Tuesday, December 01, 2009

Kerja besar

Ketika terjadi glombang krisis keuangan global tahun 2007, banyak negara yang tergolong paling maju ekonominya ambruk. Diawali oleh rontoknya Lembaga keuangan di AS kemudian melanda negara maju lainnya seperti Jepang, Korea, Eropa, Inggeris, China. Di AS , Lehman Brother dinyatakan bangkrut, yang juga menyeret Perbankan kelas dunia lainnya dalam kubangan kerugian berskala gigatic. BOA, Citicorp dan lainya. Juga bank bank kecil limbung dan akhirnya masuk antrian penyelamatan dari pemerintah akibat hancurnya pasar CMO dan CDO. Di Inggeris, Barclay dan RBS terpaksa dibail out oleh FSA akibat CMO dan CDS yang gagal bayar. Tetangga terdekat kita, Singapore juga terdesak akibat krisis ini dan akhirnya membail out UBS melalui Temasek ( BUMN sngapore )

Hampir tak ada satupun negara yang mencatat record tertinggi ekonominya , selamat dari gelobang krisis ini. Bahkan China terpaksa mem bail out perbankannya sebesar USD 320 billion. Rusian terpaksa menutup bursa pasar modal dan keuangannya. Tapi Indonesia mungkin adalah satu satunya negara yang masuk 20 Negara dengan GNP terbesar didunia yang paling kecil dampaknya. Apa yang membuat Indonesia dapat berkelit seperti ini ?: Tak lebih setahun sebelum krisis terjadi ketika pertemuan Menteri Keuangan se Asia di Tokyo, Sri Mulyani sudah menyampaikan indikasi akan terjadi glombang krisis ini. Tapi para peserta pertemuan tak memberikan perhatian serius atas masalah ini. Kita bisa maklum tentang analisis Sri Mulyani karna dia mantan petinggi IMF dan lama berkecimpung dalam dunia riset dibidang ekonomi. Tentu dia tahu arah makro dari suatu masa depan ekonomi.

Arah makro yang mungkin disadarinya adalah invisible power dalam dunia keuangan. Ini ada tapi tiada. Ada , karena banyak kebijakan pemerintah tak bisa lepas dari invisible power yang didukung oleh negara maju dan lembaga multilareral. Tidak ada , karena memang lembaga yang bernama invisible power itu tidak ada selain yang real power yaitu negara. Fiksi tentang kekuatan neoliberal yang bertujuan untuk mengkerdilkan pemerntah dihadapan pasar sangat dipahaminya sebagai sebuah realitas. Karena itu analisisnya menjadi tajam. Dia paham betul bahwa pasar keuangan yang semakin liberal hingga kekuatan pemerintah dipasung untuk me-restore bila terjadi goncangan.

Itulah sebabnya ketika krisis global, pasar keuangan hancur dan negara dipaksa untuk mengikuti aturan pasar melalui program bail out LPS atau di AS disebut dengan FDI. Bila ini tidak cukup ya hukum pasar berlaku ”. Free entry free fall ” sesuai dengan amanat Neoliberal.. Tapi bila ini diikuti maka praktis kepercayaan publik akan hancur terhadap sistem perbankan nasional. dan ini akan berujung kepada hancurnya kepercayaan publik kepada pemerintah. Inilah efek sistemik yang ditakuti sebenarnya. Disamping itu, ini juga sebagai target utama dari kekuatan invisible power ; Pemerintah yang lemah dan akhirnya memohon dukungan dari Lembaga Multilateral. Seperti ketika tahun 1997. Tapi , kali ini masalah itu sudah dipahami betul oleh Sri Mulayani. Dengan cepat Perpu dibuat sebagai cara membuka belenggu tangan pemerintah dari kedigdayaan UU perbankan dan pasar uang..

Dengan Perpu itulah KKSK bergerak cepat mengatasi masalah Bank Century hingga tidak menimbulkan efek sistemik. Mungkin orang bertanya bahwa masalah bank century bukan masalah besar yang sehingga dapat menimbulkan efek sistemik. Tapi orang lupa hakikat pertarungan yang sebenarnya dalam konstelasi global disektor moneter. Ketika itu CDS Indonesia melonjak dari kisaran 350 bps menjadi lebih dari 1200 bps hanya dalam kurun waktu kurang dari 1 bulan pada Oktober 2008. Sebagai pembanding, pada November 2009, CDS Indonesia berada pada angka di bawah 200 bps. Yang disebabkan oleh tingginya country risk kita diprediksi oleh pasar. Artinya tanpa disadari serangan itu sudah mengarah kepada kekuatan stabilitas keuangan nasional. Hanya butuh letupan kecil sudah cukup melahirkan bomb sekala nuklir hingga rontok semua kekuatan financial kita. Inilah yang harus dipahami dasar keluarkannya kebijakan bail out.

