Tuesday, February 02, 2010

SBY

“Your president is very tolerant with the law and culture. His political style truly humbled” Kata teman saya ketika saya bertemu dalam satu kesempatan. Teman ini terkesan dengan sikap presiden dalam menyelesaikan berbagai masalah politik dalam negeri maupun luar negeri. Ungkapan ini acap saya dengar dari slogan Partai Demokrat yang mengutamakan politik egeliter, santun dan saling hormat menghormati serta menempatkan hukum diatas segala galanya. Sikap ini adalah cermin dari pribadi seorang SBY. Padahal” He is a soldier with a four-star” lanjut teman saya yang seakan memperkuat logika bahwa sikap SBY adalah antagonis terhadap latar belakang dia dibesarkan.

Saya tak mengenal terlalu jauh tentang SBY. Tapi saya tahu betul bahwa didekatnya ada sahabat saya yaitu Achmad Mubarok, yang saya kenal baik. Achmad Mubarok adalah seorang tokoh religius yang dibesarkan dikalangan NU dan intelektuali yang rendah hati. Pernah satu kesempatan sebelum Partai Demokrat berkibar atau exist, saya sempat bertanya sikapnya yang selalu diam dalam setiap debat diskusi. Kesan saya dia terlalu lemah untuk berbeda pendapat. Tapi apa jawabannya atas sikapnya ” sikap diam saya bukanlah tidak sependapat atau sependapat dengan orang lain tapi hanya sekedar meyakinkan orang itu bahwa saya bersedia mendengar. Mungkin itu lebih baik bagi dia daripada saya menyangkalnya. ” Itulah pribadi sahabat saya ini dan itu pula mungkin dia cocok untuk terus bersama SBY.

Achmad Mubarok bukanlah orang yang doyan dengan kekuasaan dan kehormatan. Dia tak ingin duduk di DPR walau kesempatan untuk itu ada. Diapun tak ingin duduk di kabinet walau dia sangat dekat dengan SBY.Penguasaan agama yang begitu luas dan pergaulan yang luas dikalangan pelajar Islam didalam maupun luar negeri telah menempatkannya sebagai pribadi yang tawadhu. Tak sulit baginya untuk mematahkan setiap argumen orang dalam tesis agama maupun sekular tapi dia memilih menjadi pendengar yang baik. Bila dia berbicara maka itu karena orang meminta dia berbicara. Seperti kotbah agama, atau dalam forum diskusi. Kadang kata kata yang keluar dari mulutnya terkesan pedas” Kebenaran itu kalau disampaikan oleh orang yang berbeda paham kadang terdengar sangat pedih.” dan dia tidak peduli bila karena itu orang kecewa dengannya.

Begitulah tentang sahabat saya itu yang dipercaya oleh SBY sebagai Wakil Ketua Umum Partai Demokrat. Saya tidak tahu apakah SBY dalam sikap kesehariaannya sebagai presiden dipengaruhi oleh Achmad Mubarok. Tapi kata orang bijak, sikap kita dipengaruhi oleh orang terdekat kita” . Kenyataanya yang ada dimana situasi politik kita yang diwarnai oleh gaya politik para elite yang sarat dengan kepentingan golongan, memang terkesan mendapat ruang kebebasan dalam bersikap dan berbicara.. Pansus DPR , protes LSM , Protes Tokoh Masyarakah adalah repliksi dari pribadi SBY yang memang tahu betul bahwa orang membutuhkan untuk didengar. Dengan kekuasan yang ada ditangannya, dan dukungan significant dari rakyat, tak sulit bagi SBY untuk meredam itu semua tapi dia memilih untuk menghadapinya dengan santun.

Bagi kebanyakan orang menilai SBY bersikap lambat dan tidak tegas. Sebetulnya kita lupa bahwa sebuah tindakakan yang bijak bukanlah dinilai dari apa yang kita lihat dan dengar tapi lebih daripada itu apa yang kita rasakan. Disinilah seseorang dituntut untuk berdialogh dengan dirinya, juga dengan Tuhan. Akal ditempatkannya sebagai raja dalam dirinya namun nuraninya sebagai hakim agung untuk menilai dan kemudian memanfaatkan nafsunya sebagai laskar untuk bertindak. Itulah sebabnya sikap dan perbuatannya terkesan lambat dan tidak tegas karena nafsu dibawa komando akal yang loyal kepada nurani sebagai hakim agung dalam dirinya.

