Kalau lagi dirumah, istri saya
selalu menanti sholat subuh berjamaah dengan saya sebagai imam dan dia sebagai
ma'mun namun dia sendiri yang menentukan agar saya membaca surat Ali Imran
(21s/d30) dan Surat Ar Rahman. Selalu itu yang dimintanya. Jadi seperti surat wajib
yang harus saya baca. Baru kini saya bertanya kepadanya mengapa dia selalu
minta saya baca surat itu? dengan tersenyum dia berkata bahwa abang pemimpinku
dan kehormatan abang itu ada pada Allah bukan padaku, atau anak atau sahabat.
Aku ingin abang terus dekat kepada Allah. Bagaimana surat Ar Rahman? ya agar
abang terus bersyukur kepada Allah, dalam situasi dan kondisi apapun.Pemimpin
yang bersyukur akan menentramkan orang yang dipimpinnya. Demikian kata istri saya. Saya bisa maklum
karena istri saya memang menamatkan sekolah Madrasah. Dia cukup tahu soal agama.
Bahwa sebagai istri,sebagai orang yang dipimpin oleh suami atas dasar kekuasaan
yang diberikan Allah maka dia wajib selalu mengingatkan saya agar menjalankan
kekuasaan itu dengan benar untuk Allah. Agar apa? Agar saya bisa berbuat adil,
menyejahterakan keluarga yang saya pimpin, menepati janji-janji yang telah diucapkan, dan sebagainya. Keluarga adalah miniatur dunia. Bila kita bisa melaksanakan misi keluarga sesuai dengan tuntunan Al Quran dan Hadith maka kita sudah melaksanakan setengah ajaran agama. Saya maklum itu.
Rasulullah berdoa kepada Allah agar suatu waktu Romawi dan Persi jatuh ke dalam kekuasaan umatnya. Kemudian turunlah firman Allah (Ali-Imran 26 Allah) " Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." Ayat ini dengan tegas mengatakan bahwa Allah lah yang memberikan kekuasaan kepada manusia, termasuk kekuasaant terkecil dirumah tangga. Sejarah membuktikan bahwa umat islam berhasil menaklukan persia dan romawi. Apakah kemenangan itu membuat umat islam bangga atau euforia? tidak! Umat islam semakin rendah hati terutama para pemimpinnya. Mengapa? karena mereka ingat akan firman Allah pada surat Ali Imran 26 tersebut. Bahwa kekuasaan yang mereka dapat dari perang penaklukan tersebut bukanlah karena kehebatan perang mereka tapi tak lain karena memang Allah yang memberikan kekuasaan itu kepada mereka.Tugas mereka selanjutnya adalah meneruskan sunatullah bahwa mereka akan menjadi wakil Allah dimuka bumi ini (Al-Baqarah [2]: 30) untuk menegakkan kalimah Allah tentang kebaikan, kebenaran dan keadilan. Karenanya bagaimana cara menjalankan kekuasaan itu maka haruslah mengacu kepada ketentuan dari Allah yang ada pada Al Quran dan sunah Rasul. Jadi kekuasaan ditangan orang beriman adalah bagian dari melaksanakan ayat ayat Allah untuk rahmat bagi alam semesta.
Kekuasaan adalah anugerah Allah dan menjadi beban amanah yang termaha berat bagi manusia namun tidak perlu kawatir karena Allah tidak akan membebani manusia bila manusia tidak mampu melewatinya. Apa yang harus dilakukan manusia adalah perkuat keimanan kepada Allah. Apapun amanah yang diembankan maka jadikanlah itu sebagai cara beribadah kepada Allah. Apabila kekuasaan itu tidak didasarkan kepada keimanan kepada Allah maka kekuasaan suami pada rumah tangga akan menimbulkan penderitaan bagi istri dan anak anak. Kekuasaan pada negara akan menimbulkan kerusakan moral dan akhlak sehingga alam menjadi rusak akibat ketamakan,lingkungan tercemar dan manusia hidup dalam paradox. Sejarah telah membuktikan ini. Bagaimana ALlah menceritakan hancurnya kekuasaan Firaun. Dalam keseharian kita menyaksikan bagaimana rumah tangga dibangun dengan ongkos mahal akhirnya berujung pada perceraian. Bagaimana banyak pemimpin yang tadinya diidolakan namun pada akhirnya dia terhina dan mati dalam fitnah. Firman Allah yang mengatakan bahwa "Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Itulah mungkin mengapa istri saya selalu mengingatkan akan Surat Ali Imran ini dan meminta saya untuk membaca Ayat ini setiap sholat subuh, sebagai awal saya memulai hari hari saya. Apabila berat beban hidup maka tetaplah bersyukur sebagaimana firman ALlah dalam Surat Ar Rahman" "nikmat mana lagi yang kamu dustakan?