Soal adanya pihak yang mendapatkan manfaat dari situasi keruh ini, ya kita harus mengawasi proses hukum Bank Century di Pengadilan. Kita harus mem pressure Jaksa dan Polisi, KPK agar bekerja lebih efektif untuk membongkar siapa saja yang mendapatkan manfaat akibat kebijakan pemerintah hingga negara dirugikan. Soros pernah berkata ” Pemain akan selalu diuntungkan dari situasi apapun bila pemerintah lengah...dan apa kata orang tua " Ingat ! kejahatan bukan hanya karna niat tapi karena memang ada kesempatan. Berhati hatilah !. Bukan tidak mungkin mereka yang diuntungkan itu adalah agent dari kekuatan invisible power. Itulah yang harus diganyang. Bukan kebijakannya

Bila kini DPR dan LSM berkoar menyudutkan Sri Mulyani dan Pemerintahan SBY maka kita perlu pertanyakan niat mereka. Apakah memang mereka inginkan pemeritah lemah ketika badai terjadi. Ataukah memang DPR tetap berkeinginan UU dibidang Perbankan diserahkan kepada mekanisme pasar yang notabene dikuasai oleh Invisible power. Seharusnya dari peristiwa Century ini dan krisis tahun 2007, dijadikan dasar bagi kekuatan politik di DPR untuk me restore UU pebankan dan Investasi Indonesia agar tak lagi berkiblat kepada kekuatan neoliberal yang direkomendasikan oleh IMF dan groupnya. Kembalilah kepada hukum yang diamanahkan oleh Al-Quran dan hadith secara kafah. Itulah kerja besar kita kedepan. Jangan ada lagi sengketa yang melelahkan. Karena kita semua bersaudara dan musuh kita jelas ada didepan mata bahkan sangat dekat dengan kita.

Saturday, November 21, 2009

Rasa keadilan

Prita, seorang pasien rumah sakit yang telah membayar jasa layanan yang diterimanya, harus berhadapan dengan proses hukumm hingga ke pengadilan. Tuduhan yang dilayangkan kepada Prita karena diduga mencemarkan nama baik rumah sakit melalui e-mail keluhan yang dibuatnya. Akhirnya dikenakan hukuman 6 bulan. Sedangkan Anggodo, begitu enaknya menyebut nama pemimpin negara kita bebas dari usutan apapun. Aksi oknum polisi yang menembak seorang sopir angkot 102 di Limo, Depok karena diduga berjudi. Subagyo, sang sopir angkot itu, akhirnya meregang nyawa saat dibawa ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Tapi buronan seperti Djoko Tjandra kasus cesi Bank Bali, yang kabur ke luar negeri, malah dibiarkan. Atau nenek di jawatimur yang ketahuan mencuri 3 biji kakao harus menghadap meja hijau sebagai pesakitan sementara perampok dana Century aman aman saja.

Begitu banyak peristiwa disekitar kita yang mengusik rasa keadilan kita. Ingin rasanya kita menjerit keras dalam kemarahan dihadapan hakim yang berminyak muka dan Jaksa berperut buncit , pengacara yang membosankan. Mengapa negeri ini tak pernah mampu memotong lingkaran kemiskinan ? Mengapa kemiskina dibiarkan akrab bagia rakyat jelata. Mengapa mereka harus terjabut dari cinta dan kasih sayang. Benarlah bahwa kita berada didalam sistem yagn memusuhi orang miskin. Mereka tak punya pilihan kecuali memang begitulah system berkerja untuk memanjakan penguasa diatas limpahan fasilitas sebagai abdi negara. Padahal ketika awal negeri ini dibentuk dibangun dari rasa keadilan itu sendiri yang tertuang dalam kata ”adil dan beradad” untuk tercapainya ”keadilan sosial. ”:

