Monday, November 19, 2012

Blusukan...


Ketika ditanya oleh wartawan  mengapa dia menangis, wanita itu tidak bisa berkata banyak kecuali sepotong kata bahwa dia akan mendapatkan apa yang selama ini tak pernah bisa diraih. Wanita itu tidak tahu apakah benar janji yang dia dengar itu akan terjelma tapi wajah sejuk dan penuh kasih dari pemberi janji itu telah membuat  dia punya Hope. Begitulah sekilas yang saya perhatikan dalam tayangan Youtube seputar kunjungan Jokowi blusukan keperkampungan kumuh yang ada di Ibukota. Wanita yang tinggal di perkampungan kumuh itu tak bisa menahan haru akan kehadiran seorang Gubernur  kewilayahnya. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Tidak pernah. Wanita itu hanya bisa menangis sebagai cara dia mengungkapkan perasaan terdalamnya, bahwa pemimpinnya mencintainya. Itu lebih dari cukup. soal janji akan tunai atau tidak, itu tidak lagi penting.  Sebetulnya wanita itu bersikap dengan hatinya. Allah hadir disetiap hati manusia. Ketika dia melihat dan dia merasakan kesejukan, terdengar bisikan “ Jangan takut dan kawatir, Allah bersama orang yang teraniaya.  Kehadiran Jokowi seakan menjawab doa orang orang tertindas dan terlupakan selama ini oleh pejabat yang tinggal di istana gading.

Ibukota memang diisi oleh berbagai lapisan masyarakat.  Ada golongan atas, golongan menengah dan golongan bawah. Tapi ada juga masuk golongan teramat bawah. Mereka tidak punya KTP , tidak punya tempat  tinggal tapi mereka hidup di Jakarta dengan caranya sendiri.  Selama ini Jakarta dikelola oleh Birokrasi yang malas namun pintar membuat rencana untuk semakin besarnya anggaran PEMDA tapi anggaran itu dialokasikan untuk belanja pegawai yang boros dan culas. Ada juga digunakan untuk membangun jalan layang demi memanjakan segelintir orang yang punya kendaraan pribadi. Gedung PEMDA dari tingkat Provinsi sampai Lurah terus dipercantik untuk membuat para pegawai semakin menjauh dari rakyat kebanyakan dan pantas mendapatkan suap dari pengusaha yang ingin menjadikan Jakarta sebagai lahan business bagi yang mampu membeli. Mall dibangun dimana mana dan menyabot lahan resapan air. Ketika banjir, orang kaya tinggal di hotel jangkung dan orang miskin berkubang lumpur.  

Jokowi tahu semua itu dan hatinya terpanggil untuk berbuat ketika menyaksikan ketidak adilan dibentangkan dihadapannya. Terutama ketika dia datang ke tempat kumuh. Ketika dia naik angkutan umum yang usianya diatas 20 tahun dalam kondisi ala kadarnya. Ketika melihat pasar rakyat yang kumuh dan tak terurus. Setiap kunjungan mendatangi rakyat , ia membawa para kepala Dinas. Dia ingin agar bawahannya terpanggil empatinya untuk berpikir dan berbuat hanya untuk rakyat. Karena yang kurang dari para birokrat DKI selama ini adalah kurangnya empati keberpihakan kepada orang miskin. Para pejabat DKI terlalu asik hidup senang dengan kepintarannya diruangan AC dan men design pembangunan tanpa ada empati. Akibatnya pembangunan hanya ada diatas rencana tanpa implemetasi apapun.  Bila sebelumnya orang kaya dimanjakan namun kini saatnya orang kaya berbagi kepada orang  miskin yang lemah.  Memang orang miskin tidak mampu membayar pajak sebagaimana orang kaya yang selalu membayar pajak kendaraan, pajak penghasilan, pajak PPN dan segala pungutan pemda.  Tapi inilah realitasnya bahwa Negara diisi oleh berbagai lapisan masyrakat dan tugas Pemimpin untuk memastikan orang lemah terlindungi dan orang kaya dibina untuk berbagi.

Ahok berada di back office untuk memastikan program Jakarta Baru dapat terlaksana. Ketika Jokowi datang ketempat kumuh dengan kerendahan hati dan senyum namun Ahok berkata lantang kepada para pejabat PEMDA untuk memaksa mereka melihat kenyataan yang ada didepan mereka. Sebagaimana tayangan Youtube  dalam rapat Anggaran PU DKI, Ahok ingin rakyat menyaksikan bagaimana sikap tegas dan kerasnya kepada pejabat teras DKI. Bahwa Anggaran yang mereka susun selama ini telah mengakibatkan ketidak adilan dan jauh dari kebenaran hati nurani. Para pejabat itu tidak bisa diberi kata kata bersayab atau sindiran atau diperlakukan penuh kasih sebagaimana orang miskin. Budaya bebal hati nurani ini harus diberikan shock therapy , rasa takut akan hilangnya jabatan dan status bila mereka tidak mau berubah. Mengapa ? karena satu satunya yang dicintai pejabat DKI itu adalah jabatan. Demi jabatan mereka mau melakukan apa saja dan Ahok mengarahkan mereka untuk mulai bekerja bersih, jujur dan cinta kepada rakyat kecil. Visi ini harus dipegang teguh oleh  semua pejabat DKI dan harus tercermin dalam setiap pelayanan kepada publik atau jabatan mereka akan hilang. Kini saatnya transference . Bagi Ahok, Pejabat harus sadar bahwa mereka bukan bekerja untuknya tapi mereka bekerja untuk rakyat. Rakyat berhak tahu semua hal yang mereka kerjakan karena mereka dibayar oleh uang rakyat.

Perjalanan kedepan bagi Jokowi dan Ahok masih panjang. Ini jalan yang tidak mudah. Mungkin ini jalan terberat. Karena mereka melakukan revolusi metal dan budaya  terhadap gaya kepemimpinan selama ini. Dari presiden, sampai  lurah menjadikan Kepemimpinan itu seperti istana yang sacral tempat orang menyembah. Orang harus datang dan membungkuk untuk mendengar “perintah” dan memberi upeti.  Ahok merubahnya menjadi pemimpin yang mudah diakses secara lahir maupun batin oleh rakyat. Tidak ada yang rahasia untuk tugasnya. Semua transfarance.  Jokowi merubahnya menjadi pemimpin pengemban amanah rakyat.  Itu sebabnya Jokowi merasa risih menggunakan baju dinas kebesaran seorang  Gubernur. Tidak ada istilah penguasa. Yang ada hanyalah Pemimpin yang bekerja untuk rakyat dan dibayar oleh rakyat.  Yang kaya terbina dan yang miskin terlindungi.  Pasangan yang serasi tanpa satu sama lain menepuk dada siapa yang terbaik. Karena semua bekerja untuk rakyat, kepentingan rakyatlah yang utama….

No comments:

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...