Masalah bangsa ini adalah masalah karakter. Kita ingin semua serba cepat dan mudah, yang dibungkus oleh sikap paranoid tentang segala hal. Ya, kita benci neoliberal tapi bukan berarti kita membenci semua hal tentang liberalisasi yang akhirnya membuat kita kembali ke sistem yang otoriter business dan kekuasaan. Kita marah dengan korupsi tapi bukan berarti kita harus terjebak dengan paranoid buta. Seharusnya dengan concern kita yang besar terhadap korupsi dan neoliberal, dasar kita semua bersikap seperti Firman Allah ( Al Baqarah : 45) ”Mintalah bantuan pada sabar dan shalat; dan sesungguhnyalah yang demikian itu benar benar berat kecuali bagi mereka yang khusyu” . Demikianlah tentang SBY...Wallahualam

Monday, February 01, 2010

Syekh Siti Jenar

Syekh Siti Jenar adalah ulama controversial. Konon katanya Siti Jenar tidak mati dalam hukuman tapi mati sesuai kehendaknya sendiri dihadapan para Walisongo. Konon nya lagi setelah minum air tirtanirmaya ( air tanpa bayangan) dalam sekejap Siti Jenar berubah menjadi jenazah. Inilah kematian yang dipilihnya , dimana bila saat nya tiba tak ada memiliki keinginan apapun. Kuburan Siti Jenar masih misteri.Menurut cerita para Walisongo , jenazah Siti Jenar berubah menjadi anjing sebelum dimakamkan. Namun cerita dari pengikut Siti Jenar , tidak. Itu akibat ulah dari kebohongan para Walisongo yang mengganti mayat Siti Jenar menjadi anjing agar pengikutinya sadar bahwa gurunya sesat. Bahkan cerita dari pengikut ajaran Siti Jenar ini dikaitkan dengan konspirasi kekuasaan Sultan Demak dan para Walisongo yang ingin menjauhkan ajaran Siti Jenar dari masyarakat. Alasannya adalah ajaran Siti Jenar mengajarkan kebebasan Individu dalam beragama dan bersosial. Kelompok Utan Kayu menyebut bahwa Siti Jenar adalah ulama yang mengajarkan tentang al-musyârakah yang bertumpu kepada kesetaraan dan kebersamaan. Kira kira sama dengan sistem demokrasi sekarang. Ajaran ini yang awalnya diperkenalkan di Cirebon , akhirnya meluas sampai ke seluruh tanah jawa.Ajaran ini cepat diterima masyarakat , khususnya rakyat jelata yang merasa tertindas oleh penguasa dan bangawan.

Inti dari ajaran Siti Jenar adalah manunggalin kawula Gusti (Tarekat Akmaliyah) atau penyatuan Tuhan dengan Manusia. Bila Tuhan itu maha perkasa dan maha adil maka tak ada alasan bila manusia menjadikan yang lain tidak perkasa dan tidak berkuasa, menjadi terdakwa. Manusia itu utuh dalam segala sifat yang dimiliki oleh Allah. Mandiri tak tergantung siapapun. Karena itu pula sholat berjamaah di Masjid dianggap mengingkari eksistensi manusia. Bahkan manusia itu tidak perlu sholat lima waktu. Karena intinya manusia ya Tuhan. Didunia ini, manusia itu mati dan baru hidup ketika jasad lepas dari raga. Yang membuat gerah para pemimpin tempo dulu terhadap ajaran Siti Jenar adalah kehebatan ilmu nalarnya ( Ilmu logika/akal) yang membuat hal yang gaip menjadi mitos untuk diragukan kebenarannya. Logika mereka sangat kuat hingga hampir sulit dikalahkan dalam setiap debat dengan orang yang memahami agama secara dangkal. Bahkan bagi orang yang ilmu agamanya cetek bisa sesat seketika. Kemudian ajaran ini mengharamkan kebenaran karena pendapat orang lain atau pendapat para penguasa ataupun ulama. Kebenaran itu absolut yang menyatu dengan Tuhan yang bersemayam di kalbu manusia. Jadi manusia tidak butuh pendapat orang lain kecuali pendapat kalbunya. Sementara ketika itu agama ( ulama ) sudah menyatu dengan kekuasaan dan kaum bangsawan. Makanya Siti Jenar diancam hukum mati oleh Sultan Demak.

Kita bisa berprasangka baik tentang Siti Jenar yang marah karena ulama semakin dekat kepada penguasa hingga menzolimi rakyat jelata. Karena ada hadith nabi ” Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR. Ad-Dailami). Saya tidak tahu sahih nya hadith ini namun ada juga firman Allah “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya (yang tidak menjalankan Al Qur’an dan Hadits) [Al A’raaf:3]. Ini mungkin dijadikan pijakan bersikap dan inti dari ajaran Siti Jenar. Namun yang anehnya, kemarahan Siti Jenar menggiring akalnya kepada dirinya sebagai Tuhan dan melupakan eksistensinya sebagai hamba Allah yang harus tunduk dengan sunatullah.