Adil dan beradab, berati sangat mendalam. Berakar kedalam relung hati terdalam. Yang tak dikotori oleh nafsu yang didokrin oleh akal tentang ketamakan dan penindasan. Membayar orang dari hasil pekerjaannya adalah ”adil” tapi membayar dengan murah adalah tidak beradab. Apalagi tidak peduli dengan kebutuhan pokok yang terus melonjak. Tapi membayar orang dengan pantas dan cukup untuk kebutuhan hidupnya adalah adil dan beradab. Tak ada ukuran matematika yang disebut pantas. Ukuran itu ada didalam hati, sebagai sikap memanusiakan manusia. Adil dan beradab tak lebih ungkapan cinta dan kasih sayang. Memberikan ruang dimana cinta bertaburan menghias senyuman dan sapaan untuk saling berbagi.

Namun apa yang kini kita rasakan. Cinta mengalir penuh bersyarat dan keadilan pun diperdagangkan. Keadilan menghantui kita, begitu rupa. Ia mungkin satu satunya pengertian yang tak bisa ditertawakan, pada akhirnya. Telah sulit untuk dirumuskan secara tetap. Karena kepentingan penguasa yang ingin bebas memperolok kemiskinan ditengah penindasan atas nama hukum. Hukum mudah ditafsirkan, diurai dan akhirnya menjadi tidak lagi tentang keadilan. Tapi hukum dilahirkan oleh kekuatan politk, dan ekonomi, merupakan hasil kompromi dan kalkulasi. Hukum juga ditulis sebagai teks dan sebab itu senantiasa merupakan hasil interpretasi. Adapun keadilan tidak. Hukum bukanlah keadilan.

Hukum yang kita yakini sebagai benteng keadilan , tak lebih hanyalah perkakas yang di create dari sebuan konvensi. Keadilan berada diluar dan diatas hukum ( dan undang undang ). Rasa keadilan itu semakin jauh dijangkau oleh produk hukum dan undang udang. Semakin sulit dimaknai oleh para penegak hukum. Pada titik ini, keberadaan agama sebagai pencipta rasa keadilan semakin dijauhkan dari hukum itu sendiri. Bahkan diragukan untuk tidak melanggar HAM. Maka hanyalah soal waktu negeri ini akan hancur untuk sia sia ...Semoga kita dapat menyadari ini semua sebelum semuanya terlambat.

Wednesday, November 18, 2009

Malu

Kemarin saya bertemu dengan tamu dari luar negeri. Dia berkata ” apakah anda tidak merasa malu bila membaca laporan PBB , Indonesia masuk rangking nomor 6 negara terkorup didunia dan tahun 2009 PERC ( Lembaga konsultan Risiko dan Politik Ekonomi ) mengumumkan bahwa Indonesia tetap menempati raking nomor satu sebagai negara PALING KORUP di Asia.” Saya tersentak. Teman ini berbicara tentang rasa malu. Memang yang membedakan manusia dengan binatang adalah rasa malu itu. Karena binatang tidak peduli dengan rasa malu tapi manusia diberi jiwa yang mudah tersentuh akan rasa malu itu.

Kita bisa saja berkata bahwa kita negeri religius , negeri yang taat hukum. Menghormati hukum. Tapi orang lain, orang asing, melihat kita tak lebih mempermainkan hukum. Globalisasi yang seharusnya diukir dengan prestasi kehormatan bangsa tapi nyatanya diukir dengan mempermalukan diri sendiri. Dapatkah kita bayangkan bagaimana perasaan president dan Menteri ketika menghadiri forum G20 atau APEC. Semua mata ketika melihat mereka maka yang pertama teringat bahwa ”inilah pejabat atau pemimpin ” yang negerinya mencatat record teringgi soal KORUPSI. Malukah mereka bersanding dengan negara lain yang tingkat korupsinya rendah ? Kalau mereka merasa diri manusia, tentu mereka akan malu dan mungkin tak mampu menaikan dagu dihadapan negara lain.

Tapi bila korupsi dari satu rezim ke rezim berikutnya tak pernah surut maka tahulah kita bahwa penguasa negeri ini tak punya lagi rasa malu. Salah satu ciri utama fitrah manusia adalah memiliki rasa malu. Ketika rasa malu hilang, manusia secara pasti memperturutkan hawa nafsunya dan mengabaikan petunjuk akal dan nuraninya (QS. Al-A’raf: 179).. Inilah yang sangat memilukan bila kita tahu bahwa 90% pejabat dan pemim pin kita adalah beragama Islam. Sifat malu mutlak dimiliki seorang Muslim. Sebab rasa malu tak lain merupakan refleksi keimanan, laksana perisai yang dapat mencegah seseorang dari melakukan kemungkaran dan kemaksiatan. Bahkan mulia-hinanya akhlak seseorang dapat diukur dari rasa malu yang ia miliki.

