Hari minggu ini ada acara arisan
keluarga besar Haji Kloter 26 tahun 2003. Tak terasa telah sepuluh tahun
kebersamaan kami sejak dipertemukan Allah dalam satu rombongan keberangkatan ke
tanah Suci. Ketika itu usia saya tepat
40 tahun. Mungkin saya termasuk jemaah
haji termuda dirombongan itu. Karena terbukti kini semua teman satu rombongan
haji yang PNS sudah pensiun dan rata rata usia mereka diatas 55 tahun. Seperti
biasanya , dalam acara pertemuan itu, diadakan tauziah namun tidak mengundang
ustandz khusus. BIasanya salah satu kami akan tampil sebagai penyampai tauziah
itu. Ya, kami menyebut saling mengingatkan apa yang harus kami ingat untuk
mempertebal keimanan. Yang menarik dalam pertemuan kali ini adalah tauziah yang
disampaikan oleh Pak Haji Taufik. Dia menyebut tentang makna umur dan
perjalanan menuju usia menjelang ajal. Dalam tradisi Islam, usia manusia diklasifikasikan menjadi 4 (empat) periode, yaitu 1) periode kanak-kanak atau thufuliyah, 2) periode muda atau syabab, 3) periode dewasa atau kuhulah, dan 4) periode tua atau syaikhukhah. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyebut periode kanak-kanak itu mulai lahir hingga baligh, muda mulai dari usiabaligh sampai 40 tahun, dewasa usia 40 tahun sampai 60 tahun, dan usia tua dari 60-70 tahun.Dia berusaha menyampaikan tauziah itu dengan bahasa sederhana dan dari
perspektif sebagai pria yang berusia 66 tahun.
Saat sekarang kami semua sudah diatas usia 50 tahun. Saya perhatikan semua teman satu kloter 26 tahun 2003 nampak mereka orang yang telah mendapatkan makna kehidupan. Wajah mereka bersih dan hampir tidak ada yang berkeluh kesah karena penyakit. Pak Haji Taufik menyampaikan tentang hadits qudsi Allah
berfirman: “Ketika hambaku berusia 40 tahun aku bebaskan dia dari 3 penyakit,
gila kusta dan albino. Jika berusia 50 tahun (jika mati) Aku hisab dia dengan
hisab yang mudah. Jika berusia 60 tahun Aku buat dia tertarik bertaubat. Jika
berusia 70 tahun dia disukai oleh para malaikat. Jika berusia 80 tahun ditulis
kebaikannya dan dibuang (tidak ditulis) keburukannya . Jika berusia 90 tahun
para malaikat berkata ; dia adalah tawanan Allah (atas jaminan Allah) di
bumiNYA, maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang, dan
memberi syafaat (bawa berkah) bagi keluarganya.” Hadits ini menyebut usia 40
tahun sebagai awal. Artinya bila seseorang sampai usia 40 tetap istiqamah dalam keimanan dan berlaku ikhsan maka dia termasuk orang yang beruntung dan pantas mendapatkan grant dari Allah. Perhitungan amalnya akan dimudahkan oleh Allah
swt. Andaikan masih juga tergelincir berbuat dosa ketika menjelang usia 60 maka Allah akan buat ia condong kepada taubat. Sampai ketika ajal menjemput ia diharapkan kembali kepada Allah dalam keadaan bersih dari dosa. Demikianlah rahmat Allah.
Menjalang usia 40 tahun memang setiap orang menghadapi problema tersendiri. Kami semua sepakat soal ini. Ini disebut dengan krisis paruh baya. Seorang yang gila dunia dan kadang melupakan urusan spiritual bisa saja mengalami kebosanan akhirnya ketika usia 40 merubah haluan untuk dekat kepada agama. Ada juga yang PNS yang hidup damai dalam spritual namun ketika menjelang usia 40 memutuskan untuk berhenti dan beralih profesi sebagai wiraswasta. Setelah itu ia sibuk sekali dan lupa dunia spiritual. Untuk menjadi istiqamah dalam keimanan mencapai kematangan diusia 40 memang tidak mudah. Tidak semua orang mampu melewatinya. Banyak cobaan dan godaan dunia yang bisa membuat kita lupa umur dan tergelincir dalam kekufuran. Batas usia 40 adalah cukup untuk menilai akhir babak dari perjalanan hidup manusia. Apakah dia akan condong kepada Allah ataukah condong kepada dunia. Dan karenanya, tidaklah heran jika para Nabi diutus pada usia 40 tahun. Nabi Muhammad saw. diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun. Begitu juga dengan nabi-nabi yang lain, kecuali Nabi Isa as. dan Nabi Yahya as.
Menjalang usia 40 tahun memang setiap orang menghadapi problema tersendiri. Kami semua sepakat soal ini. Ini disebut dengan krisis paruh baya. Seorang yang gila dunia dan kadang melupakan urusan spiritual bisa saja mengalami kebosanan akhirnya ketika usia 40 merubah haluan untuk dekat kepada agama. Ada juga yang PNS yang hidup damai dalam spritual namun ketika menjelang usia 40 memutuskan untuk berhenti dan beralih profesi sebagai wiraswasta. Setelah itu ia sibuk sekali dan lupa dunia spiritual. Untuk menjadi istiqamah dalam keimanan mencapai kematangan diusia 40 memang tidak mudah. Tidak semua orang mampu melewatinya. Banyak cobaan dan godaan dunia yang bisa membuat kita lupa umur dan tergelincir dalam kekufuran. Batas usia 40 adalah cukup untuk menilai akhir babak dari perjalanan hidup manusia. Apakah dia akan condong kepada Allah ataukah condong kepada dunia. Dan karenanya, tidaklah heran jika para Nabi diutus pada usia 40 tahun. Nabi Muhammad saw. diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun. Begitu juga dengan nabi-nabi yang lain, kecuali Nabi Isa as. dan Nabi Yahya as.
Oleh karena itu, dengan berbagai
keistimewaannya, maka patutlah jika usia 40 tahun disebut tersendiri di dalam
al-Qur’an. Allah berfirman “ Apabila dia telah dewasa dan usianya sampai empat
puluh tahun, ia berdoa, “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat
Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku
dapat berbuat amal yang shaleh yang engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku
dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada
Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.” (Q.S. al-Ahqâf: 15).
Dan ingatlah bila usia kita sampai 6o tahun maka sesungguhnya sepertiga usia kita habis oleh tidur di malam hari. Sementara sepertiga lagi usia
kita berlalu tanpa diketahui, apakah dijalankan ke kanan atau ke kiri. Sepertiga
usia kita yang lain dimangsa oleh sakit,
uban, dan kesibukan mengurus keluarga. Waktu kita sangat singkat untuk membalas
cinta dan kasih sayang Allah. Rasanya tak pantas kita mengharapkan sorga kecuali Allah memberikan RahmatNya.
No comments:
Post a Comment