Tuesday, October 14, 2008

Kebodohan ?

Kebodohan itu sumber penyakit hati dan sumber segala kejahatan. Puncaknya adalah penderitaan ,keresahan ,kehinaan didunia dan akhirat. Allah mengingatkan dalam firmannya tentang orang yang hina dan bodoh karena lari dari kebenaran agama, dalam Alquran Surat Al- Furqon 44 “Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami ?. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak bahkan lebih sesat jalannya. “ Dan perumpamaan tentang binatang merupakan hilangnya interlektualitas dan moral , yang tentu lebih hina dari binatang. “Sesungguhnya (makhluk) yang paling jelek di sisi Allah adalah orang yang bisu dan tuli yang tidak mau mengerti apapun (tidak mau mendengar dan memahami kebenaran).” ( QS- Al-Anfal : 22).
***
Apakah kebodohan itu hanya dimiliki oleh orang yang tak pernah masuk perguruan tinggi ? Ini kalau diajukan pertanyaan secara ilmiah maka yang berlaku ada aksioma bahwa orang bodoh karena tidak ada pendidikan. Jawaban ini sekarang menjadi tidak lagi relevan kita lulusan terbaik universitas di AS menjadi penganguran akibat perusahaan tempatnya bernaung koleps. Ini menjadi tidak lagi relevan ketika ekonom Barclay membuat ekonomi Indonesia bangkrut ditahun 1998. Ini menjadi tidak relevan bila rezim reformasi sebagai koreksi rezim orde baru limbung? Sebuah relevansi akibat kebodohan memang tidak pernah dibahas.Yang ada hanyalah excuses bahwa itu adalah hukum dari sebuah kemungkinan.

Dari berbagai asumsi yang direkayasa , para pemodal menemukan pola bermain untuk mendulang untung dari sekelompok "orang bodoh"; Para akuntan lulusan terbaik universitas berkeja untuk membuat simulasi keuangan corporate agar manarik untuk dibeli sahamnya dengan harga berapapun. Financial analysis officer bekerja dengan kehandalannya merangkai index economic growth untuk memastikan masa depan obligasi dan saham akan naik. Para lawyer bekerja dengan gigihnya merangkai settlement dari satu regulasi keregulasi lainnya agar semua follow by rule. Para banker sibuk menyiapkan berbagai product untuk mendukung asumsi. Dan terakhir negara menyaksikan semua itu dengan diam sambil tersenyum “ system berjalan dengan baik”begitu katannya. Padahal sebuah konspirasi terbentuk antara yang mengawas dan diawasi. Sehingga pasar bergerak liar seakan tanpa kendali.

Waktu berlalu dan memenggal hari. Keadaan yang direkayasa dari sekelompok orang katanya pintar itu memang berhak menndapatkan acungan jempol. Harga saham melambung, indek naik, Para akuntan, lawyer, perbankan, financial analysis mendapatkan berkah dari situasi penuh rekayasa. Pemerintahpun boleh berbangga bahwa asumsi yang dibuat terbukti sudah. Rasio ekonomi yang diwakili oleh index saham dan arus modal , rendahnya NPL dan tingginya CAR adalah bukti bahwa fundamental ekonomi kuat. Rating penguasa naik seiring naiknya ratio tersebut. Rakyat miskin terpesona kebingungan karena harga bergerak cepat meninggalkan income buruh dan petani. "Orang bodoh " berhati batu dan semakin asik terlibat menanggapinya dengan positip. Bahkan ikut terlibat dalam permainan rekayasa itu. Disinilah kebodohan terjadi secara multiflier effect. Berputar di midle class. Mengapa ? apa yang bisa diperbuat dengan asumsi bila sesuai “pesanan ?

Pesanan siapa ? Tentu dari akumulator modal ,yang memang bertujuan menjadikan “let money working for us “ sebagai cara membuat orang semakin kaya tanpa kerja keras dengan menggunakan uangnya di pasar modal dan uang. Konsep ini dibangun menjadi trend baru di era millennium. Sudah jelas visinya. Bahwa tidak ada pabrik dan pertanian harus dibangun untuk mendapatkan yield. Tidak ada. Yang ada hanyalah memancing emosi untuk terlibat dalam bsinis ilusi. Sama seperti ungkapan salah satu fund manager yang menjadi korban PHK” Andai tidak ada penguasa yang korup. Andai tidak ada pengusaha yang malas berinvestasi real. Andai tidak ada sikap follower terhadap devisa dollar. Andai tidak ada greedy dan individulisme maka tidak akan ada banjir likuidias dipasar. Tidak akan ada rekayasa financial anylisis dan financial product. Semua terjadi karena semua percaya dari sebuah illusi bahwa
let the money working for you.

