PT Indosat Tbk. telah dijual oleh Asia Mobile Holding Pte.Ltd kepada Qatar Telecom. Asia Mobile merupakan anak perusahaan Temasek Holding. Perusahaan itu merupakan kongsi yang didirikan oleh Qatar Telecom dan Singapore Technologies Telemedia dan mayoritas saham kepemilikannya (75 persen) dimiliki Singapore Technologies Telemedia. Dengan pembelian seluruh saham Asia Mobile oleh Qatar Telecom (40,8 persen), maka Temasek Holding tidak memiliki keterlibatan di Indosat. Dari akuisisi itu, Asia Mobil menangguk untung hingga Rp 16 triliun lebih.
Hebatnya transaksi penjualan saham ini senilai Rp. 16 triliun atau tiga kali lipat dari harga ketika di beli pada tahun 2002 yang senilai Rp. 5 triliun. Kita mungkin terkejut atau marah dengan situasi ini. Marah dan kesal melihat kebodohan bangsa kita. Ini adalah wajar karena kita tidak ingin dianggap sebagai bangsa yang bodoh. Tapi kemarahan ini tidak perlu sampai membuat kita semakin bodoh , dengan memperlihat sikap tidak rasional. Ini adalah pelajaran mahal bagi seluruh BUMN kita. Bahwa apa yang dilakukan oleh Temasek melalui porfollio investasinya melalui anak perusahaannya bukanlah hal yang aneh. Ini adalah bagian dari strategy global untuk memanfaatkan keunggulan management dan strategy business , meningkatkan nilai perusahaan dan akhirnya mendapat yield dari itu.
Cobalah perhatikan, ketika awal dibeli Indosat hanyalah memilik pelanggan 3,5 juta dan selama lima tahun dibawah management group Temasek berhasil mencapai 16,7 juta pelanggan. Artinya terjadi peningkatan sebesar hampir lima kali lipat. Disamping itu laba yang dicatatnya terus meningkat. Ini bukanlah pekerjaan mudah. Diperlukan kepiawaian penuh menguasai management pemasaran dan kemampuan merekayasa sumber pembiayaan untuk mendukung pertumbuhan penjualan yang menuntut investasi yang tidak kecil. Yang tidak kalah penting daripada itu adalah system organisasi yang solid dalam mendukung pertumbuhan usaha yang begitu cepat. Inilah yang sangat sulit kita dapat. Karena sebagian besar BUMN kita tidak memiliki culture untuk menjawab tantangan kedepan apalagi berpacu dengan tuntutan pertumbuhan yang cepat. Culture kita , executive nya lebih banyak loby di hotel dengan para elite politik dan pemerintah.
Jadi kalaupun akhirnya saham itu dilepas oleh Temasek dengan mangantongi yield yang hampir lima kali lipat maka itu bukanlah hadiah atau pak gulipat. Tapi merupakan reward dari hasil kerja keras dan kekuatan visi untuk meningkatkan setiap portfolio investasi. Apakah kunci dari kesuksesan ini ? Salah satu fund manager di Hong Kong mengomentari tentang transaksi penjualan saham ini “ Ini pelajar berharga bahwa suskes dibidang apapun hanya mungkin dicapai bila didukung oleh penguasaan knowledge dan disiplin.” Dua hal ini dibuktikan oleh China, Korea, Singapore, Taiwan, Jepang dan India. Negara ini menjadi macan lapar di Asia yang bergerak lincar meng akuisis perusahaan strategis yang ada di Eropa, AS dan termasuk Indonesia. China melalui CMC perusahaan contruction china berhasil mengakusisi perusahaan tambang biji besi di Australian dan juga Sinos Steell juga merambah sampai kebrazil mengakuisisi tambang biji besi. Juga tak terbilang deretan perusahaan raksasa Jepang, Korea, dan Taiwan melakukan hal yang sama.
Penguasaan knowledge dan kekuatan disiplin memang adalah kunci untuk unggul dalam putaran waktu. Ini bukanlah didapat dengan mudah tapi adalah proses yang panjang dengan pengorbanan serta kesabaran ( control emotion ) yang luar biasa dari semua lini yang ada didalam organisasi. Pantang menyerah dan tabah menghadapi kompetisi dengan berbagai strategy, taktik serta dukungan team yang solid untuk terus bergerak dan menang. Mungkin sangat sulit kita temui pada waktu jam kerja di perusahan yang ada dinegara tersebut para karyawannya ngobrol atau menghabiskan pulsa telp berbicara kosong dengan teman. Atau menemui pejabat perusahaan berjam jam duduk di lounge executive hotel sambil meloby elite politik.
Disiplin bukanlah berarti hidup untuk bekerja tapi hidup diisi dengan karya untuk tidak menyia nyiakan waktu. Bagi mereka “ hari ini adalah kesempatan dan besok adalah harapan. Tidak akan ada harapan tanpa hari hari bertarung merebut kesempatan.” Dan bagaimana dengan sikap dan budaya kita ? Ini dapat dilihat ketika Indosat dijual oleh pemerintah , dimana kita berkata “ hari ini melepas kesempatan untuk harapan hari esok bangkit. ?” Ternyata tomorrow never come…dan kita kembali memperlihatkan kemarahan dan kegeraman.. Setidaknya kita masih bersyukur karena masih bisa marah diatas kebodohan dan budaya malas kita.