Mengapa pentingnya rasa malu ? Malu dapat dimaknakan sebagai sifat atau perasaan yang membuat enggan melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik. Dalam buku Adab an-Nabi, ustads Abdul Qadir Ahmad ‘Atha membedah secara bahasa kata ‘malu’ dengan cemerlang. Menurutnya, kata ‘al-hayyaa’ (malu) pada dasarnya memilki sinergi erat dengan kata ‘al-hayaat’ yang berarti kehidupan. Sebab, kata itu mengandung makna: perasaan sedih dan perubahan jiwa yang dapat menyedot segala kekuatan lahir dan batin, mencoreng kehormatan diri dan mengurangi harkat nilai keidupan manusia.

Karena itulah, malu tak dapat dipisahkan dari keimanan. Keduanya selalu hadir bersama-sama. Makin kuat iman seseorang, makin tebal pula rasa malunya. Begitu juga sebaliknya. Rasulullah saw bersabda: “Iman itu memiliki 60 sampai 70 cabang, yang paling utama ialah pernyataan ‘Laa ilaaha illallah’. Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan. Dan rasa malu adalah salah satu cabang dari iman,” (Muttafaq ‘alaih). Dari negeri yang memilikii idiologi pancasila yang menempatkan Tuhan diatas segala galanya. Rasa malu itu seharusnya ada tapi justru kita masuk rangking tertingi sebagai negara yang tidak punya rasa malu didunia.

Bagaimanakah nasip bangsa kita bila rasa malu pada diri pejabat itu tidak diperbaiki dan korupsi terus terjadi ? Dengarlah sabda Rasulullah saw . “Jika Allah ingin menghancurkan suatu kaum, maka dicabutlah dari mereka rasa malu. Bila rasa malu telah hilang maka yang timbul adalah sikap keras hati. Bila sikap keras hati itu membudaya, maka Allah akan mencabut dari mereka sikap amanah dan tanggung jawab. Bila sikap amanah telah lenyap maka yang muncul adalah para pengkhianat. Bila para pengkhianat sudah merajalela maka Allah akan mengangkat rahmat-Nya dari mereka. Bila rahmat Allah telah sirna maka akan tampillah manusia-manusia terkutuk. Bila manusia-manusia laknat itu telah berkuasa maka akan tercabutlah dari kehidupan mereka tali-tali Islam.” (HR. Ibnu Majah).

Saturday, November 07, 2009

KPK ?

UU No. 39 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pindana korupsi memang berbeda dengan hukum tindak pidana biasa. Karena kurang menghormati asas praduga tidak bersalah dalam rangka pembuktian perkara. Keberadaan UU ini merupakan anak kandung dari reformasi. Sebagai ujud keinginan semua rakyat untuk lahirnya pemerintahan yang bersih dari segala tindak pidana korupsi oleh kekuasaan. Tahun 2001 UU No. 39 ini direvisi dengan lahirnya UU No. 30 Tahun 2002 tentang Pendirian Lembaga khusus memberantas Korupsi , namanya KPK ( Komite Pemberantasan Korupsi ).

UU sebelumnya dirasa sangat sulit menjangkau tindak pidana korupsi karena sulitnya mendapatkan bukti akibat harus dijaminnya azas pra duga tak bersalah. Tidak mudah untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka apalagi terpidana. Acap kita dengar pengacara koruptor dan Polisi berkata " Kita harus menghormati azas praduga tak bersalah "Sytem penegakan hukum di negeri ini copy paste terhadap system hukum kolonial. Hanya efektif untuk menghadapi kejahatan generik yang biasa terjadi dikalangan bawah. Tapi sangat sulit bila berhadapan dengan kejahatan terdidik ( koruptor ). Orang terdidik sangat mengenal kelemahan hukum yang bertele tele itu dan juga kenal betul mental aparat yang digaji ala kadarnya itu. Makanya , sangat sulit sekali menjerat kejahatan terdidik ini, yang jumlahnya dari tahun ketahu terus meningkat. KPK menjawab segala kekurangan itu.

