Kalau anda tanya kepada orang China. Apakah kalian mencintai Partai ? 10 yang ditanya, 11 pasti tidak mau menjawab” Kata teman saya di China. Itu yang saya pahami bagaimana sikap mereka terhadap partai komunis China. Bagi mereka partai itu hanya elite pekerja. “ Mereka hidup menumpang makan dari rakyat. Dan wajar sajalah mereka bekerja keras. Itu cara mereka berterimakasih. Kalau saya diposisi mereka. Saya akan melakukan hal yang sama. “ Lanjut teman saya.
Makanya di China, mereka tidak pernah manggil pemimpin dengan sebutan Nama. Tetapi nomor. Misal Presiden Xi, itu mereka sebut nomor 1. Itupun urutan angka hanya sampai 9. Tidak lebih. Mengapa ? apalah arti nama? Jabatan hanyalah urutan angka dalam sistem kekuasaan. Mereka bisa pergi dan datang karena waktu. Kehidupan tidak boleh berhenti karenanya.
Lantas apa makna dari sikap mereka terhadap pemerintah dan pemimpin? tidak ada kultus individu. Yang hebat hanya Tuhan. Itulah karya agung dari revolusi kebudayaan. Mereka percaya bahwa nasip mereka tidak ditentukan oleh pemimpin atau orang perorang tapi oleh diri mereka sendiri. Perubahan adalah keniscayaan sebagai proses hidup. Bahwa hidup adalah battlefield. Kehormatan pribadi adalah akumulasi dari effort. Bukan retorika. Bukan apa yang harus didapatkan tapi apa yang diberikan.
Karena sikap seperti itulah, mereka tidak punya opini tentang pribadi orang, termasuk pemimpin. “ Kita tidak punya waktu menilai orang lain karena hidup kita tidak ada kaitannya dengan orang lain. Kalau dikeluhkan kemiskinan karena ketidak adilan, faktanya banyak orang kaya selain kita.” Apa artinya? Daripada sibuk dalam keluhan, lebih baik belajar dari mereka yang kaya. Setidaknya kita tahu jalan mendapatkan keadilan bagi diri kita sendiri. Mengeluh adalah kebodohan dan merendahkan orang tua yang melahirkan dan membesarkan kita. Lebih jauh lagi, merendahkan Tuhan yang Maha Adil.
Makanya saya tidak terkejut ketika baca data statistik bulan lalu. Kwartal pertama tahun 2021, Perekonomian China tumbuh 18,3%. Ini adalah lompatan terbesar dalam produk domestik bruto (PDB) sejak China mulai mencatat rekor kuartalan pada tahun 1992. Tapi menurut router sebenarnya angka pertumbuhan sebesar 19%. Padahal tahun 2020 ekonomi China kontraksi 6,8%. Sementara negara lain sedang suffering akibat Covid 19.
Direksi saya di China, saya tanya. “ apa yang mendorong pertumbuhan yang begitu besar ?
“ Bangkitnya sektor pertanian sebagai penyelamat ekonomi. Dan itu melahirkan pasar domestik yang kuat, untuk menyerap produksi dalam negeri di saat pasar eksport melesu. Proses kembali ke desa bagi kaum muda adalah fenomena yang luar biasa bagi kekuatan baru ekonomi China masa depan. Karena itu akan mempercepat pertumbuhan kelas menengah di China “Kata Direksi saya.
Sebuah kemajuan peradaban adalah kemajuan kebudayaan. Bukan kemajuan retorika dan narasi agama. Selagi agama jadi berhala , agama akan masuk ranah politik. Maka Tuhan akan jadi tempat keluhan. Rasa sukur atas kehidupan terhalau oleh keluhan yang tak berujung. Pandemi disikapi sebagai kutukan, dan Tuhan pun dianggap tukang kutuk. Pada akhirnya agama hanya membuat orang jadi pecundang. Mari ubah sikap mental kita terhadap agama. Jadikanlah agama sebagai sumber inspirasi untuk memperkuat budaya. “ Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Hidup bukanlah proses mendapat, tetapi memberi. Paham ya sayang…
***
“ Pah, kenapa China bisa sehebat itu pertaniannya. “ Tanya oma waktu makan siang.
