Kalau boleh dikatakan kecelakaan Politik adalah Ketika 1952, NU memilih menjadi Partai Politik. Walau itu bertentangan dengan Khittah NU. Namun NU jalan terus dan kemudian bergabung dalam koalisi NASAKOM ( Nasionalis, Agama dan Komunis). Alasannya sederhana. NU ingin mengontrol PKI lewat koalisi. Mengendalikan lawan tidak dengan menjadi musuh tetapi jadi teman. Alasan fiqih, ya berpijak pada prinsip fiqih yang fleksibel dan elastis. Jadi tidak hitam putih. Abu abu dikitlah. Namanya berjuang lewat perbuatan. Harus cerdas. Daripada ikut Partai Masyumi yang akhirnya dibubarkan Soekarno, kan lebih baik menerima jalan pikiran Soekarno sambil berusaha memperbaiki.
Tahun 1965, terjadi G30S PKI. Soekarno lengser. Tahun 1971, muncul seruan kembali ke Khittah NU 1926. Kala itu Ketua Umum PBNU KH Muhammad Dahlan menilai langkah tersebut sebagai sebuah kemunduran secara historis. Karena artinya NU harus menjauh dari Politik dan focus kepada ormas kemanusiaan saja. Sebagian besar tokoh NU masih percaya perlu menginfluence Politik. Karenanya walau Partai NU dilikuidasi. Namun faktanya secara tidak langsung NU membidani lahirnya PPP.
Baru tahun 1983 pada Munas di Situbundo, kembali ke khittah disetujui. Itu berkat pikiran-pikiran brilian sekaligus pribadi-pribadi bersih penuh kharisma dari kedua tokoh besar, KH Achmad Siddiq dan Gus Dur. Namun harus dicatat. Bahwa kembali ke khittah itu bukan pula berarti NU tidak peduli dengan politik kebangsaan. Kepemimpinan ulama harus mampu menginfluence politik tetap pada jalur Pancasila. Sejak itu rumusan hubungan islam dan Pancasila menjadi acuan bagi seluruh ulama NU.
Sejak itu pula secara kelembagaan NU tidak lagi berpolitik. PPP bukan partai NU tetapi vehicle bagi aktivis NU dan kader NU secara personal. Samahalnya era reformasi, Gus Dur dan kawan kawan mendirikan PKB. Itu juga bukan organic PBNU. Gus Dur tidak membawa embel embel Islam. Tetapi kebangsaan. Dan Gus Dur terpilih sebagai Presiden pada tahun 1999, bukan karena PBNU, tetapi karena dia dikenal sebagai tokoh utama Prodem yang konsisten melawan rezim Orba secara terpelajar.
Dengan adanya fakta kini , adanya Pansus Haji, politisasi PBNU saat Pilpres 2024, dan terakhir adalah intervensi PBNU terhadap PKB. Saya merindukan pribadi Gus Dur ada di NU. Mengapa Gus Dur berani keluarkan Dekrit membubarkan DPR? karena dia tidak mau melanggar UUD 45 yang rohnya adalah Pancasila. Dia tidak peduli kalau karena itu dia harus dilengserkan. Begitulah model ulama NU sesungguhnya. Tidak kemaruk harta dan kekuasaan. Pejuang Pancasila. Ulama bersehaja yang menjadi inspirasi umat yang mendambakan negeri Makmur di bawah lindungan Allah… Alfatihah untuk tokoh inspirasiku.