Surabaya mencekam. Pasukan sekutu berkekuatan penuh dengan dukungan militer terlatih dalam perang dunia kedua, telah mengeluarkan ancaman akan membumi hanguskan Surabaya. Secara meiliter ,menghadapi kekuatan ini adalah kekonyolan. Dalam keraguan dan dibawah ancaman itulah para Ulama mengeluarkan deklarasi Jihad dibulan oktober 1945 untuk menghadapi tentara sekutu. Merdeka atau mati. Alhuakbar menggema diseantero Surabaya melalui corong radio. Bong Tomo membakar semangat jihad pemuda Surabaya. Akhirnya perang tidak terelakan dan Surabaya menjadi lautan api. Darah menganak sungai dengan jumlah suhada tak terbilang. Peristiwa heroic ini diperingati sebagai hari Pahlawan Nasional.
Dua bulan kemudian setelah peristiwa berdarah di Surabaya , 15 desember 1945 , Dibawah pimpinan Kiyai , para santri tampi gagah berani menjemput sahid dalam pertempuran paling mengerikan di Ambarawa. Dalam perang itu pasukan sekutu dibawah pimpinan Mayjen Hawthron, Panglima Divisi India ke-23, pontang-panting dan terpaksa menarik mundur pasukannya kesemarang. Perisiwa heroic ini diperingati sebagai hari Infanteri. Perang Ambarawa juga akhinrya memunculkan tokoh tokoh perwira militer religius seperti Sudirman ( yang tadinya sebagai komandan Pasukan Hisbullah, guru sekolah Muhammadiyah ). Sejumlah tokoh juga naik namanya berkat Ambarawa yakni Ahmad Yani, Pranoto, dan Soeryosoempeno.
Kisah diatas adalah fakta sejarah bahwa perang mengusir penjajah adalah perang jihad. Jihad fisabilillah. Mati demi kehormatan bangsa dan Negara adalah menjadi idaman bagi semua pemuda pemudi Indonesia. Patriotisme religius terbukti dalam sejarah dimanapun adalah kekuatan yang tak pernah bisa dikalahkan oleh kekuatan apapun. Karena didalam patriotisme ini terdapat semangat kebersamaan untuk memperjuangkan keadilan dari penindasan hak hak dasar manusia. Inilah yang membuat patriotisme religius akan selalu menjadi momok menakutkan bagi siapa saja yang ingin berkuasa untuk kepentingan kelompok atau golongan.
“ Islam agama cinta damai. Agama ini hanyalah ingin menjaga kehidupan bermasyarakat , apapun istilah ideology Negara yang diusung haruslah pro keadilan dan dipergunakan untuk kesejahteraan umat manusia. Titik!” Bila kemudian Islam dalam sejarahnya selalu tampil didepan melawan kezoliman itupun tidak lain karena penggilan misi suci untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Ini yang dikatakan oleh kelompok sekuler tentang islam fundamentalis dan ektrim. Seakan Islam anti kemajemukan. Kemajemukan yang bagaimana ?. Apakah kemajemukan yang membiarkan terbentuknya kelas kaya dan miskin, kelas konglomerat dan kelas kaki lima, Kelas real estate dan kelas kumuh. Kelas petani dan tuan tanah Kelas cerdik pandai dan rakyat bodoh, penguasa dan rakyat. Apakah kelas social ini juga harus dimaklumi dan membiarkan system terbentuk seperti ini sebagai bagian dari kemajemukan.? Yang pasti majemuk bukan berarti semua agama sama.
