Bayangkanlah ! kata penceramah Sholat Jumat. Anda berada dalam suatu tempat antah berantah. Disekeliling anda yang ada hanya ular besar dengan lidahnya mendesis desis kearah anda. Disamping itu ada makhluk berwajah menakutkan membawa palu godam raksasa yang siap diarahkan kepada anda. Anda ingin berlari dari situasi yang menakutkan itu. Tapi kemana mau lari. Itu ruangan sempit sekali. Tak ada satupun celah bagi anda untuk lari. Tentu anda akan terlolong lolong memohon bantuan dari orang lain. Tapi suara anda berbalik kembali kepada diri anda. Tak ada celah yang bisa membawa suara lolongan anda keluar. Sementara wajah menakutkan dan ular berbisa semakin mendekat kepada anda. Dalam situasi itu, jantung anda berdetak kencang seiring rasa takut tak terperikan. Bayangkanlah !
Tunggu sebentar. Cerita diatas bukan kehidupan yang sebenarnya. Tapi terjadi didunia mimpi. Anda terjaga dari mimpi buruk. Tapi ingatan tentang mimpi itu hanya membuat anda bersyukur bahwa itu “hanya mimpi” dan anda terbangun untuk menikmati kehidupan dimana semua masih terkendali. Tapi tahukah anda ? kehidupan setelah kematian, dialam kubur, tak lebih sama seperti itu. Bila amal ibadah kita bertumpuk atau lebih banyak dibandingkan dosa maka selama dialam barzak kita menikmati mimpi indah sampai hari kebangkitan. Tapi bila amal ibadah minus dan dosa surplus maka kita akan merasakan mimpi buruk sampai hari dibangkitkan. Siksa alam berzak adalah siksa jiwa. Kenikmatan alam barzakh adalah kenikmatan jiwa. Pertanyaan apakah kita siap dengan mimpi buruk ataukah kita berharap mimpi indah setelah kematian ? Atau anda tidak percaya ada kehidupan setelah kematian? Lantas bagaimana dengan dunia mimpi yang acap anda rasakan ?
Bagaimana kehidupan Alam kubur itu, Nabi bersabda “"...Ingatlah kematian, demi Dzat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan tertawa sedikit dan banyak menangis." (Shahih Muslim). Begitulah dahsyatnya alam kubur. Sampai Nabi pun berkata “ akan tertawa sedikit dan banyak menangis” bila mengingat dosa yang dilakukan. Setiap orang tak bisa menghindari mati. Semua pasti akan menemui takdirnya. Bila saatnya datang, siap tidak siap harus menemui ajalnya (QS al-A'raf [7]: 34). Ini urusan yang pasti. Setiap ada berita kematian teman atau keluarga, pada waktu itulah Allah berdialogh kepada kita tentang sesuatu yang pasti dan menanti. Bahkan setiap waktu, maut memanggil manggil kita untuk pulang. Hanya orang bebal yang tak bisa belajar dari kematian sahabat, keluarga, dan orang lain. Tapi kita tidak sadar.
Apa yang kita banggakan tentang kehidupan ini. Bila saatnya datang untuk pergi tak ada satupun yang kita bawa kecuali amalan kita sendiri. Harta berlebih yang dibela dengan all at cost, ketika mati ,maka yang menikmati adalah ahli waris. Istri cantik yang dipuja siang malam, ketika mati , dia akan kawin lagi dengan pria lain. Jabatan yang dibela dengan segala cara ketika mati orang lain akan bersegera menggantikan. Semua seperti firman Allah "Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui." (QS Al Ankabut: 64). Sungguh tolol bila kita memperjuangkan yang sedikit sementara yang banyak kita lupakan. Yang banyak itu adalah akhirat. Itulah tempat keabadian dimana semua akan diperhitungkan sebaik baiknya oleh Allah.
Mencintai dunia adalah kebodohan yang pasti. Menjadikan dunia sebagai tempat pesinggahan menuju tempat akhir adalah cerdas. Yang namanya tempat persinggahan maka bukanlah tempat untuk menetap. Ini tempat untuk mempersiapkan diri menempuh perjalanan panjang. Maka bekal selama ditempat persinggahan itu harus disiapkan dengan sebaik baiknya. Perbanyaklah ibadah, tegakkan sholat, perbanyaklah berbagi dalam bentuk apapun dan yang penting dari itu semua, lakukan segala amalan hanya untuk beribadah kepada Allah dengan ikhlas se ikhlasnya. Insya Allah, kelak dialam kubur kita tidur dalam mimpi terindah. Atau bila kita lalai dan memanjakan diri didunia lupa alam kubur, maka terimalah mimpi terburuk dari yang buruk. Semua tergantung kita...