Pada satu kesempatan saya berdialogh
dengan teman. Pada saat itu ada kata katanya yang tak pernah saya lupakan bahwa
ilmu yang kita pelajari hanyalah terbatas. Mungkin dapat kita pahami sebagai
sebuah ilmu namun belum tentu akan menjadi sebuah “pelajaran”. Ilmu yang paling
tinggi nilainya adalah Ilmu Hikmah.
Itulah pembelajaran dari Allah. Karena Allah langsung yang mengajarkan
manusia untuk sebuah ilmu. Saya bertanya , bagaimana cara Allah mengajarkan
manusia ilmu hikmah itu ? Ya lewat peristiwa , katanya. Peristiwa yang terjadi dalam keseharian kita,yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan. Bahkan seluruh alam semesta ini adalah ayat ayat Allah.Semakin banyak ilmu hikmah kita dapatkan semakin terang jalan kepada kesempurnaan. Semakin dekat kita kepada Allah.
Namun ilmu HIkmah itu tidak akan bisa didapat oleh manusia bila dia tidak mempelajari ilmu syariat. Pemahaman akan Rukun Iman, Rukun Islam harus sempurna. Pemahanan Ilmu Tauhid harus juga sempurna melalui AL Quran dan Hadith. BIla ini sudah dipahami maka selanjutnya kita akan bisa memahami Ilmu Hikmah itu. Demikian kata taman itu mencoba memberikan gambaran bagaimana proses terjadi pendidikan antara ALlah dengan manusia secara langsung. Jadi ada protokol yang harus dilewati. Ilmu syariat adalah jembatan untuk kita sampai keladang hikmah. Ingatlah firman Allah "Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni' mat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui". (QS. al-Baqarah: 151). "Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah . Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Ahzab: 34)
***
Ketika seseorang terkena musibah karena sesuatu sebab , dia sadar bahwa Allah sedang menguji kesabarannya. Dia kembali kepada Allah dengan sabar, Kemudian dia lewati musibah itu dengna ikhlas. Maka orang itu telah mendapatkan “ sesuatu “ dari bencana yang datang padanya. Itulah ilmu hikmah. Ketika seseorang dihadapakan kepada kelapangan dunia. Hidupnya penuh dengan kebahagiaan. Dia kembali kepada Allah bahwa dia sadar semua itu karena berkah dari Allah. Kebahagiaan itu dilewatinya dengan penuh kasih kepada siapapun. Dia tebarkan kelebihannnya kepada orang lain yang kurang. Dia , sudah mendapatkan ilmu hikmah. Ketika dia di zolimi orang , dan dia ingat akan Allah. Dia tidak dendam. Ketika orang itu datang padanya, dia tetap tersenyum dan memaafkan. Maka dia telah mendapat ilmu hikmah dari Allah. Ketika dia menjadi terpilih sebagai pemimpin maka dia kembalikan kekuasaan itu kepada Allah. Dia lewati tugas kepemimpinan itu sebagai amanah dari Allah maka dia akan rendah hati, kerja keras, jujur dan penuh tanggung jawab. Maka dia telah mendapatkan ilmu hikmah.
***
Ketika seseorang terkena musibah karena sesuatu sebab , dia sadar bahwa Allah sedang menguji kesabarannya. Dia kembali kepada Allah dengan sabar, Kemudian dia lewati musibah itu dengna ikhlas. Maka orang itu telah mendapatkan “ sesuatu “ dari bencana yang datang padanya. Itulah ilmu hikmah. Ketika seseorang dihadapakan kepada kelapangan dunia. Hidupnya penuh dengan kebahagiaan. Dia kembali kepada Allah bahwa dia sadar semua itu karena berkah dari Allah. Kebahagiaan itu dilewatinya dengan penuh kasih kepada siapapun. Dia tebarkan kelebihannnya kepada orang lain yang kurang. Dia , sudah mendapatkan ilmu hikmah. Ketika dia di zolimi orang , dan dia ingat akan Allah. Dia tidak dendam. Ketika orang itu datang padanya, dia tetap tersenyum dan memaafkan. Maka dia telah mendapat ilmu hikmah dari Allah. Ketika dia menjadi terpilih sebagai pemimpin maka dia kembalikan kekuasaan itu kepada Allah. Dia lewati tugas kepemimpinan itu sebagai amanah dari Allah maka dia akan rendah hati, kerja keras, jujur dan penuh tanggung jawab. Maka dia telah mendapatkan ilmu hikmah.
Baik buruk yang datang padanya,
dia sikapi sebagai sebuah “pelajaran” dari Allah yang tak lain mendidiknya
untuk sabar dan ikhlas, yang hanya berserah diri kepada Allah dan cukuplah Allah
sebagai tempat kembali. Demikian uraian dari teman itu. Saya terhenyak.
Benarlah bahwa banyak hal dalam hidup ini kita lebih focus kepada ilmu yang
tertulis . Kita tekuni ilmu itu dengan mempelajarinya lewat analisa, hipotesa,
hapalan sampai mengulangnya berkali kali agar lancar dan fasih. Kemudian kita
mencoba mencerahkan orang lain dengan ilmu itu agar orang lain juga tahu. Kita paham
makna sabar dan ikhlas namun cepat berkeluh kesah bila usaha belum berhasil,
pemerintah yang brengsek, anak yang bandel, istri yang cerewet, teman yang
culas. Kita marah dan mengatakan orang lain salah,dan hanya kita yang benar. Mudah
tergoda dengan kekuasaan dan harta hingga lupa kepada amanah , juga lupa kepada
mereka yang lemah. Itu artinya ilmu kita dapat namun ilmu hikmah dari Allah
tidak kita dapat. Karena mungkin kita juga ber prasangka buruk kepada Allah.
Dalam hidup ini, kata tetaplah
kata kata. Rencana tetaplah rencana. Pengetahuan tetaplah pengetahuan. Namun
apa yang terjadi dan bagaimana sikap kita maka itulah sesungguhnya value kita
sebagai manusia. Esensi bagaimana menerapkan ilmu yang kita pelajari dan
mendapatkan hikmah dari peristiwa yang datang kepada kita. Itu tandanya bahwa
lewat pengetahuan dunia , kita bisa membaca dialogh yang ditebarkan oleh Allah didunia
dalam bentuk implementasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Orang yang kaya
ilmu namun miskin implementasi maka dia tidak lebih hidup dalam dunia yang
sempit. Orang yang miskin ilmu namun kaya implementasi maka dia hidup dalam
kelapangan tak bertepi. Apapun yang terjadi , disikapinya sebagai tanda Allah
sedang berdialogh dengannya tentang sabar dan ikhlas, bersikap tetap tawadhu,
melangkah dengan penuh istiqamah, berdamai dalam ikhsan. Maka manusia itu telah mendapatkan
kekayaan ilmu dari Allah , dia telah mendapatkan ilmu hikmah.
Ya disadari atau tidak, sebetulnya
Allah setiap hari, setiap waktu berdialogh dengan kita. Allah mendidik kita,
mengajari kita, menebarkan ilmu kepada kita. Masalahnya apakah kita mau mendengar
dan mendapatkan hikmah dari itu semua?
wallahu alam bissawab
No comments:
Post a Comment