Saturday, July 08, 2017

Babo dan Kaki.


Di Lapau Mak Siti, seperti biasa kami berkumpul selepas Isya. Sekedar menanti kantuk. Biasanya jam 10 malam kami akan segera angkat kaki. Kecuali ada yang nantangi main ceki.

 “ Menurut kau, dari organ tubuh kita, bagian mana yang paling penting “ Tanya Samad. 

“ Semua penting. Semua ciptaan Allah “ Jawab Sabri.

“ Bodoh kau. Kutanya mana yang penting. Kau jawab semua penting. Dasar kau memang seumur hidup tak bisa bedakan mana yang penting dan mana yang bukan “

“ Heh Samad, kenapa kau bilang begitu? jaga bicara kau. Aku lebih tua dari kau. Paham kau”

“ Kemarin kau utamakan pergi pengajian di surau. Sementara sawah kau yang harusnya dapat giliran air kau abaikan. Sampai pagi orang lain yang menikmati jatah air kau. Besok seperti biasa panen kau lebih buruk dari kami. Tapi kau bilang itu kehendak Tuhan. Anehnya keorang orang kau bilang kami tidak adil. Kau pandai menghibur diri atas nama Allah dan pandai menyalahkan orang lain atas nama Allah. Padahal kau memang pemalas. Lebih utamakan ikut pengajian guru Nando yang punya istri lebih dari satu tapi hidupya tak lebih menumpang dari santunan orang lain.” 

“ Heh..panjang sekali kau ceramahi aku. Aku bukan kau, Samad. Hidup kau memang hanya dunia  dan urusan akhirat tak penting bagi kau. Semoga Allah memberikan hidayah kau” 

“ Kudoakan semoga Allah membukankan pikiranmu sehingga cerdas bersikap dalam hidup. “

“ Kau pikir aku tidak cerdas ?

“ Tanah dan ladang keluarga kau lebih luas dari aku. Tapi keluargaku punya motor dan rumahku ada antena parabola. Kakakku sekolah di kota. Sementara orang tua kau, anak diperbanyak. Satupun engga ada yang sekolah sampai kekota. Orang tuamu suruh anak banyak mengaji tapi dia  tak ajarkan bagaimana anak bisa mandiri. “

“ Ya ya sudahlah. Kenapa pula kalian bertengkar.Engga akan sudah itu urusannya. Sekarang aku jawab pertanyaan Samad. Yang penting diantara organ tubuh kita adalah Kaki.” kataku.

“ Coba kau jelaskan mengapa kaki “ tanya Samad.

“ Kau ingat si Masri ?

“ Ya, ingat. Kamanakan si Dulah.”

“ Betul. Tadi dia miskin di kampung tapi karena ringan kakinya sampai dia di jawa. Sekarang dia kaya raya sebagai pedagang. Bahkan sudah pula pergi haji. Semua kamanakan dan orang kampung yang datang ke kota dibantunya modal. “ Kataku.

“ Ah itu riya. Dan lagi orang orang itu tidak dibantu tapi di pekerjakannya agar dia semakin kaya.”

“ Bukan riya tapi berbagi kesempatan. Dia pekerjakan oran agar orang punya rasa hormat dibantu.  Pahamkau, Sabri.” Kata Samad lagi.

“ Kalau menolong karena ALlah tak perlulah berharap apapun” Kata Sabri sengit.

“ Hanya orang dungu dan tak punya rasa malu kalau badan sehat dan kuat mau diberi begitu saja. Jangan kau bawa bawa nama Allah kalau alasan itu halal mengemis  bagimu.” 

“ Aku tidak pernah mengemis. “ Kata Sabri dengan nada keras.

“ Kemarin kau terima dana BLT dari pemerintah. Kau puji puji pemerintah. Tapi kini tak ada BLT dan lisrik naik , kau balik marah marah kepada pemeritah. Kau bilang zolim lah. Apa itu engga mental pengemis. Kalau kau tak berharap kepada manusia dan hanya kepada Allah tak akan keluar dari mulut kau mengeluh sepanjang hari. Penat aku mendengar kau terus mengeluh di lapau, bahkan di surau.” Kata samad.

“ Baiknya aku pulang. Tak pantas aku bersama kalian yang munafik dan kafir.” Kata Sabri. Sebelum pergi Sabri berkata kepada Mak Siti “ Dia yang bayar minum kopi ku “ Menunjuk kearah Samad.

“ Kau bilang aku kafir dan munafik tapi minum kopi kau minta perai. Kantongku ternyata tak ikut haram bagimu ya Sabri.” 

Sabri hanya tersenyum kecut. Mereka bersahabat sedari kecil dan canda dalam satire mewarnai pergaulan mereka.

***
Babo (Kakek) ku pernah mengajak ku masuk kedalam kebun dan terus melangkah mendaki bukit. Sampailah di pinggir hutan tak bertuan.” Kita sampai disini karena kaki pemberian Tuhan. Karena kaki kita melihat begitu besarnya tumbuhan berjejer. Di dalamnya ada binatang . Ada kehidupan, Tentu ada rezeki. Kau sebagai pria minang, jangan kau beratkan melangkah. Ringangkan kaki untuk melangkah kemana saja kau suka. Bumi ini terlalu luas untuk hanya dipahami oleh Babo yang hanya pandai mengaji. NIkmat Allah itu tidak akan kau rasakan dengan menghafal Al Quran dan mendengar apa kata guru di surau. NIkmat Allah itu hanya kau rasakan apabila kau gunakan kakimu melangkah. Sekali kau ragu melangkah maka yang tampak hanya kampung halamanmu. Dan itu hanya masa lalu yang tak akan membuatmu menjadi apa apa.” 