Kini sebuah system kebebasan pasar yang penuh illusi menjadi makian. Para follower menjadi pecundang. Negara, Lembaga , Individu , semua yang dimanjakan oleh asumsi indah penuh illusi terjerembab. Sementara pemain modal dan akumulator modal, sebelum krisis terjadi, sudah lebih dulu berkemas dan membungkus diri dalam rekening off balance sheet. Mereka menanti untuk kembali beraksi bila semua sudah reda oleh kekuatan loyalis intelektual yang ada di parlemen dan dipemerintahan. Ada banyak pengamat ekonom loyalis dan hidup dari pesanan pemodal untuk terus meniupkan perlunya intevensi negara mengatasi krisis ini. Juga tak ketinggalan para lembaga Multilateral dibidang keuangan ikut meniupkan intervensi negara untuk kembali berhutang mengatasi krisis.

Kini tidak ada lagi hiruk pikuk tawa dan canda di financial club mewah dari para eksekutif muda dan komunitas middle class yang manja. Yang ada hanyalah menanti uluran tangan pemerintah untuk melindungi mereka dari kehancuran. Dan untuk itu kembali anggaran untuk pembangunan rakyat miskin harus dikorban lewat buy back saham yang anjlok, menggunakan dana APBN untuk mengamankan likuiditas perbankan dll.. Agar kelangsungan rezim ilusi ini tetap berjalan dalam bentuk dan cara lain. Satu fakta bahwa kebodohan yang bisa dijual dan menghasilkan yield adalah bila itu kebodohan para lulusan universitas.Walau untuk itu semakin mengikis empati kepada mereka yang miskin ilmu dan harta.

Thursday, October 09, 2008

Idiologi negara ?

Didunia kini ada tiga idiologi negara yaitu kapitalisme , Sosialisme dan Islam. Dari ketiga idiologi yang mempunyai formula yang jelas dan disepakati oleh komunitasnya adalah Kapitalisme dan Sosialisme. Sementara Islam sebagai idiologi negara masih menjadi silang sengketa diantara komunitasnya. Memang Islam membutuhkan kekuasaan yang bernama negara tapi bukan berarti menjadi negara islam ? Imam Al Ghazali dalam kitabnya Al Iqtishad fil I'tiqad berkata : ?Karena itu, dikatakanlah bahwa agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Dikatakan pula bahwa agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya akan roboh dan segala sesuatu yang yang tidak berpenjaga niscaya akan hilang lenyap.?

Konsep negara dan system pemerintahan Islam sendiri memang tidak pernah ada secara kelembagaan. Ketika Nabi wafat, para sahabat sibuk untuk menentukan siapa pengganti Nabi sebagai pemimpin. Karena memang Rasul tidak pernah menentukan system suksesi sebagai model pemerintahan dan kekuasaan. Hanya ada pesan khusus bahwa apabila terjadi silang sengketa maka umat sepeninggalnya harus kembali kepada AL Quran dan Hadith. Namun dalam perjalanannya, justru itu menjadi silang sengketa tak berujung karena menyangkut pemahaman (tafsir ) yang berbeda. Islam apabila sudah dibawa dalam satu kelembagaan seperti Partai, Negara maka dia akan menjadi lembaga birokrasi sama seperti kelembagaan dalam sosialisme dan kapitalisme. Yang ada hanyalah politik kepentingan golongan yang berkuasa.

Para pejuang Islam kebanyakan terjebak dengan cara berpikir kelembagaan dan bukan ruh Islam sebagai rahmatan lilalamin. Akibatnya akan disikapi oleh musuh islam secara kelembagaan juga. Maka yang mengemuka adalah perasangka negative satu sama lain dan akibatnya menjauhkan eksistensi islam sendiri sebagai agama yang damai dan pemberi solusi menyeluruh terhadap segala aspek kehidupan manusia. Sejak berakhirnya Kehalifahan para sahabat Nabi, memang terjadi pergeseran memaknai cara berjuang meninggikan kalimat Allah itu. Islam menjadi cara untuk berkuasa dan menguasai. Kekuasaan dibangun dan akhirnya menimbulkan fitnah dan kemunafikan. Akhirnya jatuh dengan sendirinya dan menjadi catatan mengharukan sampai kini.

Sebagaimana system sosialisme yang tak pernah hentinya dikoreksi dalam perjalanan sejarahnya.Begitupula dengan system Kapitalisme. Karena kedua system ini semakin hari semakin menunjukan bukti kegagalan mencapai tujuan idealnya. Harusnya pada moment inilah pejuang islam tampil untuk mencerahkan. Tidak semua sosialisme itu buruk dan tidak pula semua kapitalisme itu jelek dan suka tidak suka keduanya hadir karena akal pemberian Allah. Tentu ada hikmah terjadinya pemahaman ini. Keduanya hanya dibutuhkan koreksi dan Islam harus tampil melakukan koreksi ini secara substantial akidah dan syariat yang ditetapkan oleh Al Quran dan hadith dan bukan justru menciptakan blok Idiologi baru yang bernama Negara Islam.