“ Emang mama tahu darimana China hebat pertaniannya?
“ Tadi mama nonton video yang di share orang’
“ Oh itu. “ saya mengangguk.
“ Kenapa ?
“ Karena mereka pernah gagal sebelumnya. Ya mereka belajar dari kegagalan itu. Makanya mereka sukses sekarang.”
“ Emang kapan China gagal?
“ Dulu waktu era Mao. Mereka terapkan reformasi pertanian. Landreform. Perluasan kepemilikan lahan per keluarga. Memperbanyak produksi pupuk. Masinasi panen. Ternyata cara itu, justru mengakibatkan korban kelaparan.”
“ Loh kok kelaparan. Kan lahan semakin luas?
“ Ternyata perluasan lahan dan peningkatan produksi lewat tekhologi pertanian dengan pupuk itu, menimbulkan paradox. Muncul insek baru hama pertanian. Wabah itu cepat sekali menyebar. Merusak 90% lahan pertanian. Orang frustasi. Kelaparan tak bisa dihidari. Karena lapar, orang malah makan insek. Kematian terjadi dimana mana. Orang kehilangan semangat mengubur yang mati. Ini menimbulkan wabah penyakit kulit yag meluas.”
“Wah ngeri sekali. “
“ Ya. Itulah harga yang diterima oleh rakyat akibat percaya kepada agenda pemimpin. Itulah harga kegagalan.”
“ Terus… gimana sekarang mereka bisa hebat.?
“ Era Deng. Mereka mulai membenahi sektor pertanian. Caranya mereka tidak lagi melalui perluasan lahan dan peningkatan produksi dengan pupuk. Tetapi melalui tiga tahap. “
“ Apa saja tiga hal tersebut?
“ Pertama, rekayasa musim. Kedua, rekayasa sel tanaman. Rekayasa industri pertanian. Tapi untuk melakukan itu, tidak bisa sekaligus. Pada awalnya China engga puya teknologi. Bapak Deng kirim anak muda sekolah ke AS. Belajar tekhnologi pertanian. Salah satu mahasiswa yang dikiim ke AS itu adalah Xijinping, sekarang presiden China. Mereka butuh waktu 10 tahun untuk belajar dan menguasai tiga hal itu. Setelah itu barulah reformasi pertanian dilakukan secara luas.”
“Jadi apa kelebihan dari tiga hal itu ?
“ Dengan rekayasa musim. Mereka bisa atur masa tanam sesuka mereka. Sehingga mereka bisa terhindar dari permainan harga pasar. Dengan rekayasa sel tanaman, mereka bisa tentukan varietas bibit yang tepat untuk jenis lahan. Bisa menghasilkan produksi maksimal. Tahan beragam hama. Contoh bibit padi china, bisa menghasilkan produksi 20 ton per hektar. Bisa menghasilkan buah mangga dengan biji sebesar kacang tanah, sehingga mudah diproses dalam industri pengolahan. Ketiga, semua proses pertanian sudah menerapkan konsep indstri.”
“Maksudnya konsep industri itu apa ?
“ Ya betani engga sekedar cari makan, tetapi makmur. Kaya raya. Mental bertani sudah seperti pengusaha. Sudah melibatkan sistem keuangan, marketing, logistik dan well SDM.”
“ Wah hebat ya. Mengapa pemerintah kita tidak tiru China?
“ Masalahnya negara kita itu membangun tampa agenda besar. Hanya agenda pragmatis. Melanjutkan dari yang sudah ada sebelumnya. Kalau kurang ya ditambah. Jadi tidak ada perubahan secara significant. Mental juga tidak berubah. Masih kumpulan masyarakat tradisional, bukan modern. Anggaran riset terhadap PDB aja kalah dengan Singapore negara seupil. “
“Papa kan pernah kerja sebagai konsultan Pemda di China wilayah barat. Mengapa papa engga sarankan kepada pemerintah kita agar tiru China.”
“ Papa ini rakyat bodoh. Dan lagi di Indonesia banyaaak sekali orang pinter. Bayangin aja ada beberapa Gubernur yang S3. Kita engga kekurangan orang pintar.”
“ Jadi masalahnya apa?
“Niat baik.” Saya terus aja makan.