Aku hanya manggut manggut. Karena entah yang keberapa kali kudengar Babo bicara seperti itu. Tapi Babo tidak pernah mengajak ku sampai kedalam hutan. Ketika kutanyakan itu, “ Nanti bila kau sudah dewasa, pergilah merantau ke negeri orang. Carilah ilmu dan pengalaman darimanapun sumbernya. Setelah itu pulanglah kemari, Masuklah ke hutan itu dengan ilmu dan pengalaman. Kelak kau akan berguna sebaik baiknya dirimu bagi orang lain.” demikian pituah Babo.

***

Tahun berganti , aku melanjutkan SMA di kecamatan. Kudengar banyak pria minang pulang kekampung tidak menerobos hutan tapi mereka datang dengan pakaian Guru mengaji. Ada sorban dan janggut. Setiap di surau yang terdengar kutukan dan hujatan kepada pemerintah. Kutukan kepada wanita minang yang hanya pakai baju kurung tanpa jilbab. Lambat laun orang kampung semakin kurang minat merantau. Karena mendengar kotbah di Surau bahwa di kota tempat maksimat bekulindan. Semakin banyak orang menjauh dari Surau. Hanya masalah waktu azab Allah akan datang. Neraka semua bagi mereka. Kita lebih baik hidup miskin di kampung daripada di kota jad calon penghuni neraka. Cerita orang kampung yang sukses di rantau tak lagi mewarnai setiap pembicaraan di lapau. Tak ada lagi motivasi anak muda untuk merantau. Yang ada hanyalah rasa takut. Takut masuk neraka.

Ketika liburan sekolah aku kembali ke kampung. Kudapati Babo sudah jarang bicara. Tak lagi mengajakku wisata ke pinggir hutan. Babo hanya kadang memperhatikan aku kalau sedang belajar di ruang tengah rumah. Kadang dia mengelus kepalaku ketika sedang membaca buku “ Rajin rajinlah kau belajar. Namun sehebat apapun kamu di kampung, kamu belum akan berguna. Merantau akan menjadikan kau seorang pria sejati. Yang tentu berguna bagi orang kampung” Kata Babo. Kulihat wajah tuanya nampak semakin tua. Dan aku bertekad setelah tampat SMA akan merantau.

Benarlah, setamat SMA aku merantau. Sahabatku Samad  ikut aku merantau walau dia hanya tamat SMP. Sabri tetap di kampung. Dia bahkan mendoakan agar kami dapat hidayah. Kami hanya mengaminkan. Namum ketika mengantar kami ke terminal bus , dia nampak sedih berpisah dengan kami sahabat masa kecilnya.

***

Tak terasa sudah 15 tahun aku merantau. Aku sudah jadi pengusaha yang mengageni produk impor. Telapak kakiku bukan hanya menginjak tanah Jawa tapi sudah pernah menginjak negeri China, Korea, Jepang, bahkan Eropa. Aku sudah menikah sesuai pilihan orang tua. Istriku adalah anak Mak Tuo-ku sendiri. Orang minang menyebut aku kembali ke Bako. Atau menikah dengan keluarga ayah. Selama 15 tahun, baru sekali aku pulang ke kampung, itupun ketika mendengar kabar bahwa aku sudah di tunangankan dengan keponakan ayah. Sementara Samad pergi merantau ke Sulawesi. Dia sukses sebagai pengusaha ekspedisi laut. Kami pernah bertemu waktu melaksanan rukun islam ke lima di tanah makkah.  Dia juga sama tak rindu untuk pulang kampung. Apalagi semua saudara dan orang tuanya sudah ikut dengan dia di rantau.

“ Aku tak merasa itu kampung yang pernah kita tinggalin. Suasana kampung tak lagi seperti dulu. Canda tawa teman sepermainan tak terasa hangat lagi ketika orang orang berbaju gaya padri dengan janggut dan jidat hitam semakin banyak di kampung. Entah darimana mereka itu mendapatkan ajaran.  Adat sudah lama di punggungi. Surau tak lagi diisi kisah hikmah agar hidup berakal mati beriman. Tapi surau sudah jadi tempat dokrin bahwa akhirat lebih penting dan sorga adalah pilihan hidup. Hidup di dunia tidak penting.” demikian alasan Samad. Aku hanya mengangguk dalam miris.

***
Dan, suatu waktu aku dapat kabar dari pak Tuo bahwa di kampung ku sekarang banyak sekali pekerja dari jawa berdatangan. Tapi mereka tidak menetap. Mereka hanya melewati kampung kami dengan kendaraan truk besar menuju pinggir hutan. Alat berat berdatangan. Semua pohon direbahkan, Bukit di ledakan. Akar kayu dibakar menimbulkan asap menghitam menutupi pandangan di jalan kampung. Memang jalan kampung diperbaiki. Diaspal. Kantor lurah diperbaiki. Surau di perbesar menjadi ukuran masjid yang megah. Rumah guru dan iman masjid di rombak seperti rumah orang kota. Para pemuka kampung tanpa bekerja tapi hidup senang dengan rumah berantena parabola, termasuk salah satunya Sabri.  