Idioliogi negara adalah cara bersiasat untuk mengurus dunia. Sama seperti pejuang mujahid dimedan tempur melawan kelompok murtad dan penguasa zalim, yang membutuhkan siasat menjadi pemenang. Soal siasat ini Nabi sendiri mengungkapkan “ soal urusan dunia kamu lebih tahu “. Namun sehebat apapun siasat perang itu maka harus tunduk kepada etika Islam. Yaitu jangan membunuh orang lemah, anak anak, wanita wanita dan jangan merusak tanaman serta tempat ibadah umat walau berbeda agama. Inilah keindahan ruh Islam yang diajarkan oleh Rasul. Semua dijabarkan secara detail dari hal terkecil cara menyuap makanan sampai soal urusan besar menyangkut negara dan melawan kezoliman.

Jadi, bagi kapitalisme dan sosialisme tidak akan kehilangan symbolnya bila kedua idiologi ini menempatkan ruh ajaran Islam sebagai dasar untuk mereformasi dirinya. Samahalnya dengan Idiologi negara kita.Pancasila tidak akan kehilangan symbol sebagai idiologi selagi dasar berpijaknya adalah Syariat Islam. Namun ternyata dalam perjalanannya Pancasila lebih memilih Sosialis ( Era Soekarno ) dan kemudian kapitalis ( Era Soeharto dan sampai sekarang ) sebagai landasannya. Sementara Islam dicurigai oleh penguasa. Muhamad Natsir pernah berkata dalam debat di konstituante tahun 1957 :''Kita berkeyakinan yang tak kunjung kering, di atas tanah dan dalam iklim Islamiyah Pancasila akan hidup subur. “ Artinya tidak ada satu silapun yang bertentangan dengan ajaran Islam. Namun yang pasti Pancasila bukanlah Islam. Karenanya perlunya dasar negara bersyariat menggunakan ajaran Islam dan tidak penting model pemerintahan dalam bentuk apapun, apakah Republik atau Monarkhi.

Natsir hanya menginginkan dasar negara adalah syariat Islam sebagaimana yang tertuang dalam piagam Jakarta, tanpa menghilangkan keberadaan Pancasila sebagai cara bersiasat mengurus negara. Itu samahalnya dengan idiologi kapitalisme dan sosialisme yang tak digugat sepanjang menerima Islam sebagai syariat dalam menegakkan aturan dalam menjalankan kekuasaan negara. Selagi paham sosialis, kapitalis dan Pancasila mengabaikan syariat Islam maka selama itupula the truth, goodness, justice menjadi subjective. Dan dunia akan selalu dalam ketidak seimbangan dan masyarakat terjebak dengan kelelahan akalnya untuk mencapai kemakmuran dan kedamainan dimuka bumi.

Islam menginginkan agama sebagai jalan hidup dan bukan sebagai lembaga. Islam tidak berjalan diatas symbol symbol kasat mata. Islam ada dihati umat dan teraktual dalam interaksinya dengan alam dan lingkungannya. Karena itupula , Islam tidak akan bertentangan dengan idiologi apapun sepanjang mengedepankan kebenaran absolute ( The truth) , kebaikan sejati ( goodness ) dan keadilan ( Justice). Hanya masalahnya kebenaran sejati ,kebaikan, dan keadilan itu bukanlah hal yang mudah hingga dapat diurai oleh tesis secular (Kapitalis dan sosialis ) yang hanya bertumpu pada akal. Ini membutuhkan pemahaman ( Keimanan dan ketakwaan ) yang dalam tentang alam ruh dan hakikat manusia tercipta. Karenanya yang menjalankannya haruslah pula orang yang memahami Islam secara utuh dan teruji keimanan dan ketakwaannya.

Yang pasti andaikan semua orang didunia ini menentang Islam dan murtad, kekuasaan Allah tidak akan berkurang. Dan tidak ada satupun manusia didunia ini (termasuk Rasul ) yang bisa memaksakan hidayah kepada hati manusia kecuali Allah. Tugas umat islam adalah teruslah berjihad meninggikan kalimat Allah sebagai syiar untuk tegaknya Islam disemua aspek kehidupan..