Inti dari manusia adalah menyatu dengan hukum dan ketetapan dari Allah ( sunatullah). Bukan menyatu dengan Allah. Untuk melaksanakan Hukum dan ketetapan Allah itu, manusia wajib bersyariat. Allah memang memberikan makanan kepada burung tapi tidak pernah menempatkannya kedalam sangkar. Kualitas manusia tergantung dari kualitas syariatnya ( Ikhtiarnya ). Begitupula, kualitas beragama seseorang ditentukan oleh syariatnya. Dalam tasawuf jenjang itu adalah syariat, hidayat, hakikat, dan ma’rifat. Ibarat tangga maka manusia tidak bisa langsung lompat ke anak tangga terakhir ( ma’rifat). Harus mengikuti sunnatullah. Proses ini harus dilewati setahap demi setahap.. Inilah yang tidak diakui oleh Siti Jenar. Akibatnya dia dinyatakan aliran sesat oleh para Wali,

Manusia tidak akan bisa mendapatkan hidayah ( Petunjuk ) dari Allah tanpa berusaha ( bersyariat) lewat bersyahadat, sholat, puasa, zakat, Haji. Syariat itu harus dilakukan dengan sungguh sungguh berdasarkan rukun iman agar dapat meraih ”hidayah ” dari Allah. Jadi untuk meraih ”hidayah/ Petunjuk ” saja begitu panjangnya syariat yang harus kita tempuh. Bila kita sudah mendapatkan ”hidayah ” maka syariat kita harus lebih berkualitas dengan memperdalam taffakur yang intens untuk mendapatkan ” hakikat ”. Nah, bila hakikat ini didapat maka , jalan terakhir meraih kesempurnaan adalah menuju ma’rifat.. Pada fase ini manusia sudah menjadi mukhlis, insan kamil. Tapi jalan menuju itu panjang dan penuh dengan cobaan yang tak sedikit. Jadi bukan hanya eling...

Wednesday, January 27, 2010

Management ?

Dari berbagai literatur buku dalam dan luar negeri, ada banyak sekali pengertian tentang Management. Namun pengertian itu selalu bicara tentang menagement sebagai suatu alat atau cara , management sebagai suatu kekuataan, magement sebagai suatu fungsi , managemetn sebagai suatu sistem, management sebagai suatu proses.. Begitu hebatnya pembahasan tentang management yang diajarkan dibanyak kampus tapi tetap saja perusahaan besar yang dibangun dengan segala resource limbung dan jatuh. Tetap saja negara besar seperti AS limbung dan terseok. Tetap saja raksasa ekonomi seperti Jepang, harus lempar anduk dari pasar uang global. Lantas , dimana makna management yang selama ini diajarkan ? Dimana alat itu ? kekuatan itu ? fungsi itu ? proses itu ? sistem itu ? Dimana ?

Pertanyaan ini pernah saya ajukan kepada salah satu professor di Beijing. Jawabannya sederhana bahwa Management itu berhubungan dengan manausia. Titik. Kalaupun ada barang dan modal yang terlibat dalam management maka itu tak lebih adalah pelengkap dan bukan penentu sebagai alat atau kekuataan atau fungsi atau lainnya. Kesalahan yang paling fatal adalah menempatkan manusia sejajar degnan sumber daya yang ada.. Mungkin teman saya ini melihat perpekstif management dari sisi sosialis. Tapi dari sisi kapitalism memang Manusia itu adalah alat atau cara untuk melaksanakan fungsi dan kekuatan modal.. Dua perspektif yang berbeda. Tapi esensinya sama, yaitu tiran. Dua duanya mengorbankan manusia, untuk kepentingan pertumbuhan harta.

Bila terjadi kiris moneter dari sistem kapitalis yang over liquid ( inflasi ) kemudian berimbas kepada krisis pasar yang over production (Deplasi ), gabungan ini disebut menjadi krisis struktural dalam tatanan ekonomi dunia. Kita melihat ketika suku bunga turun , mata uang melemah, seharusnya ekpansi kredit bank meningkat untuk mendorong sektor riel.. Tapi kenyataannya kredit bank tidak juga meningkat atau suku bunga tidak significant mempengaruhi peningkat LDR bank. Dari sini sistem kapitalis tersungkur dengan basic teorinya dikarenakan peningkatan sektor riel melemah akibat over production secara global. Artinya terjadinya kontraksi secara struktural antara dua sistem yang berbeda. Ini semua terjadi karena implikasi dari terlanjur salah memaknai tentang management.

