Friday, February 27, 2015

Kebebasan...?

Teman saya pernah bertanya mengapa kalau melihat wanita cantik pakai baju seksi saya tidak melirik dan perhatikan. Saya hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu.Mengapa? Karena saya kebanyakan bergaul di luar negeri di negara sekular. Bila summer , hampir setiap hari saya melihat wanita ditempat umum berpakaian setengah telanjang. Bahkan di spa center, kadang di steam dan sauna room, beberapa wanita dan pria campur. Anda yang tidak pernah berada disituasi ini tentu akan "panik. Tapi bagi saya keadaan itu biasa biasa saja. Juga bagi yang lain,biasa biasa saja. Tidak membuat syahwat bangkit. Mengapa? Budaya sekular berhasl mere-definisi sex. Definisi sex yang mereka yakini membentuk persepsi tentang sex bukan soal apa yang diliat. Bukan pada raga atau phisik. Bukan! Tapi tentang Cinta. Bahwa cinta tidak ada hubungan dengan raga. Love isn't something you find. Love is something that finds you. Ini tentang touching , charming, caring, attention.Dan ini berhubungan dengan jiwa. Walau tempat maksiat terbuka lebar namun jarang sekali pria atau wanita yang telah punya commitment mau selingkuh atau melakukan poligami. Bahkan di Bar yang menyediakan tarian top less tidak pernah membuat yang hadir tergerak mau menyentuh penari itu. Itu hanya seni hiburan saja. Masyarakat secular bisa menempatkan sex secara manusiawi , bukan hewani. Hubungan sex dengan lawan jenis disebut dengan Make Love.

Teman saya mengatakan bahwa tingkat penyakit AIDS/HIV karena kebebasan sex di Eropa dan Amerika sangat rendah dibandingkan Negara Asia dan Afrika. Benarkah ? Berdasarkan dari satu informasi saja sudah jelas bahwa konotasi sex bebas itu tidak pantas untuk diberikan untuk Barat - lalu apa yang menyebabkan image ini menjadi pattern di kepala kita bahwa Eropa suka sex bebas? Jelas saja yang pertama adalah pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan yang valid, pengetahuan yang didapat bukan hanya dari sekedar menonton film barat yang moro-moro ada adegan sex yang dilakukan oleh sepasang remaja yang belum menikah. Di Barat, Amerika atau Ozy, film yang mempertontonkan adegan sex mungkin tidak seketat di Indonesia namun tetap saja mereka harus mendahului badan sensor. Dengan kata lain, sex bebas itu tidak ada dalam ‘kamus’ orang barat. Berhubungan intim menurut mereka harus dilakukan atas dasar suka sama suka (tapi bukan untuk main-main), dan kalau memang benar-benar suka, maka disebut cinta, dan kalau sudah cinta maka hubungan meningkat menjadi komitmen, yang artinya mereka sudah serius (tapi bukan berarti harus menikah). Pemikiran orang barat terhadap sebuah hubungan cinta sangat dalam, apalagi pernikahan. Untuk itu mereka tidak mengartikan hubungan intim dengan cinta, tetapi cinta bisa menjadi berhubungan intim, cinta dan berhubungan intim bukan berarti harus menikah. Tidak heran, angka kasus perceraian di Eropa sangatlah kecil sekali dibandingkan di Asia, apalagi Indonesia.

Menurut Badan Statistik Dunia AIDS/HIV negara Asia Tenggara menduduki peringkat ke tiga dunia setelah Sub-Saharan Africa, North Africa dan Middle East, dengan jumlah pasien 4 juta. Yang memprihatinkan adalah jumlah 4 juta ini adalah termasuk bayi yang baru lahir!  Sementara Central Europe dan Westerns diketahui memiliki angka yang sangat kecil, lima kali lipatnya dari total angka di Asia Tenggara. Anak remaja Barat sejak di bangku SMP memang sudah di ajarkan tentang Sex, dan sex ini bukan yang menjurus tentang bagaimana berbuat sex atau posisinya,  namun lebih mengarah pada informasi bagaimana bahayanya sex jika dilakukan oleh sembarang orang, gonta-ganti pasangan dan tanpa ’security’ atau alat pengaman. Kedengarannya sangat familiar sekali ya di Indonesia? Emang. Berhubungan sex dengan menggunakan alat pengaman seperti kondom sudah dikampanyekan di Indonesia sejak tahun 1990an - bahkan di iklankan di TV: masih ingatkan iklan yang dibintangi oleh Dedy Midzwar dan Didi Petet? Jumlah pengidap AIDS/HIV di Indonesia itu sendiri diketahui terus meningkat semenjak tahun 2003. Jumlah terakhir pada tahun 2009 yang mengidap AIDS/HIV di Indonesia adalah 310,000 pasien! Dilihat bahwa kita adalah negara yang jelas sekali ‘menolak’ berhubungan sex sebelum menikah maka angka 310 ribu ini adalalah angka yang sangat mengerikan! Lalu siapakah sebenarnya negara yang memiliki ‘Budaya Bebas’ itu?

Masalah tersebut diatas tidak akan saya jawab.Karena pertanyaannya spekulatif. Benarlah bahwa antara manusia dan hewan hampir sama. Yaitu ama sama punya fitrah berupa nafsu namun hewan menggunakan alam bawah sadar atau naluri berbuat. Karenanya hewan tidak perlu mengenal secara dekat dengan lawan jenisnya sebelum melakukan hubungan sex. Dia liat dan dia lakukan , selesai. Ya karena menusia itu makhluk free will, baik masyarakat sekular maupun religius bisa saja punya karakter hewani.Tapi bukan semuanya berkarakter hewani. Itu hanya sebagian saja. Kalau persepsi sekular kebebasan itu adalah tanggung jawab yang lebih berat ketimbang yang serba diatur. Karena kebebasan berhubungan dengan jiwa, human being...itu berat sekali. Kalau persepsi kita yang religius tentang kebebasan adalah bebas mau ngapain aja tanpa ada rasa tanggung jawab ya tentu berbeda. Makanya kita menolak kebebasan itu. Sebetulnya pemahan tentang sex  tidak ada beda dengan secular yaitu sama sama menempatkan nafsu sex sebagai fitrah manusia yang didasarkan kepada kebutuhan akan cinta.  Dalam Islam persepsi cinta bukanlah soal ketertarikan raga atau ketertarikan sex tapi soal tauhid, iman dan akhlak, Itulah yang membuat “hubungan”menjadi istimewa. Satu sama lain merasa nyaman untuk selalu bersama, dalam susah maupun senang. Bahkan di usia menua semakin dekat ,semakin peduli dan samakin saling merindukan untuk bersedekat mencurahkan perhatian dan kasih sayang, yang tak mungkin diduakan walau diluar sana ada wanita lebih cantik dan lebih muda. Bukan raga tapi jiwa,itulah cinta.

1 comment:

Satrio Ary Ambodo said...

kerenlah pokoknya!!

HAK istri.

  Ada   ponakan yang islamnya “agak laen” dengan saya. Dia datang ke saya minta advice menceraikan istrinya ? Apakah istri kamu selingkuh da...