Hutan itu telah menjelma menjadi kebun sawit dan di tengah tengahnya ada perkampungan orang jawa, yang tak pernah menyatu dengan warga kampung kami. Konon katanya orang jawa dapat tanah gratis 2 hektar dan jaminan makan selama pohon sawit belum menghasilkan. Tapi selama itu mereka harus bekerja keras agar pohon sawit terawat baik. Sementara penduduk kampung kami semakin muram dan semakin pemarah kepada pemerintah. Tapi para pemuka masyarakat dan tokoh agama mereka hidup senang tanpa harus kerja keras. Orang kampung bilang itu kharamah orang suci yang rezekinya bisa datang darimana saja…sebetulnya itu  donasi dari simata sipit  juragan kebun.

”Kau tahu apa sebenarnya yang membuat orang kampung kita kalah sama pendatang dari jawa ?”Kata ku suatu waktu kepada Samad ketika bertemu dengannya di Singapore.

Samad menggeleng.

”Karena mereka tak lagi menggunakan kakinya. Setiap hari pikiran dan fantasinya kepada sorga dan takut neraka. Akibatnya mereka engga kemana mana. Kakinya bengkak dan malas melangkah. Hilang akal sehat dan tentu hilang semangat menaklukan dunia untuk mencapai kesempurnaan iman dihadapan Allah. Bukan salah bundo mengandung buruk surat tangan sendiri. Bukan salah aseng mendapatkan kebun besar karena kita malas melangkah dan berbuat”

Samad diam, hanya terpana. Sebenarnya, aku tak begitu yakin apakah memang perlu menyimpulkan seperti ini kepada Anda hingga cerita tentang Babo dan kaki punya versi lain. Karena belakangan memang aku tak bisa membangun kampungku tapi di kampung lain aku mencetak kebun sawit di provisi lain di sumatera dan Samad juga berhasil mencetak kebun coklat di sulawesi. Bumi ini luas dan milik Allah dan itu hanya untuk orang berlmu dan mau bekerja keras menghadang resiko dan kelelahan.

Sunday, July 02, 2017

Agama yang mendamaikan...


Tayangan Tafsir Al-Misbah yang dibawakan Quraish Shihab di Metro TV pada Sabtu (12/7) menuai kontroversi.  Terkait masalah kontroversi tersebut, Quraish Shihab memberikan klarifikasi langsung melaui situs resminya pada Selasa (15/7) dalam judul 'Tentang Tayangan Tafsir al-Mishbah 12 Juli 2014’. ''Uraian tersebut dalam konteks penjelasan bahwa amal bukanlah sebab masuk surga, walau saya sampaikan juga bahwa kita yakin bahwa Rasulullah akan begini (masuk surga),’”. Apa yang dikatakan oleh Quraish Shihab adalah teori dasar untuk memahami mana wilayah manusia dan mana wilayah Allah. Manusia tugasnya beramal baik, dan soal sorga itu urusan Allah. Tidak ada istilah berlaku SWAP amal dengan Sorga. Kalau ada yang protes dengan teori ini maka ketahuan kalau dia beramal soleh karena mental kapitalis. Bukan Allah yang dituju tapi sorga. 

Tapi bagi sebagian orang yang menjadikan agama sebagai fiture Politik maka secara cepat tanpa mendengar dan membaca secara utuh dalil yang disampaikan Quraish Shihab, langsung menuduh ia Syiah. Hujatan dan cemoohan pun datang bertubi tubi kepada dia. Sama halnya dengan Buya Safie Maarif yang dihujat karena membela Ahok. Tapi Quraish Shihab, sang Ulama hebat yang menjadikan Al Quran dan Hadith dalam konteks ilmu pengetahuan untuk memperkuat keimanan itu, tetap tenang tanpa terprovokasi ikut menghujat atau perang dalil dengan pihak yang tak sepaham dengan dia.

Melihat fenomena seperti itu, saya lama termenung. Teringat dengan sahabat saya di China yang sedari kecil dididik oleh orang tuanya bahwa agama itu adalah sebuah karunia. Orang tuanya tidak mendidik dia menjadi atheis. Walau ia tahu orang tuanya tidak pernah menyampaikan dokrin agama seperti apa seharusnya dia pahami. Ketika akhirnya dia mengenal agama Budha, kemudian Islam, orang tuanya kelihatan meragukan agama yang dia pahami. Ada tersirat kekawatiran dari orang tuanya, apabila  karena alasan agama itu dia berhak menyalahkan orang lain.  Dalam pergaulannya dia sering menemukan kekawatiran itu. Bagi Pemerintah China, semua agama baik sepanjang ia memperbaiki fi’il manusia dan merawat harapan. Tentu tidak elok untuk menganggap iman, sesembahan, dan kitab suci yang berbeda dari agama kita sebagai hal yang “terkutuk”. Seandainya hanya ada satu agama saja di muka bumi, dan semua yang di luar pengaruhnya akan dijatuhi hukuman abadi…mengapa Tuhan tidak jadikan semua manusia sama agamanya ? 

Namun orang tuanya bijak. Tidak pernah keraguan itu disampaikan. Orang tuanya hanya ingin dia terus berbuat yang sebaik-baiknya kepada orang lain. Orang tuanya menolak doa yang meminta-minta. Baginya kehidupan adalah karunia yang maha hebat dari Tuhan, apalagi yang harus diminta. Orang tuanya hanya ingin dia hidup sederhana, dan beragamapun juga dengan cara sederhana. Meminta meminta adalah ujud kerakusan. Apa yang terjadi kemudian ? Dia menemukan jalan Tuhan, yang tidak menjadikan dia hidup dalam tuntunan orang lain tapi tutunan Tuhan langsung. Dengan akal dan hatinya dia menjadi muslim. Dia menjadi dirinya sendiri bersama Tuhan. Begitulah di China , dimana agama bukan fiture politik yang melahirkan kekuasaan tapi fiture menjadi pribadi agung, yang mendamaikan   bagi semua.

