Sunday, February 20, 2022

Salah niat.

 





Selama ini orang beragama. Beranggapan bahwa kalau rajin sembahyang dan berada tempat ibadah. Itu dekat kepada Tuhan. Sorga gampang saja. Padahal dekat kepada Tuhan itu bukan di tempat ibadah, bukan sembahyang. Tetapi disaat anda di tempat orang lapar dan terzolimi dan membantu mereka. Melapangkan mereka. Mengapa? di tempat ibadah itu hanya kumpul sesama mereka yang lapang. Mendengar kotbah kehebatan Rasul dan Tuhan. Sampai kapanpun anda tidak akan menyerupai Rasul dan apalagi Tuhan. Jadi itu sama saja wasting time atau onani beragama.


Selama ini orang beranggapan percaya kepada Tuhan, tetapi meragukan hukum ketetapan Tuhan. Engga percaya? Kalau mereka susah. mereka minta tolong kepada Tuhan. Padahal dia susah akibat hukum ketatapan Tuhan. Tahu artinya apa? itu sama saja dia melecehkan Tuhan yang membuat hukum alam. Benar Tuhan menjamin reseki setiap makhluk. Tetapi Tuhan tidak pernah kirim makanan ke sarang burung. Benar, bahwa ustad atau pendeta itu penyampai pesan Tuhan. Tetapi dia terima uang via ATM. 


Selama ini orang beranggapan bahwa HAM itu apabila aparat represif kepada rakyat yang protes. Padahal apabla negara membiarkan orang protes sehingga menimbulkan kerugian bagi yang tidak protes, itu juga pelanggaran HAM. Jadi, bersikap tegas kepada yang protes itu juga bagian dari menjaga HAM. Protes atas dasar demokrasi itu dibenarkan. Tidak dilarang selagi sesuai syarat dan ketentuan berlaku. Harus berdasarkan informasi dan fakta yang valid. Kalau tidak valid, maka itu kejahatan terhadap demokrasi.


Karena alasan demokrasi, orang selalu menjadikan Presiden tempat salah. Mereka tidak paham sistem distribusi kekuasaan. Presiden yang kita pilih ini. Tidak berhak angkat Dubes, Panglima TNI/POLRI, MA. MK, BPK, KPK tanpa persetujuan DPR. Tidak berhak tentukan APBN tanpa persetujuan DPR. Tidak berhak buat UU tanpa persetujuan DPR. Tidak berhak menentukan gubernur/Bupati. Bahkan untuk jabatan menteri, walau punya hak prerogatif, masih harus kompromi dengan Partai. Lucu kan. BIcara atas nama demokrasi tapi tidak paham demokrasi.


Kenapa sampai salah kaprah itu. Apakah begitu sulit dipahami. Tidak. Itu semua tahu. Yang salah itu adalah niat. Beragama seharusnya lebih humanis tetapi digunakan untuk tujuan politik dan kekayaan. Beragama tetapi rakus, Tuhan dirongrong terus.  Padahal hukum ketetapan Tuhan itu adalah kerja keras dan cerdas  untuk dapatkan makan. Percaya kepada Tuhan harus juga percaya hukum ketetapan Tuhan. Harus keras kepada diri sendiri kalau ingin dapatkan rezeki Tuhan..


Yang salah itu niat berdemokrasi. Demokrasi dipakai untuk tujuan mendapatkan kekuasaan, bukan meningkatkan kecerdasan rakyat akan hak hak politiknya. Jadi kekacauan semua hal itu, karena niat doang salah. Indonesia punya sumber daya melimpah, yang langka hanya niat baik


No comments:

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...