“ Ah mimpi lue B. “ kata Eshter dengan ketus setelah saya cerita mimpi ingin mendirikan bisnis Private Equity. “ Emang kamu siapa? Jangankan dapat trust dari investor, menjadi money broker saja kamu engga punya cantolan dengan aset manager. Jangankan Asset manager berkelas dunia, kelas lokal aja kamu engga qualifed. Udah ah. Lupakan saja mimpi kamu itu. Udah cukup kamu sukses di bisnis maklon. Mending pulang ke Indonesia. Nikmati saja laba yang ada itu. Hidup damai bersama keluarga. Setidaknya kamu tidak perlu terhina lagi karena kemiskinanan. Ngapain ngayal terlalu tinnggi.” Lanjut Esther.
Saya tidak negatif thingking atas ucapan Esther pada tahun 2008 itu. Bagaimanapun dia sahabat saya. Dia tentu lebih banyak mengenal saya secara pribadi. Tapi dari kata katanya itu, satu hal yang saya garis bawahi. Bahwa untuk bisa sukses berbisnis Private Equity adalah punya network dengan banker dan investor kelas dunia. Kalau engga, ya benar kata Esther. bahwa saya hanya menggantang asap. Mimpi doang. Saya harus focus dapatkan cantolan dengan asset manager berkelas dunia.
Tapi bagaimana ? saya tidak punya orang hebat untuk rekomendasi bertemu dengan asset manager berkelas dunia. Saya cepat tutup rapat pikiran negatif tentang saya. Semua orang terlahir sama. Tidak ada bedanya. Tapi saya tahu. Bahwa mereka orang bisnis. Tentu mereka punya mindset positif dan efisien. Kalau engga, mana mungkin mereka bisa sukses. Nah saya harus bawa bisnis yang bisa memancing mereka mau bicara dengan saya. Soal suka tidak suka, tidak penting. Diberi kesempatan bicara saja, itu udah berkah.
Tahun 2008 juga saya mendirikan PE yang terdaftar di Hong Kong. Dengan modal yang ada dari hasil bisnis maklon, saya hired profesional dan sewa kantor di kawasan financial Center Hongkong. Awalnya hanya 2 orang saja. Saya focus mendapatkan peluang memancing investor untuk bicara dengan saya.
Satu saat saya dapat peluang untuk akuisisi perusahaan Satelit. Perusahaan ini sudah IPO di Wallstreet, namun pemegang saham pengendali adalah perusahaan yang terdaftar di New Jersey. Wilayah bebas paja. Pemiliknya adalah keluarga kerajaan Arab. Saya tahu perusahaan ini kinerjanya tidak bagus karena faktor kompetisi tekhnologi.
Dalam rentang waktu 8 bulan saya butuh 10 kali meeting di Eropa dan AS. Talenta sales kepakai juga. Meeting dengan berbagai pihak sampai akhirnya saya bertemu dengan pemegang saham pengendali.
“ Saya sudah baca proposal kamu. Bagus dan masuk akal. Tapi kamu tidak punya reputasi berbisnis dengan saya.” Katanya.
“ Saya tidak menawarkan bisnis kepada anda. Tetapi memberikan solusi. Kalau anda setuju, selanjutnya skema financing yang melibatkan institusi keuangan akan deal langsung dengan anda. Saya hanya jadi advisory. Resiko arrangement tanggung jawab saya.” Kata saya.
“ Anda dapat apa dari saya” katanya sambil berdiri. Saat itu saya meeting dengan dia di Hilton London Euston hotel.
“ Saya dapat trust. “ Kata saya singkat. Dia hanya tersenyum. Dan pergi tanpa permisi. Tapi keesokan hari staf nya hubungi saya untuk ambil surat special assignee (S/A) untuk program akuisisi sahamnya.