Wallahualam

Tuesday, October 07, 2008

Moral dan spiritual

“ We are now facing more than just a financial mess; almost every other major institution is under threat. The political system is adrift; public schools are failing; the borders are porous; the intelligence agencies are dysfunctional; the inner cities are infested with drugs and gangs; the family is broken; and millions are fleeing their churches. In most of our institutions there is poor leadership. A survey by Harvard's Center for Public Leadership revealed 77 percent of Americans believe the country faces a leadership crisis; this is prevalent across 12 different institutions and leadership groupings. In the survey, Congress, the executive branch, the business community and the media ranked in the lower echelons. Democratic capitalism is based on widespread social trust - especially, trust in leaders. Without this confidence, the whole system threatens to unravel. The solution is not more government regulation; it is moral and spiritual renewal. “ ini adalah komentar dari Jeffrey T. Kuhner is a columnist at The Washington Times sehubungan dengan adanya credit crisis dan dilanjutkan dengan bail out oleh pemerintah sebesar USD 700 billion.

Ungkapan tersebut diatas ingin menyadarkan public AS bahwa krisis terjadi harus disikapi secara fundamental terhadap akar masalah. Dana talangan tidak akan menjamin perbaikan ekonomi AS. Ini hanya mengobati rasa sakit tapi tidak menghilangkan sumber penyakit. Biang penyakit sebenarnya adalah ada pada kemorosotan moral para pemimpin AS. The solution is not more government regulation; it is moral and spiritual renewal. Saya terhenyak membaca komentar oleh kolumnis yang disegani di AS ini. Padahal sebelumnya para pemimpin AS begitu bangganya mengeksport paham kapitalisme dan demokrasi kepada seluruh dunia. Mereka memaksakan agenda demokrasi dan kapitalisme , neo liberal disemua sector tapi mereka lupa satu hal bahwa apapun ideology haruslah didukung oleh kepercayaan public terhadap pemimpinnya. Dan itu hanya mungkin bila pemimpinnya mempunyai moral spiritual yang tinggi.

Di AS para politisi berusaha menghilangkan ruang agama dalam setiap pembahasan regulasi. Kampanye hidup bebas dan individualisme telah membuat banyak gereja kosong dan bahkan ada yang dilelang. Namun , Islam tumbuh dan berkembang secara significant di AS. Kedatangan Islam di AS menjawab semua kebutuhan spiritual masyarakat AS yang mulai gamang dengan masa depannya. Lambat tapi pasti, Islam mulai menjadi agama yang diperhitungkan. Keagungan peradaban Islam tempo dulu ,kini mulai diulas oleh berbagai seminar. Spiritual Islam dan kehebatan sejarah peradaban islam , banyak digunakan oleh perusahaan Raksasa AS sebagai cara memotivasi karyawan untuk tumbuh dan berkembang ditengah arus globalisasi. Mereka sadar globalisasi bukan seperti yang kuat memakan yang lemah tapi globalisasi seperti ketika Islam menguasai dunia, dimana kemakmuran dan keadilan , perdamaian mewarnai seluruh pelosok bumi.

Sementara itu, kalangan politisi AS terus meniupkan kebencian terhadap pengaruh Islam diseluruh dunia. Bahkan negara yang mendukung kekuatan gerakan islam akan menuai kesulitan untuk memperoleh dukungan pendanaan dari lembaga multilateral. Ulah AS terhadap Afghanistan, Pakistan, Irak , Sudan adalah bukti betapa rendahnya moral politikus AS dan selama ini hanya ditonton saja oleh public AS. Namun , dengan kejatuhan wallstreet dan mega scandal dibidang keuangan, maka public AS baru sadar bahwa musuh mereka sebenarnya bukanlah Islam tapi diri mereka sendiri. Dan islam selama ini berjuang tidak lebih hanya untuk mengingatkan umat manusia agar kembali kepada hakikat diciptakan oleh Allah bahwa manusia itu harus menegakan kebajikan dengan menjujung tinggi the truth, goodness dan justice. Dan itulah moral sebenarnya yang membuat semua fondasi social kokoh sepanjang masa.

Tapi akankah ini dapat dipahami oleh para politikus AS ? Keliatannya masih jauh sebagaimana ungkapan dari Jeffrey T. Kuhner “Don't expect to hear any of this from Sen. Barack Obama or Sen. John McCain. They are our leaders, after all. “Sangat menyedihkan dan keliatannya krisis ini tidak disikapi sebagai peringatan Allah. Mereka masih meremehkan situasi…Bagaimana dengan kita ?

Friday, October 03, 2008

Perang tiada akhir

Baik dan buruk selalu bersanding dalam kehidupan ini. Inilah fitrah manusia. Melawan keburukan adalah perang tidak akhir. Nafsu yang bersemayam dalam diri kita menjadi pelengkap dari kehadiran nurani ( Basirah ). Setan menjadi pelengkap dari kehadiran malaikat yang suci. Dalam keseharian kita berjalan diatas titian yang teramat tipis. Kabaikan dan keburukan terlalu tipis jaraknya. Bagaikan rambut dibelah tujuh. Sehingga begitu banyak orang beriman dan berilmu tergelincir kepada syrik dan jatuh kelembah maksiat. Itulah sebabnya Rasul berkata agar perangilah musuh sesungguhnya. Dan itu ada pada diri kita sendiri.

