untuk sekolah gratis seperti Jokowi di Solo dan di Jakarta. Dia bekerja keras untuk membayar uang sekolah agar pemda punya uang untuk menggaji guru. Dengan itu dia tidak merasa kecil hati. Cita citanya tetap tinggi setinggi anak anak dari keluarga mampu. Ada tiga hal yang dialami oleh Said. Pertama , kemiskinan karena terlahir dari keluarga miskin. Kedua, kezoliman karena tinggal diwilayah yang dipimpin oleh pemerintah yang tidak punya empati kepada orang miskin. Ketiga, bertarung untuk cinta.

Apa yang dirasakan oleh Said , dapat juga saya rasakan. Bahkan kenangan masa kecil saya seakan tergambar dengan jelas dari kisah Said. Saya ingat ketika Guru menanyakan uang SPP yang belum terbayar maka seluruh mata dikelas seakan memandang saya dan mentertawakan kemiskinan saya. Setelah itu seperti biasa saya akan menyendiri dari teman teman. Saya tidak menyesali keadaan orang tua saya yang miskin. Saya hanya malu karena gagal memenuhi kewajiban saya membayar SPP. Saya menangis dalam kesendirian. Ada keinginan untuk berhenti sekolah namun saya tidak mau kehilangan cita cita. Karena berkali kali ibu  saya mengingatkan kepada saya bahwa bila saya mencintai kedua orang tua maka saya harus selesai sekolah. Ketika sampai dirumah. Tak ingin saya menyampaikan pesan guru agar orang tua saya membayar uang SPP yang menunggak. Saya sangat mencintai kedua orang tua saya, dan kenal betul akan mereka yang akan melakukan apa saja untuk bisa menyekolahkan saya. Hanya memang belum punya uang. Dengan tidak meminta uang SPP apalagi mengeluh kepada orang tua , mungkin itulah yang terbaik untuk menjaga perasaan orang tua. Yang pasti dengan kekuatan cinta ibu membuat saya tidak lemah dalam kemiskinan.

Karena itulah saya memutuskan untuk do something dengan kedua tangan saya. Dari SMP sampai SMA saya sudah berdagang untuk biaya sekolah dan membantu orang tua. Saya lakukan itu semua dengan riang tanpa beban. Disekolah saya tidak merasa minder lagi karena saya tidak pernah menunggak SPP. Saya bergaul dengan teman teman sekolah tapi tidak begitu larut dalam pergaulan karena saya punya dunia sendiri sebagai anak pinggiran yang harus bekerja untuk survive., Ya tanpa saya sadari saya telah menjadi petarung terhadap diri saya sendiri dan sekaligus untuk keluarga dan masyrakat. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan hidup Said. Proses yang dilaluinya sama dengan ulat didalam kepompong yang berusaha keluar untuk menjadi kupu kupu yang indah. China ketika reformasi Deng , menghapus semua program populis untuk rakyat miskin. Namun pada waktu bersamaan Negara memberikan kebebasan bagi rakyat untuk berproduksi dan menjaga keadilan akan sumber daya. 30 tahun kemudian, sebagian besar pemimpin China dan konglomerat China adalah tadinya para anak anak dari keluarga miskin yang harus berjuang untuk hidup. Tentu tidak semua menjadi kapten dan pengusaha besar , tidak semua menjadi pemimpin dan bertitel berjenjang namun semua mereka berhasil menjadi “ something else”. Mereka menjadi asset bangsa yang kuat mandiri tanpa berkeluh kesah dengan kesulitan..

Proses untuk menjadi “something” itu memang berat dah sulit, kadang menyakitkan. Namun begitulah Allah bertitah tentang kehidupan ini. Hal yang sulit dan sakit dirasakan belum tentu buruk bagi kita. Tentu ada rahasia dibalik  itu. Kita harus percaya bahwa Allah maha bijaksana. Sebagaimana Said karena cinta dia ikhlas. Karena cinta dia kuat. Karena cinta dia berbuat walau dalam keterbatasan.  Anak anak seperti Said, mungkin jutaan jumlahnya. Ada yang terkapar kalah dan akhirnya pasrah. Ada yang tertatih meraih cita citanya namun tetap bersemangat untuk melaju. Mungkin sebagian mereka dimasa depan akan melengkapi strata masyarakat. Ada yang jadi simiskin yang duapa harta dan ilmu, ada yang tak miskin namun juga tak kaya. Ada yang kaya. Yang miskin akan sabar dalam kemiskinannya. Yang kaya akan berbagi kepada yang miskin. Itulah karena komunitas mereka adalah komunitas yang lahir dari dunia yang tak ramah. Mereka pertarung yang tak dimanjakan oleh fasilitas berobat gratis, sekolah gratis, makan gratis. Kaya ataupun miskin , mereka tetaplah orang baik yang tak pernah berkeluh kesah , yang sadar makna sabar dan ikhlas. Ya mereka tidak seperti  komunitas bangsa Eropa dan AS yang selalu dimanjakan dengan fasilitas jaminan social Negara , yang makmur menjadi sombong namun ketika Negara bangkrut banyak dari mereka memilih  bunuh diri alias loser. Seharusnya mereka manjadi tongkat negara malah menjadi beban negara sampai mati. 

Kini saya sebagai orang tua. Memang saya tidak membuat anak anak saya harus bekerja untuk makan dan bayar uang sekolah. Saya memberi mereka fasilitas untuk mereka “berjalan” dan bukan “berlari “ namun saya menanamkan kondisi bahwa mereka harus bangga dengan effort mereka, dengan pilihan mereka, dan karenanya mereka harus "bertarung" mendapatkannya. Mereka harus menjadi diri mereka sendiri lepasa dari bayang  bayang saya. Mereka harus menjadi bayang bayang Allah agar mereka menjadi orang yang sabar ketika gagal dan bersyukur ketika sukses. Agar hanya kepada Allah mereka menyembah dan meminta tolong, bukan kepada saya orang tuanya. Saya hanya penonton takdir mereka sambil berdoa agar mereka tetap istiqamah, sabar melewati segala rintangan. Miskin ataupun kaya, bertitel hebat atau biasa saja, tak penting, yang penting hidup mereka berguna bagi orang lain. Itu saja. 

Derita rakyat desa...

  YMP Prabowo mengatakan dalam pidato kenegaraannya. “Janganlah kita bangga diterima sebagai anggota G-20 (kelompok negara berpendapatan tin...