Hebatnya transaksi penjualan saham ini senilai Rp. 16 triliun atau tiga kali lipat dari harga ketika di beli pada tahun 2002 yang senilai Rp. 5 triliun. Kita mungkin terkejut atau marah dengan situasi ini. Marah dan kesal melihat kebodohan bangsa kita. Ini adalah wajar karena kita tidak ingin dianggap sebagai bangsa yang bodoh. Tapi kemarahan ini tidak perlu sampai membuat kita semakin bodoh , dengan memperlihat sikap tidak rasional. Ini adalah pelajaran mahal bagi seluruh BUMN kita. Bahwa apa yang dilakukan oleh Temasek melalui porfollio investasinya melalui anak perusahaannya bukanlah hal yang aneh. Ini adalah bagian dari strategy global untuk memanfaatkan keunggulan management dan strategy business , meningkatkan nilai perusahaan dan akhirnya mendapat yield dari itu.
Cobalah perhatikan, ketika awal dibeli Indosat hanyalah memilik pelanggan 3,5 juta dan selama lima tahun dibawah management group Temasek berhasil mencapai 16,7 juta pelanggan. Artinya terjadi peningkatan sebesar hampir lima kali lipat. Disamping itu laba yang dicatatnya terus meningkat. Ini bukanlah pekerjaan mudah. Diperlukan kepiawaian penuh menguasai management pemasaran dan kemampuan merekayasa sumber pembiayaan untuk mendukung pertumbuhan penjualan yang menuntut investasi yang tidak kecil. Yang tidak kalah penting daripada itu adalah system organisasi yang solid dalam mendukung pertumbuhan usaha yang begitu cepat. Inilah yang sangat sulit kita dapat. Karena sebagian besar BUMN kita tidak memiliki culture untuk menjawab tantangan kedepan apalagi berpacu dengan tuntutan pertumbuhan yang cepat. Culture kita , executive nya lebih banyak loby di hotel dengan para elite politik dan pemerintah.
Jadi kalaupun akhirnya saham itu dilepas oleh Temasek dengan mangantongi yield yang hampir lima kali lipat maka itu bukanlah hadiah atau pak gulipat. Tapi merupakan reward dari hasil kerja keras dan kekuatan visi untuk meningkatkan setiap portfolio investasi. Apakah kunci dari kesuksesan ini ? Salah satu fund manager di Hong Kong mengomentari tentang transaksi penjualan saham ini “ Ini pelajar berharga bahwa suskes dibidang apapun hanya mungkin dicapai bila didukung oleh penguasaan knowledge dan disiplin.” Dua hal ini dibuktikan oleh China, Korea, Singapore, Taiwan, Jepang dan India. Negara ini menjadi macan lapar di Asia yang bergerak lincar meng akuisis perusahaan strategis yang ada di Eropa, AS dan termasuk Indonesia. China melalui CMC perusahaan contruction china berhasil mengakusisi perusahaan tambang biji besi di Australian dan juga Sinos Steell juga merambah sampai kebrazil mengakuisisi tambang biji besi. Juga tak terbilang deretan perusahaan raksasa Jepang, Korea, dan Taiwan melakukan hal yang sama.
Penguasaan knowledge dan kekuatan disiplin memang adalah kunci untuk unggul dalam putaran waktu. Ini bukanlah didapat dengan mudah tapi adalah proses yang panjang dengan pengorbanan serta kesabaran ( control emotion ) yang luar biasa dari semua lini yang ada didalam organisasi. Pantang menyerah dan tabah menghadapi kompetisi dengan berbagai strategy, taktik serta dukungan team yang solid untuk terus bergerak dan menang. Mungkin sangat sulit kita temui pada waktu jam kerja di perusahan yang ada dinegara tersebut para karyawannya ngobrol atau menghabiskan pulsa telp berbicara kosong dengan teman. Atau menemui pejabat perusahaan berjam jam duduk di lounge executive hotel sambil meloby elite politik.
Disiplin bukanlah berarti hidup untuk bekerja tapi hidup diisi dengan karya untuk tidak menyia nyiakan waktu. Bagi mereka “ hari ini adalah kesempatan dan besok adalah harapan. Tidak akan ada harapan tanpa hari hari bertarung merebut kesempatan.” Dan bagaimana dengan sikap dan budaya kita ? Ini dapat dilihat ketika Indosat dijual oleh pemerintah , dimana kita berkata “ hari ini melepas kesempatan untuk harapan hari esok bangkit. ?” Ternyata tomorrow never come…dan kita kembali memperlihatkan kemarahan dan kegeraman.. Setidaknya kita masih bersyukur karena masih bisa marah diatas kebodohan dan budaya malas kita.