Thursday, May 04, 2023

Cintaku yang kuberi

 




Ketika kali pertama pria itu datang ke rumahnya, dia hanya punya kesan pria itu adalah pria baik dan taat beragama. Neneknya minta agar berlaku baik kepada pria itu, karena dia guru mengaji yang  sholeh. Pria itu akan menjadi cahaya rumah. Dia sendiri tidak tahu bagaimana sampai pria itu datang kerumahnya yang hanya hidup dari bertani sepetak sawah dan usaha mengambil air enau. Sebagai anak yatim piatu dia merasa punya saudara laki laki baru di rumahnya. Dia senang.


Pria itu tinggal di belakang rumah yang memang ada dangau ( gubuk kecil ). Setiap hari pria itu selalu di kamar mengaji dan berzikir dan sholat. Semua dilakukan dengan kusyu. Kalau mengaji suaranya merdu sekali. Setiap pagi, siang dan sore, neneknya menyediakan makan untuk pria itu. Pria itu tidak pernah berbicara banyak. Jarang sekali keluar dari gubuknya. Kecuali mandi dan berwudhu. Dia kadang mencuri pandang kepada pria itu tapi tak ada nampak sedikitpun pria itu terpengaruh. 


Dia kadang malu namun berharap di safa oleh pria itu. Karena dia tidak lagi anak anak. Dia telah menjadi gadis remaja. Dia ingin di perhatikan atau setidaknya ditegur. Namun ketika hal ini  disampaikan kepada neneknya, nenek mengatakan bahwa bagi pria sholeh tidak boleh terlalu dekat dengan wanita yang bukan muhrim. Ini agama yang mendidik. BIla saatnya kamu akan di ambil pria maka pria itu akan melamarmu kepada nenek untuk jadikan kamu sebagai istri.


Suatu saat si nenek sakit keras. Menjelang ajal si nenek berpesan agar memberi makan untuk pria sholeh yang sedang mendekatkan diri kepada Allah. "Itu pahala cucuku. Memberi musafir yang sedang mengembara mencari cintanya kepada sang Pencipta adalah ladang ibadah tak ternilai." Dia dapat menerima dan ingat akan pesan sang nenek. 


Setelah nenek nya meninggal , dia meneruskan kebiasaan si nenek memberi makan kepada pria itu. Namun pria itu tidak pernah membuka pintu. Jadi makanan itu hanya di tempatkan didepan pintu dan kemudian akan di ambil pria itu setelah dia pergi. Begitulah seterusnya. 


Selama tinggal bersama, pria itu tidak pernah menoleh ke arah dia dan selalu diam tanpa bertanya atau ngobrol. Awalnya keinginan sangat besar untuk bersedekat dengan pria itu namun akhirnya dia tidak lagi berharap apapun kecuali melaksanakan kewajibannya memberi makan pria itu. Setiap hari dia bekerja keras di sawah dan mencari air enau di hutan. Hidup berlalu dan kesepian menghinggap. Dua anak manusia dalam satu rumah. Yang satu memberi dan berkorban , yang satunya lagi asyik bercengkrama dengan Tuhannya dalam zikir.


Senja telah memerah , dia menatap kearah atap gubuk itu sambil berbisik " Apalah aku yang tak pandai mencintai Tuhan seperti pria itu dan aku hanya bisa sujud disela waktu sibuk-ku dan tergopoh  gopoh memburu matahari pagi untuk ke sawah menggais rezeki yang Tuhan-ku benamkan di tanah dan hutan. Apalah aku...wanita yatim piatu yang miskin..apalah aku... mencintai dan berkorban adalah satu satunya kemewahanku. Terimakasih Tuhan untukku hanya cinta karena Mu."


Di bumi yang berputar pasti ada gejolak

Ikuti saja iramanya, isi dengan rasa

Di menara langit halilintar bersabung

Aku merasa tak terlindung, terbakar kegetiran

Cinta yang kuberi sepenuh hatiku

Entah yang kuterima?  aku tak peduli,



No comments:

Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...