Setan dan Nafsu tercipta sebagai takdir yang melengkapi perjalanan hidup kita. Nafsu, yang senantiasa mengajak kepada keburukan ( QS Yusuf (12): 53), sementara setan , piawai meyesatkan manusia ( QS Al A’raf (7) : 16-17) sehingga menjadi musuh abadi anak manusia sepanjang masa. ( QS Yusuf (12):5). Hebatnya diantara keduanya mempunyai cara berbeda untuk menjerumuskan manusia. Nafsu , keinginan tanpa batas dan tanpa kompromi. Ia diibaratkan seperti anak kecil dan tidak rasional. Dan setan mempunyai cara tersendiri untuk menyesatkan. Strategi setan penuh tipu daya. Terkesan berkompromi dan universal namun menyeret kepada kufur dan syirik. Tentu strategi itu tergantung dari tingkat keimanan manusia ( QS Al Naas (114):4-5).

Diantara strategi Setan adalah pertama , selalu membisikan bahaya kemiskinan. Akibatnya manusia menjadi kikir dan rakus tanpa empati ( QS- AL Baqarah (2): 68). Kedua, membisikan rasa tidak aman sehingga menimbulkan permusuhan dan kebencian terhadap orang lain ( AL Maidah (5) : 91). Tidak ada teman sejati , juga tidak ada musuh abadi. Yang ada hanyalah kepentingan. Tidak ada ketulusan. Ketiga , Meniupkan imaginasi atau angan angan kosong. ( QS AL Nisa (4): 120). Sehingga manusia malas bekerja keras dan beramal soleh karena terbuai oleh hayalan.

Dengan hal tersebut diatas, maka disadari bahwa manusia senantiasa dihadapkan pada pilihan baik dan buruk. Itu sebabnya manusia disebut sebagai mahkluk moral. Sebagai makhluk moral manusia tidak hanya dapat berpihak pada kebenaran, tetap juga dapat terjerumus pada keburukan dan kejahatan, Firman Allah SWT “ Allah Swt, mengilhamkan kepada jiwa manusia kefasikan dan ketakwaan ( QS- AL Syams (91): 8). Makanya Ibadah puasa yang baru saja kita lewati adalah sarana Training Center ( TC) a gar orang beriman mampu mengalahkan godaan nafsu dan saitan. Pemenang sejati dalam kehidupan ini adalah yang mampu mengalahkan nafsu dan saitan. Caranya sudah Allah ajarkan dengan menjadi orang bertak lewat ritual Puasa.

Namun puncak dari ketakwaan adalah sikap tawadhu dan sadar akan fitrah kita yang tak bisa mengabaikan hubungan antar manusia. Ketika usai ramadhan, para manusia yang sukses melewati sytem pelatihan melawan kekuatan nafsu dan saitan, kembali kepada fitrahnya untuk menerima kenyataan sebagai mahluk moral. Dan karenanya "Minal aidin wal faizin terungkap indah diantara mereka untuk saling bermaafan sebagia ujud cinta dan kasih sayang. Bukankah hakikat Islam adalah cinta dan kasih sayang sesama mahluk ciptaan Allah. Sifat kasih sayang ini tidak lain adalah sikaf persaudaraan, saling memaafkan, saling mendukung untuk kebaikan dan penuh kasih dalam kesabaran. Itu hanya mungkin apabila manusia mampu menjadi pemenang terhadap musuh sejatinya : Nafsu dan Saitan.

Taqabbal Allahu minnaa wa minkum

Saturday, September 27, 2008

Menuju kehancuran system

’Ekonomi kita sekarang dalam bahaya” Demikian Bush berbicara didepan televisi. Tentu tujuannya agar menekan Kongress untuk secepatnya menyetujui pencairan dana talangan sebesar USD 700 Miliar. Dalam proposal pemeritah AS kepada kongress akan mengabil alih surat hutang lembaga keuangan yang terancam macet akibat kredit property dan ditukar dengan obligasi pemerintah AS. Dengan demikian resiko kredit ada ditangan pemerintah untuk dikelola. Sementara lembaga keuangan terhindar dari kerugian dan bahkan mendapatkan kepastian bunga obligasi tersebut. Dengan cara ini komitmen bank terhadap deposan tetap terjaga dan tingkat kepercayaan bank akan kembali bangkit. Cara ini percis sama dengan Indonesia ketika dibentuk BPPN untuk mengabil alih NPL bank yang ditukar dengan Obligasi rekap. Namun proposal ini masih menunggu keputusan dari Kongress AS

