Tuesday, March 19, 2024

Cerdas berlogika dan bersikap.




Mengapa kegiatan ekonomi itu terbelah.Ada yang formal dan ada yang informal. Ada yang kaya dan ada yang miskin. Ada yang melimpah sumber daya dan ada yang kekeringan. Mengapa ? tanya teman. Saya tahu ini pertanyaan retorik yang sebenarnya dia  sudah punya perspektif sendiri terhadap jawaban itu. Apa ? Ya faktor ketidak adilan. Sebenarnya kalau dia mengerti ilmu filsafat ekonomi. Dia akan paham apa yang disebut dengan teori rasional. Bahwa suatu individu atau kelompok selalu membuat keputusan yang bijak dan logis atas pilihan yang ada. Jadi bukan ketidak adilan sumber masalah tetapi soal pilihan.


Kemampuan membuat keputusan memilih itu tergantung kepada mindset atau prilaku. Sementara prilaku individu dipengaruhi banyak faktor, seperti nilai sosial dan budaya yang sering kali tidak dapat dijelaskan secara rasional. Contoh orang yang lahir dari keluarga pegawai, yang hidup secara linear. Sekolah, masuk universitas, terus jadi pegawai. Engga mungkin dia mengambil pilihan sebagai wirausaha mengelola sumber daya yang terbatas dan beresiko, Dia cenderung memilih cara aman. Walau sebenarnya cara aman itu justru tidak aman dalam jangka panjang.


Atau orang yang lahir dari lingkungan pendagang informal dan dari keluarga tidak terpelajar. Dia tidak akan mampu berpikir mendirikan pabrik dengan memanfaatkan fasilitas bank atau lembaga ventura. Dia lebih focus mencari lapak dan barang yang bisa laku dijual. Kalau karena itu tidak membuat dia kaya, itu bukan pilihan dia. Dia engga ambil pusing. Pilihannya hanya ganjel perut dan melanjutkan hidup dengan apa adanya. 


Melihat masyarakat seakan berkelas, itu bukan by design. Tetapi memang terjadi secara natural saja. Kalau terus dipertahankan maka proses membangun peradaban tidak akan bergerak ke depan. Makanya kajian filsafat aspek rasionalitas diperlukan, untuk menganalisis penyimpangan perilaku individu yang mungkin saja tidak bisa dijelaskan secara empiris. Lahirnya teori value engineering dan social engineering, sebenarnya cara jenial mengetahui hambatan orang untuk berubah dari belenggu tradisi atau status quo. Dibawah ini saya gambarkan singkat roadblock kita.


Merasa rendah.

Empat kali saya bangkrut di usia emas saya. Mengapa saya tidak bisa mapan dalam kesuksesan.? Ada apa dengan saya.? Pertanyaan itu sempat ada ada dalam pikiran saya. Ibu saya menasehati. Beras dikunyah tidak bisa seperti cabe yang langsung bisa dirasakan. Tetapi semakin sering makan beras, rasa manis akan terasa. Anak balita tidak bisa langsung berlari. Dia perlu berjalan melata dan kemudian merangkak dan berdiri untuk akhirnya berlari. Artinya hidup butuh proses. Tetapi proses yang terus berubah. Bukan waktu saja yang berubah. Jangan hanya usia berubah tapi mindset tidak berubah. Sikap dan mental kita harus juga berubah lewat kegagalan dan derita. Itu ilmu hikmah. So, jangan terlalu merendahkan diri sehingga menggelapkan jalan untuk bangkit menjadi hebat. 


Mudah menyerah
Banyak orang merasa menyerah ketika menghadapi kesulitan untuk hal hal baru. Perasaan ini semakin kuat ketika ada emosi yang terikat pada sebuah kegagalan atau hinaan, atau umpatan. Jadi lawan prilaku mudah menyerah. Bahkan dalam situasi tidak tertanggungkan. Ingatlah, bahwa kita harus berubah sepanjang usia untuk sampai kepada sebaik baiknya kesudahan. Tida ada batas waktu untuk berubah menjadi lebih baik. Jadi, perkuat resilience anda menghadapi setiap roadblock. Yakinlah tidak ada manusia terlahir dan tercipta dalam keadaan lebih buruk dari yang lainnya. Semua lahir telanjang. Proses yang menentukan nilai orang.


Mudah terjebak too good to be true.
Merasa kalau mengikuti jalan orang sukses anda akan sukses. Tidak ada kesuksesan yang bisa di copy paste. Hanya ikut seminar motivasi anda bisa sukses. Hanya jadi follow influencer anda akan mengikuti jejak langkahnya. Itu hanya retorika. Bukan realitas. Tidak ada yang too good to be true. Awalnya jalan itu tidak ada yang lewat. Karena penuh blukar dan onak. Mudah terluka melewatinya. Orang banyak menghindarinya. Namun karena anda melewatinya, jalanpun tercipta. Dibalik setiap hambatan tersedia peluang. Di setiap tampa hambatan, resiko jatuh mengancam. Hadapi hambatan dan kesulitan itu karena anda yakin Tuhan Maha Penolong. Cintai Tuhan dengan prasangka baik tanpa berkeluh kesah dan tetap focus. Bahwa sesuatu yang sulit terkandung hikmah untuk anda menjadi something else.


Perfeksionisme.
Tidak ada manusia yang terlahir sempurna. Tidak ada jalan yang selalu datar. Dan tidak ada jalan yang terus mendaki dan menurun. Jangan kecewa kalau orang berjanji tidak ditepati. Biasa itu. Jembatan biasa lapuk dan janji biasa mangkir. Jangan kecewa kalau rencana anda tidak berjalan sesuai harapan. Biasa saja. Yang tidak boleh anda berjalan tanpa tujuan dan tanpa rencana. Orang bijak berkata, orang yang tanpa rencana karena dia tidak berencana untuk sukses. Pelajari semua hal dibalik rencana itu. Tetapi jangan larut dengan perfeksionisme sehingga membuat anda tidak kemana mana. 