Persepsi tentang Management memang harus direformasi atau harus ada transformasi dari management ala sosialis dan kapitalis menjadi management memanusiakan manusia untuk peningkatan kualitas hidup manusia. Untuk apa memacu produksi bila menguras sumber daya berlebih diluar kebutuhan pasar. Disatu sisi untuk apa meningkatkan pertumbuhan uang beredar dipasar uang dan modal bila produksi melemah karena imbals hasil antar sektor timpang. Belum lagi focus management kepada peningkatan harta yang melahirkan ilusi harga, ilusi business dan akhirnya ilusi manajemen yang dibungkus kantor mentereng, facilitas yang mewah dan standard gaji yang tinggi. Sangat renta , tak stabil.!

Islam punya platform yang jelas tentang konsep management untuk berbagai kepentingan manusia mengelola urusannya didunia. Esensinya adalah The right thing in the right way. Hal yang benar dengan cara yang benar. Hal yang benar ( the right thing ) itu bersumber kepada kekuatan spiritual , hati nurani bersikap tentang cinta dan kasih sayang. Tidak berlebihan mengejar laba namun memuaskan public sebagai konsumen. Gaji yang tidak berlebihan namun cukup. Jujur, transfarance, rendah hati , setia serta berbagai sifat mulia lainnya yang hanya dipahami oleh ketakwaan kepada Allah. . Sementara cara yang benar ( The right way ) adalah ilmu pengetahuan yang tepat dan cukup untuk menyelesaikan urusan yang benar. Artinya serahkan segala sesuatu kepada ahlinya. ( hadith Nabi).

Jadi Islam merapkan Management berfokus kepada Manusia yang berakhlak dan berilmu sebagai titik kekuatan untuk melaksanakan fungsi barang, modal bergerak bagi kesejahteraan umat manusia dimuka bumi. Mungkinkah sosialis dan kapitalis menyadari kesalahan mereka. ?

Saturday, January 23, 2010

Kebahagiaan

Ketika dialogh dengan sahabat, ada sesuatu yang menarik ketika dia bertanya “ Apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan”. Saya tahu bahwa dia sudah menemukan jawaban menurut versinya berdasarkan taffakur. Tapi saya mencoba untu menjawab menurut versi saya sendiri. Bahwa kebahagiaan itu adalah ketika kita tidak lagi bertanya. Tidak ada reaksi apapun dari teman ini atas jawaban saya itu. Kemudian saya mulai masuk dalam analogi sederhana tentang jawaban saya itu dan dia mulai tersenyum. Jawaban sederhana tapi tidak mudah untuk menerapkannya. Begitulah bahagia itu sangat sederhana tapi tidak banyak orang dapat memahaminya.

Kebahagiaan itu berkaitan dengan jiwa. Antara jiwa dan raga selalu berinteraksi tentang rasa dan karsa. Kadang interaksi ini mengakibatkan komplik yang tak berkesudahan. Komplik ini datang dari raga kita dalam bentuk pertanyaan yang tak berkesudahan. Ketika anda melihat orang kaya, kita bertanya ” Kenapa dia kaya dan mengapa bukan saya ?Melihat wanita cantik melintas didepan kita, kitapun bertanya ” oh cantiknya wanita itu. Mengapa bukan dia istri atau pacar saya ?. Ketika melihat orang berkuasa , kitapun bertanya mengapa bukan saya yang jadi persident atau mengapa bukan saya yang jadi pemimpin. Ketika kita sakit, kita bertanya ” mengapa saya tidak sesehat orang lain dan mengapa sakit ini datang? Ketika bencana datang ,kita bertanya ” mengapa harus saya?

Pertanyaan tersebut diatas akan panjang sekali hingga tak ada ujungnya. Dalam kondisi apapun kita akan terus bertanya dan bertanya. Pesatnya ilmu pengetahuan juga karena hasrat yang tinggi untuk terus bertanya. Pesatnya ekonomi suatu bangsa karena hasrat tinggi untuk terus bertanya. Setiap pertanyaan itu memacu orang untuk mengabaikan apa yang sudah diraihnya dan berjuang untuk mendapatkan apa yang masih menjadi tanda tanya itu. Kita berargumen tentang ”tanya ” ini sebagai sikap aktif , progressive atau tidak nrimo. Ini menjadi budaya keseharian kita sebagai ujud berkompetisi. Budaya kompetisi dilegalkan untuk meraih apa saja. Termasuk untuk jadi pemimpin untuk mengendalikan orang banyak.

