Apabila kita mendengar orang berkata tentang professional maka bayangan kita adalah suatu pekerjaan ahli dari orang yang ahli. Entah itu dokter , pengacara, consultant , notaries, insinyur , manager dan lain sebagainya. Bahkan ada anggota DPR yang juga petinggi partai menyebut dirinya sebagai politisi professional. Namun satu hal yang harus dipahami bahwa dalam difinisi kata professional itu melekat tentang tanggung jawab moral, etik atau lebih lengkapnya adalah akhlak. Semakin tinggi moral akhlaknya semakin tinggi standard profesionalitasnya. Jadi bukan hanya menyandarkan kepada keahlian skill saja tapi juga harus dilengkapi oleh kekuatan moral. Bila ada orang punya keahlian namun miskin moral maka dia disebut amatir. Artinya tidak terlatih secara penuh sebagai professional.
***
Seperti pengalaman dalam penerbangan dari Singapore - Jakarta, badan saya terasa panas dingin. Saya demam. Karena penerbangan singkat , saya berusaha untuk menahan deman itu dengan berusaha untuk tidur sambil menutup diri saya dengan selimut. Beberapa menit kemudian, terasa oleh saya selimut disibak dan tangan halus menyentuh kening saya. Seorang pramugari tersenyum dan mengatakan bahwa saya deman dan dia akan memberikan obat untuk saya. Tak berapa lama , dia sudah datang dengan obat parasetanol. Dia tetap tersenyum sambil menyerahkan obat berserta segelas air putih. Selama dalam penerbangan itu, saya hitung ada empat kali dia datang ke seat saya untuk memastikan keadaan saya baik baik saja. Memang parasetamol obat yang efektif meredam panas. Tak lupa pramugari itu menyarankan agar saya cukup istirahat. Teman satu penerbangan dengan saya sempat mengatakan bahwa pramugari itu memang professional.
***
Seperti pengalaman dalam penerbangan dari Singapore - Jakarta, badan saya terasa panas dingin. Saya demam. Karena penerbangan singkat , saya berusaha untuk menahan deman itu dengan berusaha untuk tidur sambil menutup diri saya dengan selimut. Beberapa menit kemudian, terasa oleh saya selimut disibak dan tangan halus menyentuh kening saya. Seorang pramugari tersenyum dan mengatakan bahwa saya deman dan dia akan memberikan obat untuk saya. Tak berapa lama , dia sudah datang dengan obat parasetanol. Dia tetap tersenyum sambil menyerahkan obat berserta segelas air putih. Selama dalam penerbangan itu, saya hitung ada empat kali dia datang ke seat saya untuk memastikan keadaan saya baik baik saja. Memang parasetamol obat yang efektif meredam panas. Tak lupa pramugari itu menyarankan agar saya cukup istirahat. Teman satu penerbangan dengan saya sempat mengatakan bahwa pramugari itu memang professional.
BIla difinisi professional dilekatkan kepada pramugari itu, maka saya setuju. Mengapa ? Dia tidak menunggu saya mengeluh sakit baru bertindak dengan memberikan obat. Dia pro-aktif karena dia menghayati pekerjaannya dengan sungguh sungguh. Bahwa dia harus memberikan pelayanan terbaik bagi setiap penumpang. DIminta atau tidak diminta , dia akan tampil dengan sempurna untuk kepuasan pelanggan. Pramugari itu tidak hanya menggunakan keahliannya dalam pekerjaannya tapi juga mengactualkan tanggung jawab moralnya melalui perhatian yang tulus. Bahwa di udara ,semua penumpang harus merasa nyaman bersamanya. Dan dia akan selalu ada untuk penumpang dalam situasi apapun. Bila dalam keadaan darurat pramugari dilatih untuk mengutamakan keselamatan penumpang daripada dirinya. sendiri Bahkan mereka harus tampil tenang dalam situasi tersulit. Ya mereka pantas disebut sebagai kaum professional.
Pernah juga saya harus kedokter karena pencernaan saya terganggu. Kebetulan saya lagi di luar negeri. Teman saya membawa saya ke klinik. Dokter dengan seksama mendengar keluhan saya. Beberapa pertanyaan diajukan kesaya. Selama tanya jawab itu , wajahnya terus memancarkan persahabatan dan senyuman. Saya merasa rilek. Dia menyarankan agar saya mengikuti beberapa test lab. Setelah hasil test keluar. Dia tersenyum sambil mengatakan bahwa penyakit saya tidak terlalu serius. Dia menguraikan penyebab gangguan pecernaan itu dalam bahasa yang mudah saya pahami. Bahwa saya kekurangan enzim pencernaan. Untuk memenuhi enzim itu dia memberikan pilihan dua yaitu obat kimiawi atau natural. Kalau saya ingin kimiawi maka dia akan memberikan resep tapi kalau saya inginkan natural maka dia menyuruh saya mengkonsumsi papaya Enzyme. Saya pilih natural. Dokter itu menghormati pilihan saya.
Bagi saya dokter itu telah melaksanakan tugasnya dalam difinisi professional. Mengapa ? Tugasnya menganalisa hasil test untuk menemukan penyebab penyakit dan kemudian disampaikan kepada pasien dengan jujur. Ketika dia memberikan solusi penyembuhan , diapun memberikan pilihan yang jujur. Bahwa tidak harus menggunakan obat kimiawi yang diperlukan resep dokter. Sebetulnya dokter itu bisa saja menulis resep dan mendapatkan komisi dari pabrik obat. Tapi dia tidak lakukan itu. Dia lebih mengedepankan tanggung jawab moral dan kejujuran berdasarkan keahliannya untuk memuaskan pasien. Itulah professional sesungguhnya.
Namun dalam dunia kapitalis sekarang ini, pengertian professional lebih dekat kepada standard bayaran yang mahal dan penampilan yang mewah. Bahkan kaum professional telah menjadi kelompok menengah yang arogan dan miskin moral. Pengalaman di AS dan Eropa paska krisis membuktikan kesalahan persepsi tentang Professional. KIni orang baru menyadari bahwa standard professional yang hanya mengandalkan kepada almamater unversitas , skill untuk mendapatkan bayaran mahal tak lebih cara yang salah dan menipu sekaligus sebagai biang ketidak efisienan ekonomi nasional. Sudah saatnya dihayati oleh semua orang entah itu pegawai swasta, Negeri atau pengusaha, bahwa skill dan moral akhlak harus menyatu untuk pantas disebut sebagai kaum professional/
No comments:
Post a Comment