Selagi keadilan social hanyalah retorika dalam ranah politik Negara, selagi demokrasi hanyalah wahana formal untuk menganeksaasi hak rakyat yang lemah, selagi hukum tidak tegak , selagi kemaksiatan terus tumbuh , maka selama itupula islam akan tetap menadi musuh nomor satu bagi siapa saja yang berkuasa. Peristiwa DII/TII, Permesta/ PRRI/ Komando Jihad ,Kahar Muzakar, Daud Beureueh, peledakan CandiBorobudur, pemberontakan Yon 427 yang terdiri dari mantan Laskar Sabilillah dan Hisbullah, Peristiwa talangsari, peristiwa tanjung priok , Jamaah Islamiah, Al qaida menjadi sisi gelap dalam sejarah paska kemerdekaan Indonesia. Namun tidak pernah sejarah bercerita jujur tentang penyebab terjadinya perlawanan tersebut. Tidak pernah sejarah bercerita jujur tentang jutaan suhada para perjuang kemerdekaan yang meregang nyawa menyebut ‘Allahu Akbar, lailahailllah. Negara ini sangat zalim dalam merekam perjalanan sejarah bangsanya sendiri dan islam menjadi pesakitan dipengadilan, diburu sebagai teroris dan dicurigai. Sangat ironis…
Dua bulan kemudian setelah peristiwa berdarah di Surabaya , 15 desember 1945 , Dibawah pimpinan Kiyai , para santri tampi gagah berani menjemput sahid dalam pertempuran paling mengerikan di Ambarawa. Dalam perang itu pasukan sekutu dibawah pimpinan Mayjen Hawthron, Panglima Divisi India ke-23, pontang-panting dan terpaksa menarik mundur pasukannya kesemarang. Perisiwa heroic ini diperingati sebagai hari Infanteri. Perang Ambarawa juga akhinrya memunculkan tokoh tokoh perwira militer religius seperti Sudirman ( yang tadinya sebagai komandan Pasukan Hisbullah, guru sekolah Muhammadiyah ). Sejumlah tokoh juga naik namanya berkat Ambarawa yakni Ahmad Yani, Pranoto, dan Soeryosoempeno.
Kisah diatas adalah fakta sejarah bahwa perang mengusir penjajah adalah perang jihad. Jihad fisabilillah. Mati demi kehormatan bangsa dan Negara adalah menjadi idaman bagi semua pemuda pemudi Indonesia. Patriotisme religius terbukti dalam sejarah dimanapun adalah kekuatan yang tak pernah bisa dikalahkan oleh kekuatan apapun. Karena didalam patriotisme ini terdapat semangat kebersamaan untuk memperjuangkan keadilan dari penindasan hak hak dasar manusia. Inilah yang membuat patriotisme religius akan selalu menjadi momok menakutkan bagi siapa saja yang ingin berkuasa untuk kepentingan kelompok atau golongan.
“ Islam agama cinta damai. Agama ini hanyalah ingin menjaga kehidupan bermasyarakat , apapun istilah ideology Negara yang diusung haruslah pro keadilan dan dipergunakan untuk kesejahteraan umat manusia. Titik!” Bila kemudian Islam dalam sejarahnya selalu tampil didepan melawan kezoliman itupun tidak lain karena penggilan misi suci untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Ini yang dikatakan oleh kelompok sekuler tentang islam fundamentalis dan ektrim. Seakan Islam anti kemajemukan. Kemajemukan yang bagaimana ?. Apakah kemajemukan yang membiarkan terbentuknya kelas kaya dan miskin, kelas konglomerat dan kelas kaki lima, Kelas real estate dan kelas kumuh. Kelas petani dan tuan tanah Kelas cerdik pandai dan rakyat bodoh, penguasa dan rakyat. Apakah kelas social ini juga harus dimaklumi dan membiarkan system terbentuk seperti ini sebagai bagian dari kemajemukan.? Yang pasti majemuk bukan berarti semua agama sama.
Selagi keadilan social hanyalah retorika dalam ranah politik Negara, selagi demokrasi hanyalah wahana formal untuk menganeksaasi hak rakyat yang lemah, selagi hukum tidak tegak , selagi kemaksiatan terus tumbuh , maka selama itupula islam akan tetap menadi musuh nomor satu bagi siapa saja yang berkuasa. Peristiwa DII/TII, Permesta/ PRRI/ Komando Jihad ,Kahar Muzakar, Daud Beureueh, peledakan CandiBorobudur, pemberontakan Yon 427 yang terdiri dari mantan Laskar Sabilillah dan Hisbullah, Peristiwa talangsari, peristiwa tanjung priok , Jamaah Islamiah, Al qaida menjadi sisi gelap dalam sejarah paska kemerdekaan Indonesia. Namun tidak pernah sejarah bercerita jujur tentang penyebab terjadinya perlawanan tersebut. Tidak pernah sejarah bercerita jujur tentang jutaan suhada para perjuang kemerdekaan yang meregang nyawa menyebut ‘Allahu Akbar, lailahailllah. Negara ini sangat zalim dalam merekam perjalanan sejarah bangsanya sendiri dan islam menjadi pesakitan dipengadilan, diburu sebagai teroris dan dicurigai. Sangat ironis…
No comments:
Post a Comment