Keberadaan KPK sebagai penghibur ditengah terik panas kehausan rasa keadilan bagi rakyat. Ini sebagai Amanat rakyat untuk memberantas KKN lewat TAP MPR XI/1999. Walau rakyat tidak merasakan langsung akibat sepak terjang KPK namun satu demi satu pejabat publik dipertontonkan menjadi pesakitan di hadapan media massa. Maka itu sudah cukup menghibur rakyat yang selalu bingung menghadapi ongkos hidup yang semakin mahal. Megawati yang meng syahkan berdirinya KPK menjelang akhir jabatannya namun SBY mendapatkan berkah pujian rakyat ketika KPK mulai beraksi. Maka SBY dan kabinetnya boleh menyebut dengan bangga dirinya sebagai clean government and professional. Rakya terpukau dan kembali memilihnya.

Namun perjalanan waktu , ternyata cara praktis atau menjadi extra ordinary bagi procedure formal lembaga yang sudah ada ( jaksa dan Polisi ) membuat gerah para elite negeri ini. Tak sedikit pejabat trias politika yang masuk bui dan yang belum tertangkap terasa duduk diatas bara. Kenyaman tak ada lagi. Sementara kebutuhan tak bisa dikekang. ” Apa arti kebebasan dan kekuasaan bila setiap hari dikecam rasa takut dan semua itu karena KPK” Kira kira demikian yang ada dibenak para elite. Perseteruan antara POLRI dan KPK tidak mungkin datang begitu saja tanpa keterlibatan invisible hand elite politik yang ingin mengembalikan cara cara lama dipakai dalam membrantas korupsi. Terbukti tahun 2007 pernah diajukan RUU untuk merevisi KPK namun tak terjadi.

Padahal disadari oleh elite politk bahwa KPK adalah sebuah kompromi final dari kemuakan rakyat terhadap ulah rezim Soeharto yang hoby KKN. Ini sebagai jalan terbaik daripada lahirnya revolusi sosial. Rakya dapat menerima semua efek dari kesalahan orde baru asalkan ada cara yang efektif untuk membrantas korupsi. Namun sebuah kekuasaan ternyata memang tak nyaman bila harus ada system hukum yang antibodi seperti KPK , yang dengan mudah menyadap, menyita , menyekal dan menangkap tanpa memperdulikan "azas pra duga tak bersalah"

Perserteruan antara KPK dan Polri hanyalah satu bentuk yang nampak dipermukaan sebagai bagian dari upaya elite ( DPR dan Pemerintah ) untuk memandulkan peran KPK agar kekuasaan menjadi berkah yang nyaman dan menyamankan. Hingga tak ada lagi kelak, pejabat DPR yang dipermalukan karena korupsi atau pejabat gubernur atau menteri harus berhadapan dengan palu hakim. Karena banyak sekali kasus yang siap menjadikan mereka pesakitan dihadapan rakyat.

Thursday, October 15, 2009

Cinta

Diantara tujuh orang bersaudara mungkin sayalah yang didik dengan keras oleh Ayah saya. Sedikit saja kesalahan , pasti harus dibayar. Tidak ada yang gratis. Sulit sekali melihat ayah tersenyum melihat saya. Ayah memperhatikan semua hal tentang saya, termasuk yang sepele. Rambut panjang sedikit ,harus dicukur. Dan itu selalu dia kawal ketempat tukang cukur. Dia sendiri yang menentukan seberapa pendek rambut saya yang pantas. Semua rapor seklolah saya juga diperiksa langsung olehnya. Ayah hanya mau tanda tangan rapor sekolah apabila nilainya bagus. Hal ini berbeda sekali saudara saya yang lainnya. Namun kala itu nalar saya belum bisa menerima perbedaan sikap ayah terhadap saya.. Saya menerima semua itu karena saya mencintai ayah dengan sepenuh hati. Tanpa ada prasangka apapun. Sebelum saya bisa memahami itu semua, Ayah telah dipanggil oleh Allah.