Tanpa terasa kita terjebak dalam ruang yang tak menghasilkan apa apa. Kemarin kita berjuang keras karena sebuah ”tanya” dan hari ini kita raih itu namun kembali berjuang untuk sebuah ”tanya” agar besok kita dapatkan. Ketika besok kita dapatkan maka yang kemarin akan terlupakan untuk kembali berjuang dan melupakannya. Artinya dalam ”waktu:” kemarin , hari ini dan besok kita nothing. Terperangkap dalam kesia siaan. Padahal dalam rentang waktu itu kita telah mengorbankan segala galanya., tapi suatu pengorbanan yang bersyarat untuk besok karena kemarin dan hari ini bukanlah apa apa bagi kita. Itulah biang persoalan manusia modern dan kita hidup dalam kondisi kapitalis yang berkompetisi.

Bila anda tidak lagi bertanya maka hari ini adalah milik anda. Lah artinya kita tidak progresif dan nrimo? Tidak ! Kita hanya berusaha menjadi sempurna atas nikmat yang kita terima hari ini. Apa itu ? Nikmat umur. Nikmat waktu. Karena memang hanya hari ini yang menjadi milik kita. Kemarin sudah menjadi masa lalu dan tak akan pernah kembali. Sementara masa depan bukanlah milik kita karna belum terjadi. Lantas bagaimana caranya agar kita tidak terjebak oleh permainan waktu ini ? Caranya ya sederhana saja. Mulailah bersyukur dengan segala kondisi apapun, dalam susah maupun senang, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin. Jelek maupun cantik, gemuk maupun langsing .

Rasa syukur ini akan menjelma menjadi kebahagiaan pada hari ini dan untuk mempersiapkan besok maka lengkapilah dengan Ikhlas.Untuk ikhlas , maka bersabarlah karena besok kalau kita masih hidup , toh akan menjadi tak lebih sama dengan masa kini. Kita tidak mungkin makan sepuluh piring sekali makan dan kaki kita akan tetap menginjak bumi, ya kan. Sama. Dan bila besok kita almarhum, semua menjadi lain karena yang kita bawa hanyalah sifat syukur, ikhlas dan sabar. Itulah hakikat kita diadakan untuk meraih kebahagiaan didunia dan diakhirat.

Saturday, January 09, 2010

Habatussauda

Enam tahun lalu saya terkena stroke tapi tidak begitu fatal. Saya di katagorikan terkena stroke ringan oleh dokter. Efeknya hanya pendengaran saya berkurang. Ketika itu collestrol saya diatas 300 dan tensi darah 210. Setelah usai perawatan, saya mulai tergantung dengan obat obatan dari dokter. Juga tak lupa mengkonsumsi suplemen. Kemanapun saya pergi, obat itu selalu menyertai saya. Bukanlah nyaman karena hidup terancam setiap hari oleh penyakit. Saya harus menjaga makan agar collestrol saya stabile. Menjaga kondisi mental agar darah saya tidak naik. Banyak hal yang membuat saya terisolasi oleh kondisi yang harus saya taati demi menjaga kesehatan.

Kadang saya iri dengan orang lain yang memiliki tubuh lebih sehat dan bebas memakan apa saja. Tapi lambat laun saya dapat mengambil hikmah atas penyakit ini. Saya dilatih sabar untuk menjaga makan. Karena pekerjaan saya yang menuntut stamina tinggi dan tekanan emosi yang tinggi, maka inipun memaksa saya untuk iktiqamah dan ikhlas. Ikhlas dan istiqamah adalah senjata psikis saya untuk mengamankan kesehatan phisik saya.Apa yang terjadi , berat tubuh saya menuju berat yang normal. Dari 92 kg turun menjadi 70 kg. Wajah sayapun keliatan bersih karena tak lagi meng konsumsi daging dan yang mengandung minyak. Tanpa saya sadari saya merasan aman hidup dengan kandungan penyakit colelstrol dan darah tinggi.

Tak terasa enam tahun penyakit itu ada dalam tubuh saya. Dan saya tetap ikhlas dengan itu semua. Walau telinga saya kemampuan mendengar dari tahun ketahun semakin berkurang. Puncaknya ketika bulan ramadhan tahun lalu, kemampuan mendengar telinga saya sudah hampir tidak ada. Sayapun tuli. Keluarga saya ikut sedih tapi saya tetap yakin bahwa ini ada hikmahnya. Mungkin Allah berkehendak agar saya pensiun dengan pekerjaan saya. Dan lebih memfocuskan diri pada kehidupan akherat. Istri saya dapat menerima kenyataan itu. Diapun pasrah. Inipula yang membuat mental saya tetap utuh.

