Sunday, February 20, 2022

Tuhan mendidik

 




Teman saya di China. Dia pengusaha besar. Satu saat dia datang ke saya. “ Saya stress dengan anak saya. Dia putra satu satunya saya. Usianya sudah diatas 30 tahun. Tetapi dia tidak pernah dewasa. Kerja sama saya engga mau. Maunya bisnis tetapi malah bangkrut. Tiap hari main aja kerjaannya. “ Katanya dengan nada galau. Saya tatap dia lama. “Bisa bantu advice saya”


“ Bro, kamu memberi segala galanya kepada putra kamu. Tetapi ada tiga hal yang tidak pernah kamu beri ke dia.” Kata saya.


“ Apa itu?


“ Direndahkan, kesepian, kehilangan harapan.” Kata saya tersenyum. Dia terkejut. “ Apa maksud kamu?


“ Apapun nasehat kamu, Tidak akan efektif. Karena tiga hal itu dia tidak pernah tahu. Tapi kalau dia pernah merasakan tiga hal itu, tidak perlu lama. Cukup tiga tahun. Dia akan berubah dan menjadi hebat “ Kata saya.


Tiga tahun kemudian , teman itu bicara secara pribadi dengan saya.  “ Tiga tahun lalu saya usir anak saya. Semua akses uang dan relasi saya tutup. Istri saya juga bersikap sama. Kami siap bertaruh kehilangan anak kami demi kebaikan dia. Selama tiga tahun dia keluar dari rumah. Saya sering mendengar berita buruk tentang dia. Dia pernah jualan bakpao di pinggir jalan. Pernah dengar dia diusir dari tempat tinggalnya oleh petugas ketertipan. Pernah di rawat di RS khusus gembel.


Akhirnya dia datang ke saya. Dia berlutut depan kami “ Pa, izinkan saya menikah dengan wanita pilihan saya. “ Katanya membawa wanita depan saya. Penampilan sangat kumuh. Juga wanita itu. Tetapi wajah mereka keliatan bercahaya. Ada semangat. Tidak lagi nampak wajah manja dan tak peduli seperti tiga tahun lalu. Mama nya terharu. Saya juga terharu. Saya terima maaf dia.


Saya minta dia kembali ke rumah. Tetapi dengan rendah hati, dia tolak tawaran saya untuk pulang. Dia hanya minta restu saya untuk menikahi wanita itu. Ya kami izinkan. Dia pun tidak minta kami meriahkan perkawinanya.” Kata teman.


Kemarin B…” teman saya berlinang air matanya. “ Kami makan malam di apartementnya yang sangat sederhana. Saya liat dia memaksa asisten saya ikut makan juga. Tidak terkesan dia membedakan orang. Dia benar benar berubah. Memang dia sedang merintis usaha. Tidak punya sumber daya keuangan. Saya yakin dia akan baik baik saja. Dia akan lebih hebat dari saya.


B, terimakasih, Kamu telah menyelamat anak saya. Menjadikan anak saya seperti saya mau.”


“ Bukan menjadi seperti kamu mau.Tetapi seperti Tuhan mau. Dan kamu telah berlaku bijak. Kamu tidak intervensi Tuhan yang sedang mendidik dia lewat perasaan direndahkan, kesepian, kehilangan harapan. “ Kata saya.


***

Pesan moral. Kalau anda merasa direndahkan. Itu biasa saja. Jangan panik dan marah. Tetap melangkah. Karena setelah itu anda akan menghadapi cobaan lebih berat. Yaitu kesepian. Tidak ada orang yang peduli dengan anda dan tidak ada tempat untuk kembali. Anda benar benar sendirian. Anggap biasa saja. Terus berjuang.. Karena masih ada cobaan lebih berat. Yaitu apapun jalan tertutup. Tak ada cahaya sedikitpun. Gelap. Saat itu anda akan merasakan kehilangan harapan kepada dunia.  Nah saat itulah, anda merasa sangat butuh Tuhan. Dan kalau anda bisa tabah tanpa pengharapan. Terus berjuang. Saat itulah Tuhan akan angkat derajat anda. Selanjutnya jadi mudah…


No comments:

Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...