Berjalannya waktu, saya dapat memahami tentang hakikat cinta. Ayah saya tidak pernah memuji saya karena dia tidak ingin saya hancur karena pujian. Ayah selalu menegur keras setiap kesalahan karena dia tak ingin saya berbuat salah. Ayah selalu memperhatikan saya karna dia sangat mencintai saya. Bahkan lebih dari jiwanya. Itulah sebabnya bila marahnya mengaburkan kelembutan hatinya untuk sekedar berkata” aku mencintaimu”. Tidak ada kata kata lembut bila ayah marah dan begitulah cara ayah mengungkap bahasa cintanya. Setelah dewasa dan punya keluarga, barulah saya dapat memahami sepenuh hati tentang ayah. Lebih daripada itu adalah ternyata ungkapan bahasa cinta tidak melulu dengan ungkapan indra kasat mata. Dia teraktualkan dalam bentuk lembut, kasar dan kadang samar samar. Semua karena cinta yang lahir dari kalbu terdalam.

Ada istilah ” Cinta keras” , yang mengungkap cinta dengan mudah tersinggung, mudah cemburu, mudah marah atau sangat sensitif terhadap orang yang dicintainya. Ada juga istilah ” Cinta lembut ”, yang terkesan mudah memaafkan, menghindari komplik atau kata kata kasar, mudah tersenyum dan selalu mau menjadi pendengar yang baik bagi orang yang dicintainya. Kalau manusia disuruh memilih orang yang pantas dicintainya maka tentu akan memilih orang yang bisa bersikap dengan cinta lembut. Namun hidup bukanlah soal memilih apa yang kita mau. Misteri kehidupan terlalu luas untuk kita pahami. Disinilah peran Allah berada dengan sangat agung , untuk menjadikan peran seperti apa terhadap orang yang kita cintai. Lebut atau kasar, dibalik itu semua Allah berada untuk mendidik kita semua dengan cinta.

Mengapa Ayah bersikap keras kepada saya , mungkin karena saya termasuk yang nakal dan super kreatif yang kadang membahayakan diri saya sendiri. Lebih daripad itu saya anak laki laki tertua yang terlalu diharapkan ayah sebagai pemimpin saudara saya lainnya.Dari sikap keras ayah itulah menjadi pelajaran bagi saudara saya semua untuk tidak berkelakuan seperti saya. Dan ayah memang bisa bersikap lembut dan mudah berkompromi dengan kesalahan saudara saya lainnnya. Namun, mungkin sayalah yang mendapatkan manfaat besar dari sikap ayah itu. Sifat sabar , berani bersikap dan terkendali dalam emosi hadir karena didikan ayah ketika saya masih kecil.

Begitupula dengan kehidupan lainnya. Begitu banyak bencana datang kepada kita, itu semua cara Allah mendidik suatu kaum. Cinta bukanlah soal sikap yang lahiriah yang bicara soal masa kini tapi cinta berbicara suatu hal yang tak dapat dilihat dengan mata dan berspektrum jauh kedepan. Ini hanya bisa dipahami bagi orang yang didalam kalbunya bersemayam cinta hakiki.

Dari itu semua, saya tidak pernah lagi melihat ungkapan bahasa cinta sebagai sebuah aksesory kehidupan yang penuh keindahan. Saya akan menerima perlakuan apapun dari siapapun yang mengenal saya. Bukan soal dia merugikan atau menguntungkan saya, tapi bagaimana saya menerima itu sebagai ujud kehadiran Cinta Allah lewat orang sekitar saya, walau kadang tak menyamankan. Cinta adalah anugerah terindah dari Allah dan darinya manusia dididik untuk menjadi sempurna.

Sunday, October 11, 2009

Terimakasih

Ada kesan yang menarik sebagai bagian dari program Hari Kemerdekaan China. Saya menonton acara CCTV tentang kunjungan anak sekolah ke rumah rumah mantan pejabat. Yang dikunjungi bukan hanya mantan pejabat tinggi tapi juga pejabat biasa. Mereka semua pensiun dengan tenang dan hidup dalam keadaan sederhana. Para anak murid sekolah itu datang kerumah pejabat bukan hanya bertamu tapi juga melayani segala kebutuhannya. Layaknya anak melayani orang tua yang sudah uzur. Saya perhatikan anak anak itu melayani dengan sepenuh hati. Kegiatan ini diawali oleh President Hu yang mendatangi rumah bagi venteran kemerdekaan China. Kegiatannya sama yaitu melayani sang veteran, seperti menyuapi makan, membimbing ke Toilet dan lain lain. Semua dilakukan dengan senyuman kasih sayang.

