HMI menggugat AA GYM secara perdata maupun pidana sehubungan dengan kehadirannya dalam kampanye kenaikan harga BBM yang disponsori oleh Kementrian informasi dan Komunikasi. Dalam kehadirannya di iklan itu AA GYM mengusung ayat al qu’an sebagai dasar meyakinkan mayarakat agar bersabar menghadapi cobaan atas kenaikan harga minyak. Allah tidak akan membebani hambanya apabila hambanya tidak mampu menerimanya. Artinya Allah akan membebani hambanya sebatas kemampuan hambanya untuk menerima. Sebagai seorang Da’I apa yang disampaikan oleh AA GYM tidak ada yang salah. Kewajibannya adalah mencerahkan dan menguatkan hati umat dalam menghadapi setiap cobaan yang datang. Agar umat dapat bersabar dan…tentu pemerintah bebas berbuat apa saja untuk menzolimi rakyat. Karena sudah ada Da’I seorang kiyai yang siap menghibur rakyat dengan ayat ayat Al-Quran.
Teman saya yang beragama kristen sempat mengeluarkan kegalauannya dengan sikap AA Gym ini " Apakah dia tidak punya hati nurani untuk menilai kebenaran atas sikap pemerintah yang menaikkan harga BBM. Apakah terlalu sulit bagi dia untuk tidak bicara dalam corong pemerintah ? Padahal rakyat kebanyakan , terutama rakyat miskin dipedesaan sangat mencintainya" Saya hanya dapat terdiam. Teringat bagaimana Snouck Hurgronje dizaman kolonial belanda yang begitu akrab dengan masyarakat islam dan tanpil plamboyan untuk mempengaruhi umat islam agar loyal pada sikap pemerintah Belanda. Tanpa berprasangka buruk terhadap AA Gym namun cara cara melibatkan ulama untuk mempengaruhi rakyat sudah digunakan oleh penguasa negeri ini sejak zaman Soeharto. Tetapi banyak pula ulama yang tidak butuh popularitas namun konsisten bersuara di setiap masjid milik rakyat dipedesaan tanpa banyak berharap imbalan apapun. Mereka ini adalah mujahid ditanah gersang dalam lilitan kezoliman pemerintah.
Dari beberapa ceramah akbarnya yang ditayangkan oleh media televise nasional dan beberapa buku tentang manajemen QALBU yang ditulisnya , saya dapat menangkap kesan tentang seorang AA GYM. Dia tidaklah ahli agama sebagaimana para kiyai Sepuh atau tidak sebanding dengan KH. Ali Yafie. Dari segi ilmu agama dia masih terlalu cetek untuk disebut sebagai seorang Kiyai. Tapi mengapa dia begitu diterima oleh masyarakat islam. Itu tidak lebih dari kemampuanya menguasai panggung. Kemampuannya menyampaikan pesan agama yang rumit kedalam bahasa yang sederhana , yang mudah dimengerti oleh orang awan. Kemampuan analogi agama dalam konteks kesehariaan menghidupkan panggung menjadi satu pentas yang menghibur. Siapapun yang mendengar akan terkesan. Akhirnya AA GYM masuk dalam lingkungan selebritis. Apapun sepak terjangnya diikuti oleh Media Massa. Dia popular.
Popularitas seorang Da’I adalah cobaan terbesar dibanding cobaan yang lain. Seorang Da’I akan tetap dapat istiqomah dan dekat dengan penderitaan rakyat walau dia harus hidup dipenjara ditembok berlapis. Seorang Kiyai dapat tetap teguh melawan kezoliman walau hidup dalam lilitan kemiskinan. Seorang Da’I tetap berjihad walau hidup bergelimang harta. Tapi menghadapi popularitas , tidak banyak Da’I yang selamat dari tekadnya untuk orang banyak. Contoh , rusaknya popularitas KH. Zainudin MZ , yang sempat digelari “Da’I sejuta umat “. Begitupula dengan KH . Noor Iskandar. Ini adalah sebagian contoh Da’I yang dilupakan oleh umat karena terjebak dalam arus popularitas.
Popularitas itu seabagai tunggangan Iblis untuk merusak aqidah syiar dan jihad seseorang. Iblis masuk merusak aqidah seseorang dapat melalui apa saja. Salah satunya adalah Iblis akan menggunakan tangan pemerintah untuk membujuk Da’I ini utuk ikut dalam program pemerintah .Popularitas Da’I dimanfaatkan untuk mempengaruhi public agar berkiblat pada kebijakan politik pemerintah. Dengan teknik pendekatan yang piawai sebagaimana keahlian Iblis menggoda manusia maka akhirnya da’I itu tergelincir masuk perangkap politik praktis. Da’I itu baru menyadari kesalahannya setelah dia mulai dilupakan oleh public.
Kita tidak dapat menyalahkan apabila ada da’I yang tergelincir dengan popularitasnya karena memang sebagian besar para da’I kita lahir secara dadakan karena creativitas media massa. Disamping itu lingkungan pendidikan mereka yang lebih dominant pada ilmu agama yang dogmatis telah membuat mereka sangat “kuper” terhadap ilmu social lainya , seperti imu eknomi , dan lainnya. Hnggga mereka mudah sekali terjebak dalam bujuk rayu iblis berwajah manusia.