Di Indonesia  kini makin tampak bagaimana tak tak mudahnya manusia berdamai dari perbedaan iman dan tafsir. Kalau melihat pertikaian dengan amarah dan kebencian karena adanya perbedaan yang diyakini maka bukan hanya menodai mereka yang berbeda tapi juga menodai agama itu sendiri.

Monday, June 26, 2017

Obligasi rekap?


Anda masih ingatkan peristiwa 18 tahun lalu dimana Pemeritah mengeluarkan Obligasi rekapitalisasi kepada bank bank yang disehatkan melalui skema BPPN. Dalam program itu, pemerintah melakukan penyertaan berupa obligasi rekap kepada bank-bank yang memenuhi persyaratan. Bank menerima obligasi rekap senilai aset kredit macet sebagai ganti atas aset macet bank yang diserahkan kepada pemerintah melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Aset-aset kredit macet itu dihargai 100 persen oleh pemerintah. Penerbitan obligasi ini mencapai Rp430,4 triliun. Secara umum, suntikan itu berhasil memperkuat permodalan bank. Dengan skema tersebut maka bank yang tadinya tidak mendapatkan sumber penerimaan dari kredit macet, selanjutnya memperoleh pendapatan tetap berupa bunga obligasi. Tentu bank akan sehat kembali untuk menyalurkan kredit kepada sektor real. Dan ekonomi kembali bergerak.

Sampai disitu mungkin kita masih belum paham, Kok lucu pemerintah mau menukar NPL ( Kredit macet ) dengan surat utang negara. Itu sama saja hutang debitur pindah ke Pemerintah. Padahal di dalam kredit macet itu nilai assetnya ketika di jual harganya hanya 30%. Artinya pemerintah rugi 70%. Kan bego namanya?. he he tunggu sebentar. Gini analoginya. Tugas bank itu sebagai perantara antara pemilik uang dengan yang butuhkan uang. Modal bank sendiri berkisar kurang lebih 10%, bahkan ada yang dibawah 10% dari total asset. Bank A kesulitan mendapatkan pemasukan. Karena semua uang yang disalurkan sudah habis untuk memberi utangan kepada debitur. Sebagian besar debitur bangkrut. Kepercayaan masyarakat terhadap bank mulai goyah. Agar bank tetap di percaya maka Pemerintah minta tolong kepada BI untuk memberi kredit likuiditas kepada bank untuk membayar uang deposan. Tapi masih belum cukup juga karena rush terus terjadi Pemerintah menghadapi dilema. Kalau semua uang deposan di kembalikan, pemerintah akan jebol dan nasabah aman. Tapi kepercayaan terhadap bank sudah runtuh. Padahal yang harus diselamatkan adalah kepercayaan terhadap bank itu sendiri. Itulah sistem.

Pemerintah bertugas bukan hanya menyelamatkan perbankan dari kebangkrutan tapi juga membangun kepercayaan kepada deposan agar tidak menarik dananya di bank. Lantas gimana solusinya ? Pemerintah bilang begini " OK, saya bayar semua kredit macet itu, dan juga jamin pendapatan terhadap bank. Jadi dengan demikian deposan engga perlu takut bunga tidak dibayar. Mereka merasa aman. Karena bank punya sumber pendapatan dari pemerintah.” Tapi masalahnya pemerintah tidak punya uang untuk membayar solusi tersebut. Mau utang , engga ada negara lain yang mau kasih pinjaman. Janji IMF mau bantu malah selalu molor. Jadi bagaimana pemerintah bisa dapatkan sumber pembiayaan menyelesaikan masalah perbankan? Ya pemerintah lakukan internal settlement. Buat surat utang  (obligasi ) dan jamin beli sendiri. Namun obligasi itu tetap diakui sebagai asset bank. Bank bertugas untuk melakukan pengurangan obligasi rekap itu melalui pasar terbuka secara bertahap sesuai dengan keadaan ekonomi. Jadi asset berupa obligasi itu tidak likuid. Itu hanya janji kalau ekonomi membaik akan dicairkan ( dikurangi). Atas obligasi itu tentu pemerintah memberikan pendapatan pasti kepada bank berupa bunga obligasi. 

Nah dengan pendapatan bunga inilah bank bisa melakukan recovery melalui ekspansi kredit ke dunia usaha. Dunia usaha untung , mereka bayar pajak, bank juga bayar pajak. Dari pendapatan pajak ini ekonomi tumbuh. Ketika ekonomi membaik , bank bisa menjual obligasi rekap itu kepasar. Bisa saja pemerintah atau BI beli sendiri, karena uang sudah ada atau bisa juga yang beli publik. Dan bank akan dapat darah segar lagi untuk ekpansi kredit dampaknya dunia usaha berkembang lebih maju lagi..