Begitulah cara china mendidik generasinya untuk mencintai mereka yang telah berjasa kepada bangsanya. Siapapun dia, apapun jabatannya, mereka semua telah mengabdikan umurnya bagi bangsanya. Maka generasi penerus harus berterimakasih untuk itu. Ujud terimakasih bukan hanya dalam bentuk lagu dan upacara tapi merasakan akrab lahir batin dengan para pejuang itu. Nampak air mata berlinang bagi setiap mantan pejabat yang didatangi itu. Mereka terharu. Karena menyaksikan generasi penerusnya lebih baik dari mereka. Dulu mereka masih menggunakan baju drill kualitas rendah tapi kini generasi penerusnya telah menggunakan baju woll dengan kualitas terbaik China. Dan yang lebih penting lagi bahwa para generasi penerus mencintai mereka dan tetap menganggap merekalah yang terbaik.

Progaram ini keliatannya bukan hanya ditujukan sebagai tanda terimakasih generasi penerus kepada generasi sebelumnya tapi lebih daripada itu adalah menggugah para pejabat yang kini berkuasa untuk memberikan kesan terbaik bagi umurnya. Mereka harus membuktikan kecintaannya kepada tanah air dengan kerja keras dan jujur agar kelak ketika mereka pensiun pantas untuk dihargai. Setidaknya , sikap mereka kini akan menentukan nilai mereka kemudian. Di China, apabila pejabat dihukum karena korupsi maka hukum sosial lebih berat dibandingkan hukuman mati. Keluarga dan keturunannya mendapatkan aib seumur hidup. Mereka terhina oleh kelompok sosialnya dan terisolasi. Budaya malu dan mengutamakan kehormatan telah menjadi kekuatan ampuh bagi rezim yang berkuasa untuk kampanye anti korupsi.

Rasa terimakasih adalah ujud dasar akhlak mulia. Diceritakan dalam Hadith Nabi tentang seorang yang dianiaya oleh penyamun. Setelah harta diambil, kemudian tangan dan kakinya dipotong. Korban ditinggalkan begitu saja ditengah gurun. Tapi korban ini tetap hidup karena lukanya ditutup oleh jutaan semut yang mengerumuninya. Begitu berat penderitaannya karena teraniaya tapi Allah menempatkannya ke neraka. Apa pasal ? Karena orang ini tidak bisa berterimakasih dengan semut yang telah membantunya menutupi luka. Orang ini selalu mengeluh dengan keadaannya dan berharap Allah melindunginya. Padahal Allah telah memerintahkan semut tapi dia meminta lebih dari apa yang Allah berikan. Diapun lupa berterimakasih.

Begitulah, bahwa bila kepada mahkluk saja kita tidak bisa berterimakasih apalagi kepada Allah yang telah memberikan kita terlalu banyak dan tak ternilai berupa nikmat akal, nikmat panca indra , dan nikmat kehidupan. Orang yang tidak pandai bersyukur kepada Allah adalah serendah rendahnya makhluk. Orang yang tidak pandai berterimakasih atas jasa orang lain adalah orang yang memenggal masa lalunya dan hidup dalam kegelapan aura untuk dicintai dan mencintai...Siapapun kita harus menanamkan budaya ”terimakasih”, utamanya kepada mereka yang telah berbuat karena cinta , sekecil apapun pemberiannya

Thursday, October 01, 2009

Bencana lagi ?

Kemajuan inptek diera modern dewasa ini telah membuat manusia merasa mampu berbuat apa saja. Logika dipertuhankan. Tapi satu fakta yang sampai kini tak bisa dijawab oleh kemampuan Inptek bahwa tak ada satupun tekhnolgi atau pengetahuan yang mampu memastikan jadwal kapan gempa itu terjadi. Dimana sumber gempa itu tepatnya yang akan terjadi. Tak ada yang bisa menduga. Tekhnologi modern hanya mampu mempelajari sebab akibat dari gempa. Hanya itu. Tapi , jawaban yang diberikan tak menyelesaikan esensi yang sebenarnya. Sama seperti tak ada orang yang bisa menduga kapan dia mati. Ilmu pengetahuan mampu menjawab sebab kematian walau tak sebenarnya tepat.