Seharusnya para da’I muda dapat belajar dari sosok ulama tua yang sukses sebagai pejuang umat disegala lini. KH Ali Yafie dapat bersikap tegas sebagai politisi dan juga ulama ketika Pemeritah Soeharto memaksakan azas tunggal Pancasila sebagai azas partai politik. Dia walk Out dan akhirnya mundur sebagai anggota dewan. Beliau juga mundur sebagai Ketua MUI ketika Presiden Abdul Rahman Wahid , menyatakan bahwa bumbu masak MIWON adalah halal dan bertentangan dengan fatwa MUI. Begitupula dengan kegigihan seorang HR. Rasuna Said , HAMKA, Natsir dan lain lain yang bersedia masuk penjara dizaman soekarno hanya karena menentang NASAKOM. Para ulama itu sudah sangat popular dimata public tapi mereka tetap berpihak pada kebenaran dan keadilan bagi masyarakat banyak.. Mungkin mereka tidak ahli dalam bidang ilmu duniawi tapi cahaya hati mereka menuntun pada kebenaran bersikap. Karena nurani mereka selalu bersih dan ikhlas tanpa harus dijejali dengan konsep menejen qalbu.
Kepada AA GYM , kita berharap agar masalah ini dapat menjadi pelajaran untuk sepak terjangnya kedepan sebagai ulama yang menjadi tumpuan umat. Apabila Ulama tetap menyuaran kebenaran yang membebaskan diri dari setiap kepentingan politik maka tidak terlalu sulit bagi seorang Da'i untuk menilai apakah kebijakan pemerintah berpihak atau tidak dengan rakyat dan ulama akan tetap menjadi bagian dari rakyat untuk bersama sama menentang kezoliman dinegeri ini.
Popularitas seorang Da’I adalah cobaan terbesar dibanding cobaan yang lain. Seorang Da’I akan tetap dapat istiqomah dan dekat dengan penderitaan rakyat walau dia harus hidup dipenjara ditembok berlapis. Seorang Kiyai dapat tetap teguh melawan kezoliman walau hidup dalam lilitan kemiskinan. Seorang Da’I tetap berjihad walau hidup bergelimang harta. Tapi menghadapi popularitas , tidak banyak Da’I yang selamat dari tekadnya untuk orang banyak. Contoh , rusaknya popularitas KH. Zainudin MZ , yang sempat digelari “Da’I sejuta umat “. Begitupula dengan KH . Noor Iskandar. Ini adalah sebagian contoh Da’I yang dilupakan oleh umat karena terjebak dalam arus popularitas.
Popularitas itu seabagai tunggangan Iblis untuk merusak aqidah syiar dan jihad seseorang. Iblis masuk merusak aqidah seseorang dapat melalui apa saja. Salah satunya adalah Iblis akan menggunakan tangan pemerintah untuk membujuk Da’I ini utuk ikut dalam program pemerintah .Popularitas Da’I dimanfaatkan untuk mempengaruhi public agar berkiblat pada kebijakan politik pemerintah. Dengan teknik pendekatan yang piawai sebagaimana keahlian Iblis menggoda manusia maka akhirnya da’I itu tergelincir masuk perangkap politik praktis. Da’I itu baru menyadari kesalahannya setelah dia mulai dilupakan oleh public.
Kita tidak dapat menyalahkan apabila ada da’I yang tergelincir dengan popularitasnya karena memang sebagian besar para da’I kita lahir secara dadakan karena creativitas media massa. Disamping itu lingkungan pendidikan mereka yang lebih dominant pada ilmu agama yang dogmatis telah membuat mereka sangat “kuper” terhadap ilmu social lainya , seperti imu eknomi , dan lainnya. Hnggga mereka mudah sekali terjebak dalam bujuk rayu iblis berwajah manusia.
Seharusnya para da’I muda dapat belajar dari sosok ulama tua yang sukses sebagai pejuang umat disegala lini. KH Ali Yafie dapat bersikap tegas sebagai politisi dan juga ulama ketika Pemeritah Soeharto memaksakan azas tunggal Pancasila sebagai azas partai politik. Dia walk Out dan akhirnya mundur sebagai anggota dewan. Beliau juga mundur sebagai Ketua MUI ketika Presiden Abdul Rahman Wahid , menyatakan bahwa bumbu masak MIWON adalah halal dan bertentangan dengan fatwa MUI. Begitupula dengan kegigihan seorang HR. Rasuna Said , HAMKA, Natsir dan lain lain yang bersedia masuk penjara dizaman soekarno hanya karena menentang NASAKOM. Para ulama itu sudah sangat popular dimata public tapi mereka tetap berpihak pada kebenaran dan keadilan bagi masyarakat banyak.. Mungkin mereka tidak ahli dalam bidang ilmu duniawi tapi cahaya hati mereka menuntun pada kebenaran bersikap. Karena nurani mereka selalu bersih dan ikhlas tanpa harus dijejali dengan konsep menejen qalbu.
Kepada AA GYM , kita berharap agar masalah ini dapat menjadi pelajaran untuk sepak terjangnya kedepan sebagai ulama yang menjadi tumpuan umat. Apabila Ulama tetap menyuaran kebenaran yang membebaskan diri dari setiap kepentingan politik maka tidak terlalu sulit bagi seorang Da'i untuk menilai apakah kebijakan pemerintah berpihak atau tidak dengan rakyat dan ulama akan tetap menjadi bagian dari rakyat untuk bersama sama menentang kezoliman dinegeri ini.
No comments:
Post a Comment