Masalah tersebut diatas tidak akan menyelesaikan masalah.Karena sifatnya adalah situasional. Ini hanya membela kepentingan pemodal dan menyuburkan atitude berinvestasi disektor financial. Padahal inti persoalan ekonomi AS adalah lemahnya dukungan sektor riel serta tingginya konsumsi tanpa diikuti oleh tingkat tabungan masyarakat serta gelombang investasi financial instrument yang di dominasi asing begitu tingginya. Inilah prinsip dari kapitalisme yang selalu membela kepentingan pemodal, tidak peduli itu berasal dari asing atau lokal. Akibatnya ketika masalah mengancam eksitensi dan legitimasi negara melindungi rakyat maka kembali kebijakan dibuat untuk membela kepentingan pemodal. Asumsi yang dibuat adalah apabila pemodal percaya maka kesempatan berhutang akan semakin besar untuk menutupi depisit. Sementara rakyat harus menanggung kebijakan ini lewat pajak dan inflasi.

Sementara negara negara dibawah sytem sosialis yang tingkat produktifitas sektor realnya tinggi seperti China, India, dalam posisi teracam karena krisis financial AS akan menurunkan tingkat konsumsi AS. Tentu ini akan berakibat luas terhadap export negara tersebut ke AS dan menurunnya nilai asset US dollar yang mereka pegang sebagai cadangan devisanya. Akhirnya mengancam pertumbuhan ekonomi . Ini menjadi sangat serius. Karena dapat mengancam perekonomian global, khususnya china.Banyak hal dapat terjadi dalam situasi ini. Bayangan ancaman pengangguran akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi sudah didepan mata.

Dari masalah tersebut diatas kita melihat dua hal akibat krisis ini . Pertama, AS yang teracam krisis sektor financial akibat system kapitalis yang gemar memupuk asset dan berkonsumsi. Kedua, China dan India yang gemar berproduksi namun terancam melemahnya daya serap pasar utama ( AS) untuk memupuk devisa. Maka kita dapat melihat suatu kenyataan yang ada sekarang bahwa kapitalis dan sosialis saling melengkapi namun tetap saja menzolimi.Siapa yang dizolimi ? ya rakyat. Negara dalam system kapitalis menyelesaikan masalah dengan berhutang dan membebankannya kepada rakyat melalui pajak . Negara sosialis menyelesaikan masalah dengan memacu produksi dan menekan upah buruh untuk mengumpulkan devisa membeli surat hutang AS.

Sejak kejayaan khilafah Islam tumbang dan berjayanya ekonomi sekuler, kini kita menyaksikan fakta bahwa system sosialis dan kapitalis gagal sebagai konsep menciptakan kemakmuran. Padahal cara ideal itu sudah diatur dalam islam dan terbukti mampu bertahan selama hampir 13 abad menciptakan stabilitas dunia disemua sektor. Namun untuk membuat orang sadar akan syariat islam maka kedua system ini harus hancur dulu secara systematis. Sekarang ini proses kehancuran itu sedang berlangsung. Bagi Indonesia tahun depan adalah tahun tersuram karena negara kita gagal menjadi sosialis maupun kapitalis kecuali pengekor buta dan melempar jauh konsep syariat islam , tentu akan lebih cepat hancur…

Semoga krisis ini dapat menyadarkan kita untuk menerapkan system pembangunan ekonomi yang dekat kepada syariat Islam, yaitu koperasi. Sebuah system yang bisa disebut neososialisme untuk terbentuknya keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Inilah yang harus dipertimbangkan sebagai solusi menyeluruh , apalagi ditengah kegagalan system kapitalis dan sosialis..

Wednesday, September 17, 2008

Masyarakat Resiko

Bangsa AS memang menggunakan masa depan sebagai permainan angka angka dan asumsi. Hebatnya asumsi mengabaikan masa depan itu sendiri dengan lahirnya produk imajiner bernama future option. Ada resiko dan begitulah bahwa tidak ada kapitalis tanpa resiko. Hari ini bukan masa lalu dan who care about the future selagi modal dapat mengalir bebas menangkap apapun peluang didepan. System dibangun untuk terbentuknya great canal bagi arus modal. Ada yang menjamin , ada yang menilai, ada yang memasarkan dan juga ada mengatur lalu lintas itu , tapi tidak ada pengendali kebebasan modal. Dari semua itu pertumbuhan ekonomi terangkat dan daya beli meningkat , pasarpun semakin rakus melahap semua produk import. Produktifitas tak penting lagi karena liquiditas selalu tersedia untuk berhutang dan berkonsumsi. Maka who care about the future ?