Tentu pemerintah memberikan skema talangan ini tidak begitu saja. Ada syarat. Salah satu syaratnya Bank harus punya kecukupan modal disetor minimal 10% dari total asset. Gimana kalau pemegang saham tidak mampu. Ya pemerintah ambil alih dengan harga buku dan bayarnya lagi lagi engga pakai uang tapi dalam bentuk obligas. Jadi semua saham dimiliki oleh pemerintah. Jadi sama saja pemerintah bego. Kok mau beli bank yang sakit? Ini bukan bego tapi seni bermain aja. Setelah bank di restruktur assetnya melalui obligasi rekap dan penyertaan modal negara maka otomatis bank itu sehat. Ya jelas aja sehat. Engga ada hutang dan disisi aktiva ada piutang yang likuid. Jadi , pemerintah bisa menjual saham itu ke publik. Tentu berebut orang yang mau beli saham itu. Contoh BCA. Pemerintah menjual saham BCA kepada investor. Harga dasar valuasi Rp. 925 per lembar. Tapi pemerintah menjualnya ke investor dengan harga Rp. 2.975. Artiinya pemerintah untung 3 kali lipat. Nah kalau kerugian penjualan asset sebesar 70% sementara untung jual saham 3 kali lipat, Itu artinya modal 0,7 di jual 3. Untungkan. Dan ini uang benaran loh yang masuk ke kas negara. Tapi,kan didalam bank itu masih ada obligasi rekap yang harus ditanggung negara ? Ya engga apa apa. Itu hanya cara smart pemerintah begoin investor untuk mem bail out masalah negara dengan janji future ekonomi. Yang penting negara dapat untung di depan dan sistem perbankan kembali sehat untuk melanjutkan rezim uang fiat.

Jadi siapa sebetulnya yang menyelesaikan masalah moneter yang bangkrut itu ? Ya swasta/ investor. ya publik. Pemerintah hanya bermain main dengan regulasi aja. Bagaimana bayar bunga dan lunasi obligasi rekap itu ? Ya kan bank itu kerja akan menghasilkan laba. Dari laba itu kan mereka bayar pajak penghasilan 35%, pajak karyawan , pajak giral, dll. Total semuanya negara dapat uang bisa mencapai 40%. Sementara angsuran utang dan bunga obligasi rekap tidak lebih 10% pertahun. Untung lagi kan. Lantas benarkah solusi ini hebat ? Wow hebat bangeeet. Selama 10 tahun SBY berkuasa berhasil mendongkrak APBN tiga kali lipat dan GNP melonjak 4 kali lipat. Negeri ini tetap jalan dan kita kita masih bisa menikmati secangkir capucino di starbuck. Bandara setiap tahunmasih disemuti orang untuk mudik. Masih bisa bagi bagi Bantuan langsung Tunai kepada rakyat miskin. Masih bisa kasih subsidi. Dan SBY bisa menjalankan pemerintahan selama 10 tahun sambil ciptakan lagu. Pemerintahan berjalan autopilot.

Hebat kan. Lantas siapa yang pinter ? ya Gus Dur dan Megawati. Karena mereka berdua menolak skema bantuan dari IMF soal penyehatan perbankan. Andaikan dulu Gus Dur dan Megawati mengikuti skema IMF, seperti LOI Soeharto tahun 1998 ketika dibentuk BPPN, mungkin sekarang kita engga punya lagi BUMN. Semua BUMN sudah dimiliki asing semua. Dan kita jadi negeri jajahan dinegeri sendiri. Tapi apakah Gus Dur menepuk dada ? Apakah Megawati menepuk dada ? tidak. Mereka di hina dan disingkirkan ditengah pengorbanan luar biasa untuk negeri ini, tapi mereka tetap ada untuk negeri dan tidak pernah lelah mencintai negeri ini..

Sunday, June 25, 2017

Uang hanya Alat


Waktu di Swiss, saya selalu menggunakan waktu libur saya ke Rotterdam. Entah mengapa saya suka tinggal di Rotterdam. Ini kota kecil namun udaranya bersih sekali.Karena sebagian besar orang menggunakan sepeda sebagai alat transfortasi. Angkutan umum juga tersedia berupa kereta listrik yang membelah kota. Masyarakatnya sangat ramah dan tidak nampak terburu buru seperti Hong kong dan China. 
Di kota ini saya berkenalan dengan pria tua yang menghabiskan usia pensiunnya sebagai banker di Utrecht. Pria tua itu bernama Daniel. Dia yahudi tulen. Orangnya ramah. Daniel di masa tuanya tinggal sendirian karena anaknya tinggal di Amerika sebagai banker. Ia hidup senang walau hartanya banyak namun dia tidak beli kapal pesiar atau rumah berkamar puluhan. Apartemennya di Utrecht hanya berukuran 45 meter. Jadi hidupnya sangat efisien.
" Saya mampu beli rumah mewah atau mobil mewah tapi itu memakan ongkos mahal.Hasilnya apa ? hanya di pandang dan di banggakan. Useless. Lebih baik beli apartemen yang kecil dengan ongkos murah. Kalau ingin sekali kali merasakan tinggal di Istana kamu bisa di tinggal di hotel berkelas diamond lengkap dengan layanan limo. Kalau ingin melihat dunia lain, kami bisa liburan dengan pesawat layanan first class tanpa perlu beli private jet. "
Lantas untuk apa uang banyak ? jangan di tabung di bank. Itu cara idiot. Kamu bisa tempatkan di portfolio saham. Tanpa kerja kamu menikmati hasil kerja orang lain. Tanpa berlelah membangun usaha kamu memberikan kesempatan orang lapangan kerja. Lets money working for you. Tanpa disadari kamu juga memberikan bantuan bagi orang miskin dengan pajak yang dibayar oleh perusahaan yang sahamnya kamu punya. Dengan deviden yang kamu terima kamu bisa berbagi lewat pajak. 
Uang memang bukanlah segala galanya namun apapun perlu uang. Uang semakin lama semakin dibutuhkan dan semakin sulit didapat. Karena uang ketidak adilan terjadi. Tapi intinya uang hanyalah alat dan selagi ia hanya alat maka kita bisa menikmati hidup tanpa di perbudak uang dan menebarkan kesempatan orang lain untuk berkembang tanpa membuat kita bangkrut tentunya...Hidup itu secure bukan karena faktor diluar tapi karena sikap hidup kamu sendiri,demikian Daniel..

