Friday, August 01, 2008

Giliran yang muda

Saya termasuk tergolong tua walau usia saya belum 50 tahun. Tapi saya senang melihat orang yang dibawah usia saya lebih cerdas dan tanggap terhadap situasi yang ada. Mereka yang saya temui dalam keseharian saya adalah mereka para pebisnis muda dan juga para aktivis muda. Ada dua kelompok tempat mereka berada, dunia business dan kemasyarakatan. Dari dua kelompok ini masing masing punya cabang berbeda beda. Pebisnis muda , pertama yang tampil berkat dukungan orang tua atau tepatnya “ lahir sudah berdasi”. Kedua , yang tampil dari komunitas bawah atau tepatnya “ anak kolong”. Sementara politisi muda, terbagi dua juga. Pertama, politisi yang besar karena reformasi dan memilih jalur partai untuk berkarir. Kedua, politisi kelas informal atau tepatnya aktivisi kemasyarakatan. Kelompok aktivis kemasyarakatan ini ada yang memang bergerak bergerilya dibawah tanah untuk keyakinannya. Adapula yang sengaja keliatan sibuk sebetulnya sekedar mengharapkan dukungan dana LSM luar negeri

Dua kelompok anak muda hadir melengkapi kehidupan social ,politik ,ekonomi kita. Mereka adalah orang orang yang cerdas dan tidak inferior complex. Tampil percaya diri dengan segala sikapnya, menampakan sosok yang mengagumkan kita. Mereka muda belia, lulusan universitas didalam maupun luar ngeri ,berwawasan luas, negosiator ulung dan bersemangat tinggi pantang menyerah. Dari dunia business umumnya lahir dari keluarga the have seperti Sudiro Andi Wiguno, Sandiaga Uno , Rosan Roslani, Patrick Waluyo, Anindya Bakrie, Michael Sampoerna, Erick ,Garibaldi Tohirr. Dari kalangan manager professional muncul nama seperti Anton Harjanto , Yoris Sebastian, Erwin Tenggono,.Dari kalangan politisi kita dapat mengenal seperti Budiman Sudjatmiko, Nusron Wahid, Rama Pratama, Pius Lustrilanang, dan Fahri Hamzah, Para aktivis LSM kita sering mendengar nama nama seperti Usman Hamid ,Ifdhal Kasim ,Agung Putri ,Sri Palupi, Waluyo Jati, Fadjroel Rachman, Mohamad Qodari . Dari kalangan kampus juga muncul nama seperti Anis Baswedan, Deny Indrayana, dan Saldi Isra. Banyak lagi yang lain yang tak kurang militannya berbuat untuk negeri ini. Namun mereka memilih diam dalam berbuat bersama komunitas muram negeri ini.

Sebuah fakta bahwa tidak perlu ada kecemasan akan hilangnya generasi First class.Akan selalu tampil dalam catatan sejarah para kaum muda untuk menggantikan estapet para orang tua. Namun, mereka tetap saja bagian elite negeri ini. Mereka tampil dalam bidang politik , ekonomi mapun social karena keberadaan orang tua. Mungkin karena sikap pemberontak karena orang tua yang bebal. Atau karena memang dibesarkan dan dituntun oleh orang tua. Tentu kedua duanya tidak bisa disalahkan. Ini hokum alam dari proses lahirnya regenerasi. Tidak seharusnya meredam gejolak para orang muda ini hanya karena ingin mempertahankan statusquo. Stigma orang tua lebih wisdom daripada orang muda , sudah seharusnya dihilangkan dalam budaya kita. Bagaimanapun mereka adalah anak anak kita yang berhak menuntut porsinya. Sudah saatnya kita mempercayai mereka. Kalau tidak, kapan lagi ?

Hanya yang harus digaris bawahi. Para orang muda harus pandai membaca sejarah orang tua. Bahwa tak banyak yang bisa diteladani dari generasi tua, kecuali rasa syukur bahwa kalian para generasi muda memiki rumah sendiri bernama ‘Indonesia. Simaklah kata kata dari Pramoedya Ananta Toer “ kami adalah generasi yang gagal. “ Hanya hal yang patut dijadikan pijakan bahwa kekuasaan karena ingin mengejar harta adalah kezaliman, kekuasaan karena amanah Allah adalah kemuliaan.. Membangun business tanpa Erika moral adalah animal business. Membangun business untuk kepentingan stakeholder adalah hero. Mengembangkan karir managerial tanpa visi enterprenueship adalah pengekor alias budak.Professional yang entrepreneurship adalah pembaharu. Itu semua tertulis dengan jelas dalam buku sejarah orang tua kita. Yang baik ditiru dan yang buruk dihapus. Jangan ulang lagi kesalahan generasi tua. Jangan lagi. Ingatlah disebelah sana jauh dari tempat kalian tinggal ada kumpulan diam para kaum duapa harta dan ilmu. Mereka ada dipelosok desa, dibalik gunung, dipantai, dibalik gubuk reot. Mereka tak pernah berhenti menanti uluran tangan para orang berilmu dan berharta untuk melindungi mereka dengan cinta.

Maka mulailah berinprovisasi untuk lahirnya visi Indonesia kedepan. Kita berharap Indonesia ditangan orang muda akan lebih baik, setidaknya orang muda dapat belajar dari kesalahan orang tua dan menjadikan hal yang baik dari orang tua sebagai inspirasi membangun kejayaan negeri ini. Ingatlah kata kata Soekarno “Kalau pada saya diberikan seribu orang tua, saya hanya dapat memindahkan gunung semeru. Tapi kalau sepuluh pemuda bersemangat diberikan kepada saya, maka seluruh dunia dapat saya goncangkan”

1 comment:

Bagus Brahmantyo said...

Insya Allah. Allah SWT hanya memberikan 2 pilihan kepada umatnya. Hitam Putih, Hidup Mati, Baik Buruk, Bertqwa atau Ingkar, Tua Muda, dst. Indonesia boleh berikhtiar untuk mendapatkan kombinasi yg baik2 saja dari 2 pilihan diatas. Manusia pilihan Allah SWT (bukan pilihan manusia) lah yg bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik. Amin

Akhlak atau spiritual

  Apa pendapat bapak soal kenaikan pajak PPN 12 % “ tanya Lina. Peningkatan tarif PPN tujuannya tentu untuk meningkatkan penerimaan negara d...