AS percaya kehebatan kendali system moneter mereka yang no risk. Percaya dengan kekuatan kendali system pertahanan security dalam negeri. Dipusat kepongahan patung liberty, keamanan menjadi ilusi ketika gedung kembar WTC New York rubuh olek aksi teror. Dipusat jantung system kapitalis , Wall street pun tersungkur dilanda crisis credit. Lantas dimanakah kendali yang dibanggakan itu. Jawabnya tidak ada! Karena setiap kendali dalam system kapitalis kehilangan nyali dihadapan modal, dan bahkan banci bersikap. Keperkasaan AS sebagai pengendali kekuatan dunia tidak berlaku didalam negeri. Negeri ini kehilangan darah heroik untuk berhadapan dengan segelintir orang yang mengontrol uang beredar. Tak nampak garang seperti di Irak atau Afghanistan.

Yang pasti kini bagi AS , masa depan yang dulu dibayangkann dalam angka angka asumsi economic growth ternyata adalah wilayah beresiko. Keperkasaan memperdaya waktu dan kekinian dalam asumsi , sirna sudah. Bahkan asumsi dari lulusan Harvard Business School bidang financial Analysis yang berkarir di Wall Street ,kini menjadi jobless karena tempat dia berkarir dengan kehebatan matematika derivative product money market terjerembab. Ada 28 ,000 manusia first class dibidang keuangan masuk dalam daftar penganggur baru untuk bergabung dengan 6% populasi pengangguran yang sudah ada di AS. Itulah dampak dari crisis credit subpreme yang membuat Lehman Brothers sebagai investment banker berusia lebih seratus tahun tersungkur dalam hitungan jam. Masalah selesai ? inikah masadepan itu ?

Kemudian mereka berkata “Kita hidup dalam masyarakat resiko “. Masa depan dunia bukan lagi tempat yang aman bagi semua. Ancaman ; global warming , krisis pangan dan energy, dan terror bangkitnya kekuatan islam. Mereka paranoia diatas kekalahan melawan dirinya sendiri. Mereka bicara tentang akibat tapi tidak berani bicara tentang sebab. Senyatanya akar masalah sebab musabab itu adalah hilangnya control pasar. Padahal control itu adalah cara untuk mengelola ketidak pastian masa depan. Ibarat Nafsu adalah hal tanpa batas tapi nurani mengontrol agar nafsu tidak mengabaikan akal sehat. Masyarat resiko adalah masarakat kehilangan akal sehat karena memperturutkan hawa nafsu. Yang terlalu yakin mempermainkan sang waktu padahal tidak ada satupun manusia berdaya terhadap sang waktu.

AS bisa saja berkata dengan gagah untuk siap mengambil resiko, tapi dengan cerdik pula akhirnya akan mencoba menguasai “ketidak terdugaan “ dengan menyalahkan orang lain. Sama seperti Hitler yang mengirim kaum Yahudi kekamar gas beracun karena gagal mengelola ekonomi dan mengurangi pengangguran. Juga tidak jauh beda dengan AS yang menyalahkah Al Qaeda sebagai biang dibalik kejatuhan Ekonomi AS. Video amatir yang 7 tahun tersimpan di pentagon kini kembali diputar. Rekaman berisi tentang pernyataan dari Osama Bin laden pada bulan desember 2001“ Jika ekonomi mereka ( AS) hancur, mereka akan sangat sibuk dengan masalah mereka sendiri dan akhirnya membuat mereka lemah. Ini sangat penting untuk kita selanjutnya memfokuskan perhatian untuk memukul ekonomi AS dengan semua cara yang mungkin.” Selanjutnya ada pula kata kata dari wakil Osama Bin Laden , Ayman Al _Zawahiri “Kami juga akan meneruskan upaya, jika diizinkan Allah untuk menghancurkan ekonomi AS.

Padahal terbentuknya “masyarakat resiko “ lahir karena sikap yang menolak hadirnya sang penguasa seluruh alam semesta. Selagi manusia tidak percaya akan sang penguasa sejati maka selama itupula manusia tidak akan pernah menyadari bahwa masa lalu berhubungan dengan masa kini dan masa kini menentukan masa depan. Dimasa depan semua manusia akan mati. Itulah yang pasti. Selebihnya tidak ada yang pasti. Karenanya menyadari “masyarakat resiko “ adalah kesadaran keimanan kepada Allah, dalam bentuk kesederhanaan, kejujuran, keikhlasan, kebersamaan sebagai ujud ketidak berdayaan menghadapi sang waktu. Inilah yang dilupakan oleh AS untuk akrap dengan resiko dan sekaligus mengendalikannya dengan bijak.