Kepemimpinan


Ahok adalah jenis Manager yang hebat. Dia bukan politisi dan juga bukan tipe birokrat yang terjebak dengan sistem yang kaku. Berbagai prestasi dia yang fenomenal seperti reformasi birokrasi di lingkungan PNS DKI, reformasi APBD yang bertumpu terhadap peningkatan kinerja, penegakan hukum atas Perda dll , sebetulnya adalah prestasi Jokowi sesungguhnya. Ahok menjalankan kebijakan dan strategi Jokowi secara loyal dan konsisten. Itulah kelebihan Jokowi yang hebat memilih orang dan lebih hebat lagi adalah Ahok yang mampu menjaga kepercayaan Jokowi walau dia sendiri harus jadi korban dalam pertarungan besar yang di ciptakan Jokowi. 
Lantas bagaimana sampai Ahok begitu loyalnya kepada Jokowi ? Dalam ilmu management itu yang disebutkan dengan management by participation. Artinya pemimpin mengarahkan bawahan untuk bekerja optimal bukan karana rasa takut tapi karana bawahan memahami visi pimpinan. Untuk sampai bawahan bisa menerima visi pimpinan, maka sang pemimpin harus mampu merebut hati bawahannya. Cara merebut hati ini lebih kepada karakter yang kuat dan keteladanan yang mencerminkan dari Visi tersebut. Contoh pemimpin inginkan dasar bekerja itu harus ikhlas maka pemimpin harus bersikap ikhlas. 
Apabila bawahan sudah jatuh hati maka tidak sulit baginya untuk mengajarkan hal yang konstruktif kepada bawahannya agar emosi tetap terjadi secara positip, mengajak bawahannya untuk mengambil langkah keyakinan melalui sepatah kata tentang apa yang mungkin , menciptakan sebuah inspirasi kolektif. Semua itu tercermin dari caranya berpikir ( way of thinking ) , merasakan ( feeling ) dan kemampuannya memfungsikan semua potensi positip ( functioning ) , sebuah cara hidup ( the way of life ) dan cara menjadi ( way of being ) yang transformative. 
Manager yang sukses tidak pernah menepuk dada atas suksesnya. Dia akan selalu menekankan bahwa suksesnya karena tim dan semangat kebersamaan. Mengapa ? Karana baginya bekerja bukan untuk mencari jabatan tapi sebagai sebuah pengabdian dirinya , sebagai manusia biasa yang bisa aja salah dan bisa aja ada yang lebih hebat dari dia. Kalau jabatannya hilang karena itu, diapun tidak merasa kecil dan tidak pula merasa direndahkan. Dan tak mungkin menyalahkan atasannya.
Dai Xianglong, adalah Gubernur bank central ( People Banks Of China.) yang paling sukses di china tapi oleh Presiden china di suruh jadi walikota Tianjin yang masih terbelakang. Misinya adalah menjadikan Tianjin sebagai financial center kelas dunia. Kembali dia membuktikan kehebatannya memimpin selama 5 tahun. Tianjin telah menjelma sebagai Financial Center berkelas dunia dan menjadi Hub untuk arus investasi asing masuk ke China. Hampir seluruh lembaga keuangan kelas dunia hadir di Tianjin. Diapun menjadikan Asian Business School di Tianjin sebagai pusat pedidikan business dan keuangan berkelas dunia. Dan setelah sukses sebagai walikota, dia ditugaskan sebagai kepala Dana Pensiun China. Setelah itu dia diminta kembali ke kampus mencetak kader hebat bagi masa depan china, setelah itu, ia pun kembali ke kampung kelahirannya untuk persiapan masuk pensiun...
Sukses suatu organisasi atau negara atau perusahaan bukan karana resource yang berlebih tapi karena pemimpin yang hebat yang bisa menempatkan Manager yang tepat. Semua mereka bekerja bukan karana jabatan tapi karena passion atas dasar cinta dan kehormatan atas dirinya sebagai manusia. Sebagaimana Da'i, orang mengingat Ahok bukan karena retorika nya tapi buah karyanya yang fenomenal. Ia akan hidup abadi dihati setiap orang ..

Saturday, June 24, 2017

Kacang Garuda.

