Pernah satu kali istri saya bertanya kepada saya , mengapa saya tidak pernah mengeluhkan sakit bila sedang sakit. Atau mengeluh dengan peliknya pekerjaan yang saya hadapi. Pertanyaan itu disampaikannya ketika saya mengurut kakinya menjelang tidur. Saya tahu betul bahwa dia akan tertidur nyaman bila saya sudah mengusap kakinya. Bagi saya membuat dia senang dan nyaman itu lebih baik , walau karena itu saya harus mengusap kakinya. Saya sadar bahwa secara phisik itu tidak ada artinya bagi dia. Tapi secara kejiwaan, itu sangat berarti sekali baginya, bahwa saya peduli. Walau kadang saya lelah dengan beban pikiran namun tak sulit bagi saya untuk mengalihkan beban itu dengan aktifitas lain seperti berkumpul dengan teman, atau membaca buku, menulis blog atau pergi ke Masjid.. Saya akan mudah sekali melupakan beban dan mendapatkan kebahagiaan untuk itu. Ya, itu sebabnya dihadapan istri , saya tidak mudah berkeluh kesah karena sakit atau pekerjaan.
Tapi tidak demikian dengan wanita. Wanita mudah berkeluh kesah dan cenderung menyikapi persoalan dengan serius , yang tak mudah diselesaikan dalam sekejap. Sedikit saja emosinya terganggu , itu akan menjadi beban pikirannya. Kadang letupan emosi keluar dalam bentuk air mata atau marah, atau cemberut. Kalaupun wanita berusaha untuk mengalihkan beban pikirannya melalui kegiatan yang menyenangkan namun itupun tidak mudah sebagaimana pria lakukan. Dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah Saw. bersabda, ...Jagalah pesanku tentang kaum perempuan agar mereka diperlakukan dengan baik. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika engkau berusaha untuk meluruskannya, tulang itu akan patah. Jika engkau membiarkannya, tulang itu tetap bengkok. Oleh karena itu, jagalah pesanku tentang kaum perempuan agar mereka diperlakukan dengan baik.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam diri wanita ada kebengkokan naluriah yang tidak bisa diluruskan oleh siapapun. Namun, demikianlah tuntutan kebijaksanaan Allah Swt. sebagaimana termasuk kebijaksanaan-Nya Dia menjadikan laki-laki memiliki kemampuan untuk memelihara hal ini dengan membawanya pada pergaulan yang baik. Secara chemisry memang wanita dirancang lebih rentan terhadap goncangan emosi. Setidaknya demikian yang disimpulkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Institut Karolinska Swedia. Bahwa satu dari empat wanita dirawat karena depresi. Sementara kenyataannya hanya 1 dari 10 pria terkena depresi. Perbedaan ini penyebabnya adalah cara dan proses hormon bahagia serotonin bekerja pada pria dan wanita. Hormon serotonin mempengaruhi perasaan bahagia kepuasan, mengurangi nafsu makan dan memperbaiki kualitas tidur. Rendahnya tingkat serotonin dihubungkan dengan depresi. Dari hasil pindai otak pria dan wanita, ditemukan reseptor otak wanita berbeda dengan pria. Sel reseptor di otak pria lebih cepat merespon aliran hormon bahagia dan aliran nutrisi ketimbang wanita.
Dalam penelitian yang dilakukan University of Montreal juga menemukan bahwa hormon serotonin pada otak pria 52 persen lebih banyak dari pada wanita. Alasannya, adanya perbedaan dalam hormon seks pada pria dan wanita. Hormon seks estrogen dan testosteron telah lama dikenal untuk mempengaruhi perilaku. Tingkat estrogen lebih berfluktuasi pada wanita. Dr Andrei Novac, profesor klinis psikiatri di University of California Irvine School of Medicine menyatakan, hormon estrogen merangsang reseptor di otak. Saat hormon berfluktuasi, sensitivitas serotonin otak berubah. Sehingga, saat estrogen rendah, wanita merasa tidak bahagia. Beberapa faktor penyebab estrogen rendah adalah sebelum menstruasi (PMS), setelah melahirkan dan menopause. Hal ini diperparah bila pria tidak menyadarinya dan justru membuat wanita lebih tertekan. Atau bisa juga akibat trauma ulah pria sendiri.
Agama berkata , sains membenarkan. Apalagi yang membuat kita ragu untuk percaya akan firman Allah. Imam Al-Ghazali berkata, bahwa salah satu kewajiban suami terhadap istri adalah memperlakukannya dengan baik. Perlakuan baik kepadanya bukan hanya tidak menyakitinya, melainkan juga bersabar atas perilaku buruk, kelambanan, dan kemarahannya untuk meneladani Rasulullah Saw. Ketahuilah bahwa ada istri beliau yang mengejek beliau dengan mengulang perkataannya dan ada pula yang tidak memedulikan beliau hingga malam. Lebih dari itu, laki-laki dapat lebih bersabar atas perilaku buruk istri dengan humor atau perbuatan yang bisa menyenangkan hatinya. Bagi pria yang masih merasa superior terhadap wanita dan lupa bijak terhadap wanita, maka inilah sabda Rasul “Aku ingatkan kepada kalian tentang hak dua orang yang lemah, yaitu anak yatim dan perempuan.” (HR Imam Ahmad, ibn Majah, dan Al-Hakim). Camkan,itu. !
Bila kenyataannya kini wanita menuntut kesetaraan dengan pria , maka itu tak lain karena zaman berubah akibat ulah pria juga. Banyak wanita baik baik akhirnya terpuruk dilembah nista karena pria entah itu suaminya , bapaknya, pamannya, abangnya, adiknya, kakaknya tak lagi bisa bertanggung jawab kepada mereka. Banyak wanita yang akhirnya menduduki posisi strategis diperusahaan, di pemerintahan atau profesi professional lainnya karena pria tidak bisa berperan dengan baik sebagaimana fungsi dan tanggung jawabnya. Saya yakin kesetaraan gender tidak akan mengemuka menjadi isu social bila pria memang bisa menempatkan dirinya dengan segala kelebihan yang diberikan Allah untuk bersikap lebih bijak dibandingkan wanita yang memang secara chemistry lebih rentan dibandingkan pria.
Siapapun wanita , entah itu Ibu, istri, anak perempuan, sahabat, kerabat, mereka semua adalah tempat ujian bagi setiap pria untuk melatih diri agar lebih sabar dan pandai bersikap bijak. Perlakuan pria kepada wanita adalah ripliksi pribadi pria. Nabi mengatakan bahwa sebaik baiknya pria adalah yang bisa memuliakan istrinya, bertanggung jawab kepada ibunya, mencintai anak perempuannya, kakak/adik wanitanya.Mungkin ada wanita yang cerdasnya melebihi pria namun bukan berarti menjadikan wanita sebagai pemimpin diantara pria. Bahwa wanita lemah namun tidak untuk dilemahkan. Artinya kelemahan wanita juga tidak otomatis menghilangkan haknya untuk diajak bermusyawarah khususnya dalam urusan rumah tangga. Sudah saatnya kini pria memahami wanita lebih menyeluruh agar kehidupan kembali normal seperti agama menuntun dimana wanita berlaku elok dan hormat kepada pria. Karena memang pria menempatkan rasa hormat dan tanggung jawab penuh kepada kaum wanita.