Ketika usai Idul Fitri tahun lalu, saya bermimpi bertemu dengan seseorang yang saya tidak kenal. Didalam mimpi itu saya dapat petunjuk darinya untuk makan buah hitam agar penyakit saya sembuh. Saya terjaga tengah malam. Entah mengapa pikiran saya masih kepada pesan dalam mimpi tersebut. Saya mencoba mencari tahu tentang biji hitam yang dimaksud. Cara termudah adalah melalui internet. Ketika saya search biji hitam. Tidak ada nampak informasi tentang biji hitam sebagai obat. Namun ketika saya seach black seed. Saya menemukannya banyak sekali informasi tentang black seed. Barulah saya tahu bahwa yang dimaksud black seed adalah Nigella sativa seed dan berbagai sebutan lain seperti fennel flower, nutmeg flower, Roman coriander, black caraway, or black onion seed.

Ternyata blackseed yang dimaksudah adalah jenis pengobatan yang disunahkan oleh rasul. Dikenal dengan Habatussauda. Sebetulnya dua tahun lalu saya pernah memakan habatussauda tapi tidak dilanjutkan. Mungkin karena saya belum yakin. Namun setelah mengetahui secara rinci tentang obat ini maka keyakinan saya semakin tinggi apalagi ini adalah sunah rasul ” Hendaklah kamu menggunakan habatussauda karena sesungguhnya padanya terdapat penyembuhan bagi segala penyakit kecuali mati." (HR. Abi Salamah dari Abi Huraiah r.a). Memang terbukti Hasil riset ternyata Habatussauda berkhasiat luar bisa untuk menyebuthkan penyakit.

Biji ajaib ini ternyata sudah dikenal ribuan tahun lalu. Terbukti Habbatussauda ditemukan di makam Tutankhamen di Yunani Kuno dimana pada saat itu raja-raja dikubur bersama-sama dengan Nigella untuk membantu diakhir hidupnya. Biji habbatussauda mengandung 40% minyak constan dan 1,4% minyak aviari, juga mengandung 15 amino acid, protein, calsium, zat besi, sodium dan pottasium. Sedangkan komposisi paling penting adalah: Thymoquinone (TQ), Dithymouinone (DTQ),Thymohydroquinone (THQ) dan Thymol (THY). Perannya adalah memperbaiki, menjaga dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia terhadap berbagai penyakit. (darah tinggi, kanker, tumor,infeksi radang,collestrol, asam urat, diabetes,flue, batuk,Aids,Jantung coroner, batu empedu, ginjal, Ganguan pencernaan , rematik , tulang persendian dan obat diet dll)

Saya tidak melihat terlalu jauh hasil riset tentang black seed atau habatussauda ini , saya hanya yakin bahwa ini sunah rasul, Tentu Allah yang mengajarkan rasul untuk kepentingan umat manusia. Karena rasul hanya berbicara apa kata Allah. Karena tubuh kita yang menciptakan adalah Allah , tentu Allah lebih tahu menyembuhkan penyakit manusia.. Dengan membaca bismillah sayapun membeli habatussauda itu . Hanya empat hari mengkonsumsi habatussauda dalam bentuk kapsul, pendengaran saya kembali normal. Selama empat hari itu seluruh obat dokter yang biasa saya konsumsi , saya hentikan. Collestrol dan tensi saya normal. Maka sejak itu, obat dokter yang begitu ragamnya saya buang ke tong sampah.

Alhamdulilah, tiga bulan mengkonsumi habatussauda saya melakukan general check up di singapore. Hasil general check up, sangat mengejutkan bahwa tidak terdapat lagi potensi yang akan membuat tensi darah saya naik. Bahkan penyakit sinus saya hilang. Radang telinga juga hilang. Benjolan ditengkuk juga hilang.. Saya dinyatakan normal kembali. Inilah satu fakta bahwa ternyata segala masalah didunia ini sudah diamankan oleh Allah dengan memberikan petunjuk kepada Rasul. Tapi kadang manusia merasa sok pintar dan hebat dengan ilmunya...akibatnya setiap solusi menimbulkan paradox. Banyak obat , banyak penyakit.