Sudhamek Agoeng Waspodo Sunjoto terpilih sebagai Anggota Pengarah Pembina Ideologi Pancasila. Dia terpilih bersama 9 tokoh nasional lainnya seperti Megawati, Safii Maarif dll. Dikalangan pengusaha , semua tahu siapa itu Sudhamek. Dia adalah pengusaha yang termasuk 50 orang terkaya di Indonesia. Lah apa bisnisnya ? ya produksi kacang dan jualan kacang. Nama mereknya “ Kacang Garuda. Nah tentu anda semua tahu merek kacang ini. Karena pasti pernah merasakan kegurihan Kacang Garuda. Siapa Sudhamek itu ? ia adalah putra bungsu dari 11 bersaudara, dari pasangan Darmo Putro dan Poesponingroem. Ayah dan ibunya adalah pengusaha yang membidani berdirinya pabrik Kacang Garuda. Hanya sampai membesar perusahaan itu dan terkenal sampai ke manca negara setelah di komandani oleh Sudhamek.
Sudhamek menyelesaikan pendidikanya di fakultas ekonomi Universitas Satya Wacana pada tahun 1981dan kemudian sarjana Hukum pada tahun 1982 di universitas yang sama. Setaman kuliah dia berkarir di PT. Gudang Garam Tbk. Dari sinilah Sudhamek menimba ilmu dan pengalaman selama delapan tahun di pabrik rokok tersebut. Hingga ia berhasil menduduki posisi sebagai Presiden Direktur di PT. Trias Santosa Tbk ( anak perusahaan PT. Gudang Garam Tbk). Tahun 1991 hingga 1994 ia bergabung dengan Djuhar Group sebagai Executive Director. Akhirnya di tahun 1994, barulah ia masuk kembali ke dalam bisnis dan perusahaan keluarganya dengan menjadi CEO Garuda Food di bulan Oktober.
Sudhamek berhasil meyakinkan kakak-kakaknya untuk mulai mengembangkan merek. Dan disepakatilah dana Rp 600 juta untuk prosesnya. Dikisahkan di awal proses mereka sempat mengalami kegagalan, tapi mereka terus bergerak untuk beriklan. Kemudian pada tahun 1996, perusahaan ini memproduksi juga kacang atom, salah satu alasannya karena seorang kakak perempuannya adalah ahli dalam kacang atom dan memutuskan ikut bergabung dengan saudara-saudaranya. Tahun demi tahun perusahaan ini terus berkembang. Bahkan tercatat pertumbuhan perusahaan mencapai 30 persen setiap tahunnya. Karena itulah perusahaan mampu melewati krisis moneter 1998 dengan selamat.
Pada bulan Desember 1997, Sudhamek mengembangkan PT GarudaFood Jaya untuk memproduksi biskuit bermerek Gery dan pada tahun 1998 ia mengakuisisi PT Triteguh Manunggal Sejati untuk memproduksi jelly bermerek Okky dan Keffy. Pada tahun 2000 PT Tudung Jaya berkembang menjadi PT Garudafood Putera Puteri Jaya, di bawah Tudung Group. Di tangah dinginnya Kacang Garuda memang berkembang pesat. Dari hanya satu pabrik di Pati, dengan 700 karyawan dan 5 produk, Garudafood kemudian berkembang menjadi 8 pabrik dengan 20.000 pekerja langsung dan 3.000 pekerja tak langsung serta 200 produk. 
Untuk menjaga suplai bahan baku , Garudafood kemudian bergerak juga di bidang hulu yaitu dengan memiliki perkebunan kacang tanah, juga membangun kemitraan dengan petani lokal. Karena itulah mereka memiliki perkebunan kacang tanah di Lombok, Nusa Tenggara Barat, termasuk laboratorium untuk penelitian varietas unggul kacang tanah. Dari segi pemasaran, Kacang Garuda leading di market dalam negeri dan pasar luar negeri yang juga kuat.
Lantas mengapa sampai Sudhamek di pilih sebagai anggota pengarah Pancasila, bersanding denga ulama, tokoh agama , Negarawan dan Jenderal ? Ternyata Perusahaan itu di bangun diatas visi yang kuat. Apa itu ? "Damai dan dinamis". Kesetiaan karyawan kepada atasanya sangat kuat. Dan semangat jujur, ulet, dan ketekunan yang diringi doa sebagaimana yang ditanamkan oleh Darmo Putro sang pendiri terimplementasi dengan baik dalam management perusahaan. Sudhamek di kenal sebagai pengusaha yang bersih, pembayar pajak yang taat, memberikan kesejahteraan kepada karyawannya, membina suplier. Singkatnya visi entrepreneurship diterapkan dengan baik yaitu mengutamakan stakeholder dan memastikan fungsi sosial perusahaan jalan karena perusahaan untung, dan itu bukan karena rente tapi kerja keras atas dasar kreatifitas..
Nah, anda bisa bayangkan bahwa hanya dengan jualan Kacang kering dan beberapa industri pengolahan produk pertanian bisa menjadikan seseorang sebagai 50 orang terkaya di Indonesia, lebih kaya dari Hari Tanoe dan lebih hebat dari Hashim Djoyohadikusumo tapi dia tetap rendah hati…Siapa bilang engga ada peluang disektor pertanian. Hanya kadang peluang itu menjadi tidak nampak karena yang keliatanya hanya hambatan sehingga kita tidak pernah bergerak..dan selalu punya alasan untuk tidak bergerak…dan akhirnya menyalahkan orang lain termasuk pemerintah

BRUNEI...?

