Sunday, October 11, 2009

Terimakasih

Ada kesan yang menarik sebagai bagian dari program Hari Kemerdekaan China. Saya menonton acara CCTV tentang kunjungan anak sekolah ke rumah rumah mantan pejabat. Yang dikunjungi bukan hanya mantan pejabat tinggi tapi juga pejabat biasa. Mereka semua pensiun dengan tenang dan hidup dalam keadaan sederhana. Para anak murid sekolah itu datang kerumah pejabat bukan hanya bertamu tapi juga melayani segala kebutuhannya. Layaknya anak melayani orang tua yang sudah uzur. Saya perhatikan anak anak itu melayani dengan sepenuh hati. Kegiatan ini diawali oleh President Hu yang mendatangi rumah bagi venteran kemerdekaan China. Kegiatannya sama yaitu melayani sang veteran, seperti menyuapi makan, membimbing ke Toilet dan lain lain. Semua dilakukan dengan senyuman kasih sayang.

Begitulah cara china mendidik generasinya untuk mencintai mereka yang telah berjasa kepada bangsanya. Siapapun dia, apapun jabatannya, mereka semua telah mengabdikan umurnya bagi bangsanya. Maka generasi penerus harus berterimakasih untuk itu. Ujud terimakasih bukan hanya dalam bentuk lagu dan upacara tapi merasakan akrab lahir batin dengan para pejuang itu. Nampak air mata berlinang bagi setiap mantan pejabat yang didatangi itu. Mereka terharu. Karena menyaksikan generasi penerusnya lebih baik dari mereka. Dulu mereka masih menggunakan baju drill kualitas rendah tapi kini generasi penerusnya telah menggunakan baju woll dengan kualitas terbaik China. Dan yang lebih penting lagi bahwa para generasi penerus mencintai mereka dan tetap menganggap merekalah yang terbaik.

Progaram ini keliatannya bukan hanya ditujukan sebagai tanda terimakasih generasi penerus kepada generasi sebelumnya tapi lebih daripada itu adalah menggugah para pejabat yang kini berkuasa untuk memberikan kesan terbaik bagi umurnya. Mereka harus membuktikan kecintaannya kepada tanah air dengan kerja keras dan jujur agar kelak ketika mereka pensiun pantas untuk dihargai. Setidaknya , sikap mereka kini akan menentukan nilai mereka kemudian. Di China, apabila pejabat dihukum karena korupsi maka hukum sosial lebih berat dibandingkan hukuman mati. Keluarga dan keturunannya mendapatkan aib seumur hidup. Mereka terhina oleh kelompok sosialnya dan terisolasi. Budaya malu dan mengutamakan kehormatan telah menjadi kekuatan ampuh bagi rezim yang berkuasa untuk kampanye anti korupsi.

Rasa terimakasih adalah ujud dasar akhlak mulia. Diceritakan dalam Hadith Nabi tentang seorang yang dianiaya oleh penyamun. Setelah harta diambil, kemudian tangan dan kakinya dipotong. Korban ditinggalkan begitu saja ditengah gurun. Tapi korban ini tetap hidup karena lukanya ditutup oleh jutaan semut yang mengerumuninya. Begitu berat penderitaannya karena teraniaya tapi Allah menempatkannya ke neraka. Apa pasal ? Karena orang ini tidak bisa berterimakasih dengan semut yang telah membantunya menutupi luka. Orang ini selalu mengeluh dengan keadaannya dan berharap Allah melindunginya. Padahal Allah telah memerintahkan semut tapi dia meminta lebih dari apa yang Allah berikan. Diapun lupa berterimakasih.

Begitulah, bahwa bila kepada mahkluk saja kita tidak bisa berterimakasih apalagi kepada Allah yang telah memberikan kita terlalu banyak dan tak ternilai berupa nikmat akal, nikmat panca indra , dan nikmat kehidupan. Orang yang tidak pandai bersyukur kepada Allah adalah serendah rendahnya makhluk. Orang yang tidak pandai berterimakasih atas jasa orang lain adalah orang yang memenggal masa lalunya dan hidup dalam kegelapan aura untuk dicintai dan mencintai...Siapapun kita harus menanamkan budaya ”terimakasih”, utamanya kepada mereka yang telah berbuat karena cinta , sekecil apapun pemberiannya

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...