YMP Prabowo mengatakan dalam pidato kenegaraannya. “Janganlah kita bangga diterima sebagai anggota G-20 (kelompok negara berpendapatan tinggi), jangan bangga disebut ekonomi terbesar ke-16. Namun apakah kita sungguh paham dan melihat gambaran utuh dari keadaan kita? Apakah kita sadar kemiskinan di Indonesia masih terlalu besar?”
Pemerintah Jokowi sering bicara dengan angka dan data tentang kesuksesan pembangunan desa dan pertanian. Angka jalan desa, bendungan, irigasi terbangun jadi indicator kesuksesan itu. Namun data dari Lembaga independent yang kredibel membuktikan lain. Kita ambil data The Global Food Security Index (GFSI). Yang mengukur ketahanan pangan dari empat indikator besar, yakni keterjangkauan harga pangan (affordability), ketersediaan pasokan (availability), kualitas nutrisi dan keamanan makanan (quality and safety), serta ketahanan sumber daya alam (natural resources and resilience).
Skor indeks GFSI sebesar 60,2 poin pada tahun 2022. Skor itu di bawah rata-rata global sebesar 62,2. Rata-rata Asia Pasifik pun lebih tinggi sebesar 63,4. Selama 10 tahun kekuasaan Jokowi, pada akhirnya kita tidak pantas disebut dengan negara agraris. Hancur pertanian. Makanya jangan kaget bila data FAO, berdasarkan Indeks Kelaparan Global ( Global Hunger Index /GHI), Indonesia memperoleh skor 16,9. Di ASEAN kita menempati ranking tiga tertinggi tingkat kelaparan. Padahal kita satu satunya negara ASEAN yang anggota G20.
Data BPS 2023, jumlah masyarakat Indonesia yang bekerja di bidang pertanian, kehutanan dan perikanan sebanyak 40,69 juta orang. Jumlah pekerja terbanyak dibandingkan sector industry dan perdagangan. Tapi tidak ada keberpihakan negara. Faktanya terendah juga perannya terhadap PDB, terendah juga pertumbuhannya. Data BPS tahun 2022 menunjukkan sumbangan sektor pertanian kehutanan dan perikanan terhadap PDB sebesar 12,4%, di bawah industri pengolahan sebesar 18,34 persen, serta perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 12,85 persen. Apes kan rakyat desa.
Gagalnya pembangunan sektor pertanian era presiden sebelumnya memang sukses menyengsarakan rakyat pedesaan dan nelayan gurem. Jadi ketidak adilan social itu fakta. Semoga YMP Prabowo bisa konsisten dengan sikapnya dan tetap memberikan peluang sebesar besarnya kepada para kritisi untuk membantunya menghadapi para opportunis yang ada di lingkaran kekuasaannya. Janga ditiru presiden sebelumnya. Yakinlah Tuhan bersama pemimpin yang membela orang lemah terutama kaum miskin.