Saya punya kakak perempuan seorang guru dan suaminya PNS di Pemda. Walau keduanya bekerja namun kehidupan rumah tangga mereka sangat harmonis. Bagi kami bersaudara , kakak kami itu menjadi panutan. Betapa tidak ? walau suaminya bekerja sebagai bendahara di PEMDA namun mereka tetap hidup sederhana. Suaminya sangat jujur dan Kakak saya sendiri Guru SD yang juga sangat tinggi dedikasinya. Walau kakak saya punya pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan suaminya namun rasa hormatnya kepada suaminya sngat tinggi. Ketika saya tanya jawabnya sederhana sekali " Saya bekerja karena izin suami. Kalau dia larang saya bekerja itu adalah haknya. Jadi tak ada alasan saya menepuk dada dengan pekerjaan saya." Sementara suaminya berkata " Saya menghormati dia karena dia ikhlas membantu saya mencari nafkah. Karena kamu tahulah berapa gaji bagi PNS seperti saya. " Saya melihat keluarga kakak saya , saya melihat bagaimana Al Quran menempatkan keistimewaan seorang suami yang memimpin keluarga dan bagaimana menempatkan istri sebagai yang dipimpin.
Istri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-Iaki adalah pemimpin kaum wanita. (An-Nisa’: 34).. Artinya istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri. (Al-Baqarah: 228). Dan yang lebih penting adalah soal kewajiban bahwa ”Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’: 39). Tidak ada alasan istri untuk tidak taat kepada suami kecuali bila suami menyuruh berbuat maksiat. Apapun yang lakukan oleh istri itu haruslah atas permintaan suami termasuk bekerja diluar rumah. Nilai ibadahnya bukan soal pekerjaanya tapi kepada ketaatannya kepada suami. Jadi bagi istri yang tinggal dirumah tanpa pembantu tidak perlu kecewa karena setiap keringatnya dihitung sebagai ibadah oleh Allah. Bagi istri yang bekerja diluar rumah atas permintaan suami tidak perlu merasa superior bila penghasilannya lebih besar dari suami karena tanpa izin suami maka penghasilannya itu haram. Ingatlah bahwa Allah hanya memberi satu syarat bagi istri untuk bisa masuk sorga yaitu bila dia taat dan setia kepada suaminya , dan tentu dia harus beriman.
Jadi kewajiban istri hanya satu yaitu taat kepada suami. Sekilas nampak sangat tiran. Lantas bagaima soal hak istri ? Hak itu melekat pada kewajiban suami terhadap istri termasuk cara memperlakukan istri agar suami tidak berlaku sewenang wenang. Dalam hubungan ini, memang terkesan ada kesetaraan antara istri dan suami. Seperti - Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum: 21). Karenanya harus saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya. (An-Nisa’: 19 - Al-Hujuraat: 10). agar terjadi suasana pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19). Dan mau menempatkan rasa hormat untuk saling menasehati dalam kebaikan. (Muttafaqun Alaih). Emansipasi itu terletak pada human being bukan soal hak dan kewajiban yang sudah jelas diatur oleh Allah.
Akhirnya yang lebih penting adalah “ Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama.” (At-aubah: 24). Namanya ujian tentu bukanlah hal yang mudah dan murah. Mungkin banyak hal yang tidak disukai terhadap istri tapi ketahuilah dibalik yang tidak disukai itu ada kebaikan. Begitulah Allah menguji keimanan kita. Segala sifat mulia harus teaktualkan dalam berhubungan dengan istri. Rasul bersabda “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi). Dari suami yang sholeh tentu akan mendapatkan istri yang juga sholeh. Karena Allah mengajarkan kepada semua pria sholeh untuk berdoa agar mendapatkan istri yang sholeh. (AI-Furqan: 74).
Dari keluarga kakak saya , itu semua terurai dengan begitu indahnya. Tidak ada lain yang nampak dipermukaan kecuali rasa hormat satu sama lain untuk menjadikan semua sebagai ibadah kepada Allah. Semoga persepsi tentang emansipasi wanita tidak sampai pada melawan firman Allah. TIdak sampai menempatkan istri merasa superior dan akhirnya suami merasa rendah. Maha benar Allah atas segala firmanNya.
Wallahualam