Dengan surat S/A itu saya travelling ke semua lembaga keuangan. Ahaaa benar. Tidak ada satupun lembaga keuangan first class tutup pintu. Semua setuju bicara dengan saya. Dengan bicara itu saya punya peluang untuk improvisasi melawati proses izin dari bursa, FSA, dan belum lagi negosiasi dengan pemegang saham lain, termasuk para direksi. Ini benar benar jungkir balik dan kadang salto saya. 1 tahun selesai proses itu semua termasuk dapat dukungan pembiayaan dari bank. Uang habis USD 50 juta untuk arrangement. Sampai akhirnya saya bisa akuisisi 40% saham pendiri.
Semua kerja keras saya 4 tahun berbisnis maklon ludes. Kemudian saya lakukan corporate aksi melalui merger dengan perusahaan satelite Eropa senilai USD 1,4 miiliar. Dua tahun kemudian atau tahun 2011 saya lepas ke perusahaan AS dengan nilai USD 2 miliar. Dua tahun saya dapat untung USD 600 juta. Bagi saya ini bukan soal untung besar tetapi saya dapat trust dari lembaga keuangan papan atas dan fund manager berkelas dunia.
Setelah itu, secara reguler mereka hubungi saya dan undang saya makan malam. Semua menjadi mudah untuk berkembang namun tidak mudah menjaganya. Jauh lebih sulit daripada memulai. Kini Esther baru menyadari bahwa dia salah namun dia belajar dari pria kampung yang pernah dia cintai. Namun dia tahu walau lingkungan bisnis saya top level financial community tapi saya tetap jadi diri saya sendiri, untuk hidup lebih rendah hati. " Although you are able to conquer the world, you are not swallowed up by the world. Instead, you become stronger as a person " Kata Esther.
***
Memang benar. Hidup adalah proses. Saya juga mengalami. Pada titik tertentu dalam hidup, kita semua pernah menjadi korban. Namun, satu-satunya cara agar kita dapat maju dalam hidup adalah jika kita berkomitmen, " Hidupku adalah diriku dan ini milikku. Tak akan bersedih dan kecewa saat orang lain ignore terhadapku hanya karena aku dianggap tidak qualified. Aku harus Focus memperbaiki diri sendiri dan meraih apa yang menjadi milikku secara terhormat . Akan kulakukan itu dengan baik dan benar. "
Percayalah. Semua manusia dibekali kekuatan hebat. Sayangnya, tidak semua orang menyadari itu. Mereka lebih percaya hal negatif pada dirinya dan kemudian menyalahkan di luar dirinya. Akibatnya tanpa disadari dia hidup dengan victim mentality. Sikap “Ah siapa sih saya. Orang miskin. Engga punya kelas. “ Sikap ini sikap tidak bertanggung jawab atas berkah kehidupan yang Tuhan beri. Mengapa? Anda menyerahkan amanah Tuhan atas diri anda kepada orang lain. Bego poll
Penelitian yang mempelajari victim mentality menunjukkan bahwa individu dengan mentalitas korban mengalami kesulitan dalam mengekspresikan dan memproses emosi negatif, seperti kemarahan, ketakutan, dan kekecewaan. Akibatnya, mereka sering mengalami perasaan putus asa dan tidak berdaya. Cenderung berusaha membenarkan prilaku buruknya akibat ulah pihak lain. Hidupnya selalu punya alasan untuk mengeluh. Jika Anda berperilaku seperti ini secara konsisten, kekuatan dalam diri anda akan meredup dan akhirnya lenyap. Anda bukan lagi mahkluk bernama manusia dalam dimensi Tuhan, tetapi tak ubahnya dengan korban hewan buruan.
Perkuat spiritual anda. Awali dengan buang jauh jauh sikap negatif. Tanamkan pada diri bahwa andalah pencipta realitas Anda, yang artinya andalah satu-satunya orang yang memiliki kekuatan untuk mengubahnya. Alih-alih mengasihani diri sendiri, percayalah bahwa begitu Anda mulai menguasai pikiran, emosi, dan keyakinan Anda, Anda akan menyadari bahwa inilah satu-satunya kekuatan yang Anda miliki untuk menjadi pahlawan bagi diri anda sendiri. Dan tentu anda akan tahu nikmat bersukur akan kehadiran Tuhan dalam hidup anda. Tentu tahu arti mencintai.