Thursday, September 11, 2008

Gus Dur dan PKB

Sebuah tontonan politik memilukan hati kita. Seorang yang ditokohkan , yang dibela nama baiknya dan ditempatkan sebagai President hasil kesepaktan poros tengah. Kini dipermalukan didepan public. Mungkin kita bertanya tanya ada apa didalam tubuh PKB. Gus Dur, ada apa dengan tokoh pro demokrasi yang kiyai ini. Mengapa murid dan bahkan ponakan tersayangnya berseberangan dengannya. Inikah nilai demokrasi yang selama ini diperjuangkan oleh Gus Dur, hanya menghasilkan pertikaian untuk saling menghujat lewat pengadilan.?

Keberadan PKB tidak bisa dilepaskan dari ke tokohan seorang Gus Dur. Seorang ulama intelektual, budayawan , negarawan dan juga seniman. Memahami Gus Dur bukanlah hal yang mudah apalagi orang yang berpikir sektoral. Dia seorang universal dalam melihat persoalan dinamika kehidupan abad yang brengsek ini. Dari dirinya muncul berbagai pandangan yang pro dan kontra. Diapun dipuji dan juga dimaki. Tapi begitulah eksistensi seorang tokoh yang tak lepas dari suka dan tidak suka. Gus Dur paham betul akan langkahnya. Dia melintas batas atau mungkin bataslah yang melintasi dia.Ke kiyaiannya tidak dalam bentuk symbol sarungan walau basisnya adalah organisasi Islam yang berbau tradisional atau sarungan.

Memahami PKB tidak bisa disamakan seperti memahami Qur’an dan hadith. Tidak bisa dibawa kepada pemahaman secara kaku tentang firman Allah pada Surat Al-Nisa : 4: 59, bahwa mentaati Allah dan rasul juga haruslah mentaatin pemimpin. Silang sengketa terjadi maka semua harus dikembalikan kepada Al Qur-an dan hadith. Tidak bisa. Masalah ini sudah final dan tidak perlu diperdebatkan. Pertikaian justru terjadi karena pemahaman luas dari Surat Al – Nisa itu sendiri. Masing masing punya pandangan sendiri sendiri. Dari semua itu , tentu kembali lagi kepada posisi sentral dari seorang Gus Dur.

PKB bukanlah Hizbullah yang didirikan oleh Khomeini dan bertarung melawan imperialis Zeonis. Kita tidak akan mendengar Hisbullah bertikai secara internal. Bahkan tak ada satupun pihak luar yang bisa masuk , apalagi memprovokasi Hizbullah. Kelompok Islam melawan zeonisme , Gus Dur mendukung Israel. Maka PKB Gus Gur menciptakan warna tersendiri, sebuah bendera Islam yang mengakui pluralisme kebangasaan. Sesutu yang memang selalu berseberangan dengan kelompok lainnya. Masalah ini tentu sudah dipahami oleh Gus Dur dan dia berbuat dengan caranya yang berbeda dan selalu berbeda , yang sectoral menjadi universal dan begitu sebaliknya. Tak akan pernah sampai wawasan kita untuk memahami seorang Gus Dur dengan project PKB nya sebagai visi masa depannya, visi kebangsaannya.

Pertikaian ditubuh PKB bukan pula cermin dari sebuah citra islam yang universal. Bukan pula Citra budaya Indonesia yang suka bermusyawarah mufakat “ untuk menentukan kata sepakat. Pertaikain ini lahir dari sikap “demokrasi ala Gus Dur” , yang menciptakan kader untuk loyal kepada kekuasaan mutlak dari sebuah Dewan Syuro. Sebatas ini adalah benar sebagai dasar syariat Islam menjaga barisan lurus ( Ashaff ) umat. Namun menjadi lain hasilnya bila visi syariat islam dikaburkan oleh semangat pluralism. Maka kebenaran menjadi subjective dan ruang bertikai terbuka lebar. Disaat itulah kekuatan lawan masuk untuk membubarkan barisan lewat kader bermental petualang.

Tapi kita yang berada diluar , merindukan sebuah visi religius yang sejuk. Bahwa apapun alasannya pertikaian itu tidak boleh terjadi. Orang mukmin adalah bersaudara satu sama lain dan saling menjaga. Keburukan satu pihak tidak boleh diketahui pihak luar. Berdialohg dalam kesabaran adalah kunci untuk memenang akal sehat yang bersumber dari hati nurani terdalam. Inilah yang universal untuk dipahami bila kita ingin berjuang untuk menciptakan kehidupan yang madaniah. Ya, kita hanya bisa mengelus dada, karena sebuah tontotan politik menjadi tidak lagi edukasi untuk menjadi teladan bagi anak anak kita.

HAK istri.

  Ada   ponakan yang islamnya “agak laen” dengan saya. Dia datang ke saya minta advice menceraikan istrinya ? Apakah istri kamu selingkuh da...