Friday, January 08, 2010

Pahlawan

Gelar Pahlawan Nasional itu ada karena sejarah mencatatnya agar dikenang sepanjang masa.. Disekitar kita , dalam keseharian kita. sebetulnya hadir Pahlawan. Bagi Martina Mcbride mengatakan dalam lagu yang apik In my daughters eye ” , dimata putriku aku adalah Pahlawan. Begitu juga bagi saya, ibu adalah pahlawan bagi saya. Namun setelah saya dewasa dan ibu saya berangkat tua maka saya adalah pahlawan bagi ibu saya. Di era modern kini, para entrepreneur juga telah menjadi Pahlawan pencipta kemakmuran dan lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Penjaga kereta yang bergaji murah tetap berdedikasi untuk menjaga pintu kereta siang dan malam. Prajurit yang digaji ala kadarnya berdedikasi diwilayah sepi menjaga batas teritorial negara.

Terlalu banyak deretan Pahlawan yang bisa dicatat. Namun sejarah tak selalu mencatatnya dengan rapi, Karena sejarah yang kita kenal terlalu subjective oleh perspektif politik.Namun yang kita tahu dan pahami seorang pahlawan adalah yang kaya visi untuk ”memberi” ketika orang lain berpikir “memberi “ itu sangat mahal dan sulit. Kehidupan adalah harga yang terlalu mahal dan tak bisa dibeli. Tapi jutaan syuhada mati dihadapan bedil , Belanda dan Jepang untuk lahirnya kemerdekaan. Banyak orang pintar dan terdidik untuk hidup nyaman dan aman tapi Soekarno mengorbankan masa muda dan karirnya dipenjara. Ibu saya yang mengorbankan waktu dan tenaga, emosi dan lain sebagainya untuk saya. Semua mereka berbuat karena ”memberi” tanpa syarat.

Pahlawan adalah mereka yang melangkah diluar batas, melihat dari tabir kegegelapan bagi kebanyakan orang namun terang baginya. Berkorban karena cinta dan tak penting karena itu kadang mereka dipuja atau dimaki. Sebuah sikap yang tidak hanya dituntun oleh akal tapi lebih kepada tuntunan hati yang bermuara pada ruh spiritual. Mereka adalah segelintir orang yang sulit dipahami oleh akal kita yang menganggap segala sesuatunya dengan pamrih. Tak mungkin bisa dimaklumi oleh mereka yang berpikir kapitalism. Tak mungkin disadari oleh mereka yang doyan ”meminta” . Pahlawan dalam perspektif dunia akal adalah kekonyolan dan kesiasiaan. Melelahkan untuk dimengerti. Makanya tak banyak orang disebut sebagai pahlawan.

Tan Malaka pernah berkata ” Barang siapa sungguh sungguh menghendaki kemerdekaan buat umum, segenap waktu dan siap sedia dan ikhlas buat menderita ” kehilangan kemerdekaan diri sendiri ”. Itulah Tan Malaka, yang kontroversial. Dicatat oleh sejarah sebagai pembangkang idiologi Pancasila hanya karena dia berani berbeda menyuarakan negara tanpa kelas. Tan Malaka , sejarah hidupnya adalah sejarah keyakinanya. Juga adalah sajarah kita sebagai bangsa memaknai seorang Pahlawan. Saya tak berharap usulan Gus Dur sebagai Pahlawan Nasional karena perspektive politik kepentingan yang subjective. Karena saya yakin bahwa Gus Dur ketika dia berbuat dengan keyakinannya , diapun sadar untuk siap bernasif sama dengan Tan Malaka. Dan kalaupun kita ingin memberinya gelar Pahlawan nasional maka berilah dengan ikhlas. Itu saja.

Saya yakin bahwa Pahlawan untuk seorang Gus Dur dan juga bagi kita semua adalah sesuatu yang lebih bernilai dihadapan Allah. Karena Allah jelas mengatakan tak ada perbuatan yang terpuji “ kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (QS 95. At-tiin 6). “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan “ Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (TQS. 16. An Nahl 97). Karena itu gelar Pahlawan yang diberikan oleh manusia tak begitu penting. P

Memang tak mudah dipahami karena manusia tak ada yang sempurna namun Allah berlaku adil seadilnya dan hanya Allah pula yang berhak menilai. Nilai itu hakikatnya ada pada niat karena cinta untuk mencari keridhoaan Allah. ”Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (TQS.2. Albaqarah 207). Bagaimanakah sikap kita kepada Gus Dur ? atau kepada siapa saja yang telah berbuat karena cinta ...

