Selama ini Jokowi tidak pernah bicara terus terang mengenai Capres. Orang hanya menduga duga aja. Kadang terkesan Onani seperti orang ngecak kartu SDSB. Apapun sikap Jokowi dianalisa seperti dukun lotere. Tapi kemarin. Jokowi sebagai Presiden Ri bicara terus terang “ "Kalau menyimak apa yang disampaikan Prof Yusril dengan pengalaman sangat panjang, saya mendukung, loh, kalau Prof Yusril dicalonkan sebagai capres dan cawapres. Ini serius," ujar Jokowi dalam pidatonya di Rakernas PBB di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu, 11 Januari 2023.
Siapa itu Yusril Ihza Mahendra? Saya yakin semua mengenal dia. Yusril dilahirkan di Lalang, Manggar, Belitung Timur, 5 Februari 1956. Yusril adalah anak dari pasangan Idris Haji Zainal dan Nursiha Sandon. Ayah dari Yusril berasal dari Johor, Malaysia dan kakek Yusril merupakan seorang bangsawan Kesultanan Johor. Ibu Yusril memiliki garis keturunan dari Minangkabau. Dalam berumah tangga, Yusril menikah dua kali, yaitu dengan Kessy Sukaesih dan dikaruniai empat orang anak. Setelah berpisah, dia kemudian menikah lagi dengan Rika Tolentino Kato pada tahun 2006 dan dikarunia dua orang anak.
Setelah lulus SMA, Yusril meneruskan pendidikannya mengambil Ilmu Filsafat di Fakultas Sastra dan mengambil Hukum Tata Negara di Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1982. Yusril juga melanjutkan program S2 di University Of The Punjab, India. Sementara untuk S3-nya diperoleh di University Sains Malaysia dan meraih gelar doctor of philosophy dalam ilmu politik. Usai Presiden Soeharto lengser, 1998, Yusril yang sebelumnya berkarir sebagai dosen hukum itu terjun ke dunia politik praktis. Dia mendirikan Partai Bulan Bintang (PBB), titisan Partai Islam Masyumi pada era Presiden Soekarno.
Kebetulan tahun 1999 saya tahu banyak dibalik layar politik nasional. Saya bukan aktifis nasional tapi saya berada dekat sekali dengan para elite politik. Sampai saya tahu siapa yang bakar gedung BI di Thamrin dan gedung BPKP di Hayam Wuruk Jakarta. Bukan sekedar tahu, tapi mendengar sendiri rencana operasi bakar dua gedung itu. Nah saya juga tahu bagaimana elite politik yang hanya hitungan jari jadi penentu sejarah proses reformasi paska jatuhnya Soeharto.
Suatu sore di bertempat di Menteng, Ada pertemuan tokoh elite. Hanya lima orang. Dari lima orang itu hanya 1 militer. “ Pak Amin jadi ketua MPR, Pak Akbar jadi Ketua DPR “ kata Pak Wiranto. Kemudian pak Wiranto berdiri dibelakang Gus Dur, dengan hormat Wiranto berkata “ Nah Gus Dur jadi Presiden.” Katanya. Nanti sidang Umum MPR akan diatur. Tapi Pak Amin, Gus Dur, Akbar tidak mau ajukan resmi surat ke MPR. Mereka kawatir dengan massa PDIP. Saat itu PDIP sebagai pemenang Pemilu 1999 dengan Suara diatas 30%. Benarlah. Saat mau sidang umum MPR, memang tidak ada satupun capres yang ajukan surat. Padahal sarat administrasi sesuai UU, calon harus ajukan surat resmi ke sekretariat MPR/DPR. Nah saat itulah Yusril ajukan surat resmi sebagai Capres. Padahal usianya masih sangat muda. Suara partainya di MPR hanya 2,8%, punya wakil 12 di DPR. Tapi dia berani ajukan resmi.
Saat pemilihan presiden dilakukan di Sidang MPR RI, Oktober 1999, Yusril maju sebagai calon dengan perolehan 232 suara, Megawati 305 suara, dan Abdurahman Wahid 185 suara. Harus maju putaran kedua. Peluang Yusril terbuka lebar sebagai Presiden berikutnya menggantikan BJ Habibie. Namun Amin Rais sebagai ketua koalisi Partai islam minta dia mundur. Yusril menyerah. Tapi dia alihkan dukungan kepada Gus Dur. Kalau sesuai UU, seharusnya yang jadi presiden itu Yusril. Gus Dur jadi Presiden dan Megawati jadi Wakil. Yusri jadi menteri Kumham.
Saat itu terjadi perbedaan pendapat. Yustri menolak rencana Gus Dur untuk menghapus Tap MPR soal ajaran Marxisme dan membubarkan MPR. Benarlah, karena itu Gus Dur diberhentikan oleh MPR. Megawati naik jadi Presiden. Saat itulah Megawati mempercayakan Yusril untuk merampungkan 100 lebih RUU, termasuk membentuk KPK, pemisahan TNI dengan Polri. Hubungan Yusril dengan ibu Mega sangat baik dan dekat. Yusril tidak ada perbedaan pendapat dengan Megawati. Sama chemistry soal politik persatuan.
Yusril dekat dengan Ormas Islam. Maklum partainya berbasis islam. Makanya engga aneh bila dia pernah jadi pengacara HTI menggugat pemerintah karena kasus pembubaran HTI lewat Perppu Nomor 2 Tahun 2017. Mengapa? Apakah Yusril pendukung HTI atau pendukung paham Khilafah? tidak. Saya tahu betul paham agama Yusril itu adalah Masyumi yang memang anti khilafah. Jauh sekali perbedaan tafsir antara Masyumi dan HTI. Bahkan dari 9 orang team BPUPKI dua berasal dari Masyumi. Kalaulah masyumi itu sepaham dengan khilafah, tidak akan pernah ada Pancasila.Bagi anda yang lahir era 90an mungkin tidak mengenal aliran Masyumi. Tahun 50an, NU dan Muhammadiah berpolitik lewat Masyumi.
Dulu, Suroto Kartosudarmo yang juga anggota organisasi Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) tampil menjadi kuasa Hukum Kartosoewirjo, tokoh Negara Islam Indonesia (NII). Tapi saat G30S PKI, Suroto Kartosudarmo juga tampil menjadi pengacara PKI. Jadi bisa dimaklumi bila Yusril yang juga pendiri PBB ( idiologi Masyumi) membela HTI di PTUN. Apa yang dibela Yusril ? Ya HAM. HAM itu universal. Tidak mengenal batas idioloig. Itulah yang dibelanya. Kalah menang, itu tidak penting. Namun dia juga tidak menolak ketika diminta jadi pengacara pasangan calon Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin menghadapi gugatan hasil pemilu 2019 oleh Prabowo-sandi di MK. Dia juga diminta oleh Jokowi untuk menelaah pembebasan Ustaz Abu Bakar Ba’asyir yang dihukum seumur hidup karena kasus terorisme.
Waktu Pilgub DKI dia bersaing dengan Jokowi dan kalah. Tapi hubungan tetap baik. Itu karena hubungan secara personal antara Yusril dengan Jokowi sudah terjalin lama. Yusril mendukung Jokowi sejak Pilpres 2014 dan 2019 bahkan ikut mendukung saat Jokowi maju pilkada Solo untuk jadi walikota. Soal politik dalam konteks islam, mungkin Yusril adalah mentornya Jokowi. Jadi dukungan Jokowi kepada Yusril itu bukan sekedar lipstick, tetapi memang mendasar. Bagi umat islam jauh lebih rasional Yusril daripada Anies. Kira kira begitu.
No comments:
Post a Comment