Kekuasaan adalah anugerah Allah dan menjadi beban amanah yang termaha berat bagi manusia namun tidak perlu kawatir karena Allah tidak akan membebani manusia bila manusia tidak mampu melewatinya. Apa yang harus dilakukan manusia adalah perkuat keimanan kepada Allah. Apapun amanah yang diembankan maka jadikanlah itu sebagai cara beribadah kepada Allah. Apabila kekuasaan itu tidak didasarkan kepada keimanan kepada Allah maka kekuasaan suami pada rumah tangga akan menimbulkan penderitaan bagi istri dan anak anak. Kekuasaan pada negara akan menimbulkan kerusakan moral dan akhlak sehingga alam menjadi rusak akibat ketamakan,lingkungan tercemar dan manusia hidup dalam paradox. Sejarah telah membuktikan ini. Bagaimana ALlah menceritakan hancurnya kekuasaan Firaun. Dalam keseharian kita menyaksikan bagaimana rumah tangga dibangun dengan ongkos mahal akhirnya berujung pada perceraian. Bagaimana banyak pemimpin yang tadinya diidolakan namun pada akhirnya dia terhina dan mati dalam fitnah. Firman Allah yang mengatakan bahwa "Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Itulah mungkin mengapa istri saya selalu mengingatkan akan Surat Ali Imran ini dan meminta saya untuk membaca Ayat ini setiap sholat subuh, sebagai awal saya memulai hari hari saya. Apabila berat beban hidup maka tetaplah bersyukur sebagaimana firman ALlah dalam Surat Ar Rahman" "nikmat mana lagi yang kamu dustakan?
Sebagai orang beriman dan juga rakyat dari negara Indonesia, yang dipimpin oleh pemerintah Indonesia, kita harus senantiasa mengingatkan pemerintah tentang kekuasaan itu berasal dari Allah. Allah lah pemilik kekuasaan. Pemilu hanyalah sunattulah didunia sehingga orang terpilih menjadi pemimpin. Namun sebelum kita dipimpin maka kita harus bisa memimpin diri kita sendiri terlebih dahulu. Rasul bersabda bahwa "ketahuilah! Setiap dari kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan diminta pertanggung-jawaban atas kepemimpinan-mu. Pemimpin itu bukan hanya jabatan formal seperti Presiden, Gubernur, Bupati dll tapi juga jabatan tidak formal yang nilainya dihadapan Allah tidak kurang dari jabatan formal bila itu dilakukan dengan ikhlas. Karenanya status formal atau tidak formal tidak penting sebagai pemimpin. Kita harus melatih pribadi kita mempunyai karakter seorang pemimpin, yang diantaranya adalah memiliki kecerdasan bersikap, amanah (dapat dipercaya), rasa kemanusiaan, keberanian menegakan keadilan dan istiqamah dalam kebenaran, berdamai untuk kebaikan, serta disiplin terhadap waktu. Karakter kepemimpinan itu telah diteladankan oleh Rasul. Kita hanya perlu meniru jejak rasul yang berlandaskan kepada Firman Allah. Pemimpin sejati selalu menjadi cahaya dimanapun dia berada. Dia menentramkan bagi yang dipimpin dan memberikan harapan bahwa kebenaran akan dibela, kebaikan akan dijunjung dan keadilan tegak.
Bila semua karena Allah maka yang akan muncul kepermukaan adalah cinta dan kasih sayang. Orang kaya akan membantu yang miskin, yang kuat menjaga yang lemah, pemerintah amanah rakyatnya aman sentosa,suami amanah,rumah tangganya sakinah. Semoga bila kelak terpilih presiden maka itu adalah repliksi dari doa kita kepada Allah untuk mendapatkan pemimpin yang amanah, yang menjadikan kekuasaan sebagai cobaan dan juga ladang ibadah untuk beribadah kepada Allah dan berkorban untuk itu.
Bila semua karena Allah maka yang akan muncul kepermukaan adalah cinta dan kasih sayang. Orang kaya akan membantu yang miskin, yang kuat menjaga yang lemah, pemerintah amanah rakyatnya aman sentosa,suami amanah,rumah tangganya sakinah. Semoga bila kelak terpilih presiden maka itu adalah repliksi dari doa kita kepada Allah untuk mendapatkan pemimpin yang amanah, yang menjadikan kekuasaan sebagai cobaan dan juga ladang ibadah untuk beribadah kepada Allah dan berkorban untuk itu.