Friday, January 01, 2010

Selamat jalan Gus Dur

Seorang Gus Dur adalah seorang yang berpikir Holistik. Ketika umat islam membenci Yahudi , Gus mendekat kepada Israel. Dia tidak membenci orang tapi membenci Pola pemikiran Yahudi sebagai sebuah silent idiology against Islam. Gus Dur tidak membenci Departement Penerangan tapi dia tak suka pola berpikir yang memaksa rakyat berkiblat pada satu informasi yang disakralkan. Gus Dur sangat peduli dengan fungsi sosial negara tapi dia tidak mau pola berpikir yang menempatkan pemerintah sebagai badan charity yang akan membuat rakyat semakin lemah bargain position nya. Itulah dasar dia membubarkan Depsos. Dia suka bersikap jenaka terhadap prilaku Kiyai tapi sebetulnya itu adalah sikapnya yang gerah terhadap budaya sektarian. Gus Dur menentang segala budaya Soehartoisme. Tapi dia tidak membenci Soeharto dan keluarganya.

Dengan itu semua membuat Gus Dur dikenal sebagai tokoh controversial. Sebetulnya yang controversial itu adalah lingkungannya. Berbagai bendera LSM dan Partai bertebaran dinegeri ini. Semua orang meng claim dia paling benar. Yang Partai teguh berpikir dengan caranya untuk atas nama rakyat. Para LSM juga bersikap yang sama. Maka kita renta akan kedamaian. Kita oportunis. Budaya sektoral ini hidup subur ditengah euforia demokrasi. Padahal hakikat dari cara berpikir holistik adalah berpikir dalam konteks kebangsaan. Pluralisme bukanlah menganggap semua agama sama. Bukan. Gus Dur hanya ingin meyakinkan semua pihak bahwa agama bukan sebagai biang untuk bertikai. Tapi menentramkanm begitupula politik.

Berpikir holistik bagi Gus Dur adalah jalan berliku dan terjal namun dia tetap melangkah dengan caranya. Bukanlah hal yang mudah dan murah. Kadang di elu elukan sebagai pemersatu. Tapi kadang dia dikecam secara ekstrim. Kalaulah kita dapat ikut larut sedikit dalam pola berpikir Gus Dur maka kita akan sampai pada hakikat membangun sebuah bangsa. Bahwa hakikatnya jangan ada lagi politik sebagai dewa. Jangan ada lagi agama dijadikan alat untuk berpikir sektoral karena Agama itu termaha luas untuk rahmat bagi seluruh manusia. Jagan ada lagi pemerintah segala galanya menentukan salah dan benar. Jangan ada lagi jabatan dan kekuasaan itu sakral untuk dipuja. Jangan ada lagi tentara itu garang menakuti rakyat. Jangan ada lagi istana itu sakral.

Gus Dur dengan sikapnya , bagaikan menari diatas kubangan lumpur. Licin dan kotor. Dia tetap menari dengan gayanya. Dia sadar baik penonton maupun teman serta keluarganya akan kecipratan kotoran itu. Tapi sebetulnya dia sedang membersihkan lantai untuk semua orang dapat menari tanpa harus kotor dan licin. Sebelum kubangan itu bersih, orang tak sabar melihatnya menari dan kena cipratan lumpur. Diapun terpaksa disingkirkan untuk diam. Benarlah dia di diamkan. Tersisihkan dari NU, juga dari PKB. Hiruk pikuk pesta berlangsung lagi ditengah lampu yang temaram diatas permadani indah melapisi lumpur. Kita puas. Karena semua seperti biasa kembali. Tapi kita lupa permadani itu akan kembali kotor karena alasnya kotor. Alas itu adalah pola berpikir kita yang sektoral dan oportunis.

Kini Gus Dur telah tiada. Takdir telah berlaku untuk seorang Gus Dur. Seberapa kuat tekadnya, Seberapa kuat niatnya untuk rakyat yagn dicintainya. Semua itu hanyalah permainan dihadapan Allah. Karena sesungguhnya manusia diukur bukan dari apa yang diraihnya tapi cinta dibalik perbuatannya. Dia kembali kepada dekapan Rabb nya , dimana kebenaran , kebaikan dan keadilan akan diperlihatkan kepadanya dengan jelas dan terang. Kita berdoa semoga Gus Dur mendapat tempat sebaik baiknya disisi Allah. Dan kita yang ditinggalkan dapat belajar dari sosok Gus Dur dari segala kekurangan dan kelebihannya untuk masa depan yang lebih baik. Semoga..

Selamat Jalan Gus Dur ...

Hilirisasi Pertanian

  Program hilirisasi pertanian yang didukung oleh kebijakan perdagangan dan pembukaan akses pasar secara masif dapat menjadi kunci bagi peni...