Keangkuhan paham sekuler yang mempertuhankan Ilmu akal sulit untuk mengakui esensi dari bencana yang sebenarnya. Karena dia berada diruang yang sangat sempit dan terbatas. Sementara memahami alam semesta ini tidak bisa hanya mengandalkan Ilmu tapi lebih daripada itu adalah pehaman akan qada dan qadar yang menjadi hak Allah. Pemahaman ini hanya mungkin bila qalbu manusia putih bersih hingga hijab terbuka. Maka Allah lah yang akan mengajarkan manusia untuk menjadi khalifah dimuka bumi. Satu ketika terjadi gempa di jazirah Arab. Ketika itu Umar Bin Khatap sebagai khalifah. Dia menghentakan tongkatnya sambil berkata kepada bumi ” wahai bumi,engkau hamba Allah dan aku khalifahNya, mengapa engkau berguncang, apakah aku pernah bertindak tidak adil atas engkau?. Dengan seketika gempa berhenti. Allah berjanji dalam Qur’an Surat Al Anbiya’ ayat 105 : “ akan Aku wariskan bumi ini kepada hamba-hambaKu yang soleh( bertaqwa) ”.

Sejarah masa lalu yang diceritakan oleh Allah dalam Alquran, jelas menyebutkan bahwa bencana itu datang karena azab Allah serbagai bentuk peringatan. Peristiwa alam yang dikatakan oleh penganut paham sekuler sebagai penyebab gempa hanyalah sebuah sunatullah. Kesadaran bahwa bencana datang sebagai azab dari Allah , maka Umar Bin Khatap berkata sebagaimana diriwayatkan oleh Shafiyah binti Ubaid bahwa sesudah gempa Umar berpidato ”Kalian suka melakukan bid’ah yang tidak ada dalam Alquran, sunah Rasul dan ijma para sahabat Nabi sehingga kemurkaan dan siksa Allah turun lebih cepat.”.

Itulah sikap seorang pemimpin yang bertakwa kepada Allah . Umar adalah kepala negara yang adil kepada siapapun termasuk kepada orang kafir dan melaksanakan roda pemerintahannya berdasarkan ruh Alquran dan Hadith secara kaffah. Di era umar tidak akan pernah diizinkan kemunkaran , kezoliman merajelala. Keadilan ditegakan walau dia harus membunuh sendiri anaknya yang melakukan kesalahan. Korupsi receh tak diberi ruang, apalagi korupsi besar. Walau ketika itu perluasan kekuasaan Khalifah sudah hampir seluruh jazirah arab namun dia tetap hidup sederhana, yang tak ubahnya dengan penduduk yang masih belum menikmati kemakmuran. Hatinya sangat dekat dengan orang miskin dan airmatanya tak henti beurai dalam tahajudnya untuk memohon ampun atas segala kelalaiannya melindungi rakyat.

Dengan itu semua, Umar bin Khatap , tetap mengakui bahwa bencana itu akibat dari dosa sebagai ujud peringatan dari Allah. Agar manusia mendapatkan hikmah untuk semakin dekat kepada Allah. Bertobat sebelum datangnya kematian. Inilah ujud kasih sayang Allah agar kita senantiasa berprasangka baik kepada Allah. Bagaimana dengan Indonesia. ? Allah menjawabnya dalam surat Al-Balad : 1 – 7 , 11 – 18) ” Sesungguhnya Aku bersumpah dengan negeri ini. Dan kamu tinggal di negeri ini. Demi Bapak dan anaknya.Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam kesusah payahan..Apakah ia menduga bahwa tidak akan ada seorangpun yang berkuasa atasnya. Dia berkata, “Saya menghambur-hamburkan harta yang banyak”. Apakah ia menduga bahwa tidak seorangpun yang melihatnya

Dan Kami telah menunjukkan 2(dua) jalan , kebajikan dan kejahatan. Namun dia tidak menempuh jalan yang mendaki dan berliku-liku. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan berliku-liku itu?. Yaitu memerdekakan hamba saya. Atau memberi makan pada hari penceklik, kepada anak yatim yang masih kerabat. Atau kepada orang miskin yang melarat.

Selagi kita tidak menyadari itu, maka bencana akan terus datang silih berganti. Pemimpinlah yang bertanggung jawab untuk mengingatkan umatnya. Tentu dimulai dari keteladanan para pemimpin untuk bertobat dan merangkai kebijakannya dengan kasih sayang demi tegaknya keadilan , kebenaran, kebaikan di bumi pertiwi. Maka berkah Allah akan datang, bumi indonesia bukan lagi negeri ditengah bencana tak berujung...Mungkinkah ?

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...