Waktu di Kuala Lumpur minggu lalu , ketika sahur saya ngobrol dengan tamu hotel yang berasal dari Brunei. Kami kenalan dan semakin akrab karena dia mengenal banker yang saya sebut sebagai sahabat yang pernah berkarir sebagai GM Baiduri Bank, Brunei. Menurutnya Brunei sedang berada di putaran krisis yang menuju lubang spiral yang tak berujung. Saat sekarang difisit APBN Brunei telah mencapai 16 %. Bandingkan dengan Yunani yang dinyatakan negara bangkrut karena difisit anggaran mencapai 15,7%. Walau kini Brunei nampak baik dipermukaan namun didalamnya sangat rapuh. Banyak asset Sultan yang nilainya USD 27 miliar di gadaikan atua dijual ke pihak lain untuk mengalirkan cash flow kedalam anggaran Brunei. Hanya masalah waktu asset ini akan habis karena saat sekarang menjual asset tidak mudah. Ada harga tapi susah pembeli.

Apa penyebabnya ? Menurutnya karena 90% penerimaan negara berasal dari Minyak. Karena harga minyak dan gas terus turun maka PDP Brunei dari tahun ketahun sejak 2008 terus kontraksi. Sementara penerimaan dari Pajak tidak ada. Karena Kesultanan tidak menerapkan pajak penghasilan dan penjualan. 402.000 Penduduk Bruney bukan asset negara. Mereka adalah beban. Karena 80% mereka jadi PNS namun posisi akhli tetap di pegang asing. Kegiatan dunia usaha sangat kecil sekali perannya dalam PDP. Investor asing yang masuk masih terbatas pada MIGAS. Tingkat kemudahan berusaha di Brunei Anglos sampai ke peringkat 84 di Dunia. Jauh dari negara negara ASIA Pacific.

Dulu, katanya , ketika harga minyak masih normal dan tinggi, Brunei menempati urutan ke 4 negara dengan tingkat PDP perkapita tertinggi didunia. Karena pendapatan yang melimpah itu maka kontrak sosial Kesultanan kepada rakyat di laksanakan secara luas. Rakyat dapat bagian dari kemelimpahan; jaminan pendidikan gratis sampai universitas. Kesehatan yang gratis. Subsidi perumahan yang besar. Jaminan biaya hidup bagi pengangguran. Namun keluarga mendapatkan banyak. Bahkan keluarga sultan masuk 25 orang terkaya di dunia dengan kehidupan Istana yang punya ratusan harem dari manca negara. Namun Rakyat tidak peduli.

Tapi saat-saat yang indah penuh pesta telah lama berlalu: Harga global untuk satu barel minyak telah anjlok 40 persen sejak Januari 2015 dan 78 persen sejak nilai puncaknya pada tahun 2008. Penghasilan dari hidrokarbon terdiri dari 90 persen pendapatan pemerintah - karena pendapatan pemerintah tersebut telah turun sekitar 70 persen dibandingkan dengan tahun fiskal 2012/2013. Meskipun telah memangkas anggaran $ 6,4 miliar pada 2015/2016 sekitar 4 persen dibandingkan tahun lalu, pemotongan pengeluaran lebih banyak akan terus menggelembung disemua sektor. Ini pilihan sulit. Tapi seperti Sultan masih berharap harga minyak terus membaik. Makanya bukannya melakukan diversifikasi bisnis tapi justru semakin menambah kapasitas produksi MIGAS.

Peluang investasi jasa seperti Perhotelan tidak menarik orang asing untuk datang. Karena larangan miras dan hiburan. Sektor perbankan syariah tidak bisa berkembang di sana karena krediti konsumsi yang lesu darah akibat harga barang yang melambung. Maklum Brunei mematok kurs sama dengan Sing Dollar. Semakin melemah dollar singapore semakin mahal harga barang. Makanya banyak tenaga kerja asing yang hengkang dari Brunei dan tenaga kerja lokal yang akhli juga pindah ketempat lain yang memberikan pendapatan lebih baik dan living cost yang murah.

Kontrak sosial sebagai cara mempertahanan kekuasan dari rakyat yang botol (bodoh dan tolol ) tak akan bisa terus dipertahankan karena semakin lama defisit anggaran semakin melebar. Pemotongan anggaran sosial tentu akan menjadi api dalam sekam. Kapan saja bisa membuat rakyat marah. Karena mereka terbiasa disuapi , bukan hidup dari kreatifitas semangat juang memberikan kontribusi nyata kepada negara. Sementara gaya hidup keluarga sultan tidak berubah. Di luar negeri mereka hidup glamor bagaikan selebritis. Sudah saatnya Sultan harus menjelaskan kepada rakyatnya soal perlunya reformasi anggaran kepada rakyatnya. Apakah mungkin. Ataukah terus bertahan sampai tidak ada lagi income untuk mengongkosi rakyat yang manja dan negara bubar dengan sendirinya karena gelombang demokrasi yang memaksa sultan angkat kaki..

“ Mereka ( Keluaga Sultan ) tidak pernah berpikir sedang mengelola negara tapi mengelola King incorporation. Semua resource milik negara yang juga otomatis milik Keluarga Sultan. Sementara Syariah islam dan ulama hanya di jadikan tameng agar rakyat tetap patuh kepada Sultan. Taat kepada pemimpin adalah soal aqidah. Melanggar itu akan masuk neraka atau dianggap kafir. Ya hanya masalah waktu, Brunei akan menjadi Icon betapa buruknya kekuasaan absolut hanya karena orang mengaku wakil Tuhan untuk menguasai semua sumberdaya tanpa ada transfaransi..”

Mengapa petani China dan Thailand kaya raya.

  Anda mungkin tahu semua apa itu sauce tomat. Tentulah. Itu menu tambahan wajib yang tersedia di meja saat anda makan sup atau nasi goreng....