Demikianlah. The end of story, Jangan silau dengan sukses orang lain. Enak makanan hanya sebatas lidah. Setiap orang belajar dan mengasimilasi pengalaman baru secara berbeda. Lepaskan istilah harus. Focuslah kepada tujuan. Kalau lelah istirahat dan bersantai. Kalau bertemu dengan pasangan yang cocok menikahlah. Satu sama dengan nol, dua sama dengan satu. Itu aja filosofinya. Engga perlu harus mapan lebih dulu untuk menikah. Dimana beranak di situ bayi dibuai. Engga usah banyak mikir. Too much thinking can kill you

Wednesday, March 13, 2024

Ambisi yang merusak diri.

 




Dalam lakon karya shakespeare, Lady Macbeth memonologkan keinginannya untuk “melompati kehidupan yang akan datang”. Kata kerja “melompat” menunjukkan keinginan yang sangat besar untuk melompat maju, tanpa batas, ke dalam kekuatan dan saat-saat indah yang menantinya. Gagasan tentang “lompatan” juga menunjukkan niat Macbeth untuk menipu jalannya melalui hierarki, tidak hanya dengan membunuh raja tetapi juga dengan penipuan: menjebak putra-putra Duncan untuk memastikan penobatannya sendiri - seperti yang secara historis di Skotlandia, ahli waris dipilih dan bukan otomatis menjadi putra tertua Raja saat ini.


Gambar ini secara efektif menunjukkan potensi kekerasan berskala besar yang dapat ditimbulkan oleh Ambisi yang mustahil untuk dipenuhi, yang menggambarkan pembunuhan brutal lainnya yang dilakukan Macbeth dalam adegan berikut. Secara keseluruhan, ambisi dalam kasus kedua protagonis tragis ini pada akhirnya memberikan hasil yang berlawanan dengan apa yang mereka harapkan; alih-alih menjadi Raja dan Ratu Skotlandia, keduanya malah mati dan penonton dibiarkan merenungkan pesan moral Macbeth: bahwa ambisi egois pada akhirnya mengarah pada kehancuran.


Macbeth mengakhiri monolognya dengan peringatan pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan ambisi menguasai diri, dengan mendeskripsikan seorang penunggang kuda yang mencoba menaiki kudanya, tetapi terlalu bersemangat dan tetap terjatuh. Macbeth gagal memperhatikan peringatannya sendiri, malah menjadi terlalu bangga dan mengagumi diri sendiri. Namun, o'erleap dapat diartikan sebagai tindakan salah penilaian yang komedi, sangat mirip dengan ketidaktahuan Mcbeth yang hampir menggelikan tentang hidup akan abadi. Lupa setiap hari kematian itu sangat dekat.


Shakespeare menggunakan gambaran yang berhubungan dengan Alkitab atau Kristus untuk memperingatkan penonton betapa berbahayanya ambisi Macbeth nantinya. Metafora “piala beracun”  membuat penonton ngeri saat menyadari besarnya sikap tidak menghormati benda suci. Hal ini menarik perhatian pada kepercayaan yang tersebar luas di era Renaisans Akhir mengenai tatanan ilahi, dan karenanya membunuh raja tidak hanya merupakan pengkhianatan tingkat tinggi, namun juga merupakan pengkhianatan terhadap Tuhan.


Agama sebenarnya mengimbau agar setiap orang punya ambisi. Tetapi ambisi tidak seperti yang digambarkan oleh Shakespeare dalam 'Macbeth' sebagai sifat destruktif, yang mengikuti keyakinan agama di era Elizabeth; bahwa Tuhan memberi Anda tempat di bumi, dan upaya untuk menginginkan atau meningkatkan status kelas. Engga begitu. Agama mengajak orang berambisi untuk bermanfaat bagi orang lain. Status orang dihadapan Tuhan diukur dari manfaat seseorang bagi orang banyak. Tidak ada kelas karena suku, ras, atau harta atau jabatan. Yang ada adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Monday, March 11, 2024

Soeharto lebih baik ?

 



Mereka yang berkuasa pasti menghabiskan banyak waktunya untuk menertawakan kita sebagai rakyat. Kita tidak menyadari itu. Karena kita berada di istana utopia dari sebuah kebodohan dan keluguan sebagai korban pemangsa. Sangat mudah percaya dengan janji utopia politisi dan bermimpi diatas kultus individu kepemimpinan.  Tapi sebenarnya kekuasaan tiran berdiri diatas istana pasir. Pujian orang bodoh dan tolol mudah berubah jadi kebencian. Jarak benci dan cinta diatas pencitraan itu tipis banget. Karenanya apapun opini dan oposisi itu dianggap ancaman. Kawatir pencerahan membuat rakyat tercerahkan. Dan akhirnya melawan. 


Tiran, sepanjang sejarah masa lalu, selalu memikirkan keuntungan mereka sendiri dibandingkan keuntungan masyarakat lainnya. Mengapa ? sifat manusia, pada umumnya dan sebagian besar, adalah egois.  Tanpa egoisme anda kehilangan semangat bertarung mengalahkan. Egoisme itu bagus kalau dalam takaran wajar. Masalah wajar seperti apa? inilah yang rumit. Serumit cara berpikir kaum liberal yang mengusung demokratisasi,


“Kami, kaum progresif. Mengusung perubahan“ Demikian argumennya terdengar bijaksana dan baik “  Kita tahu reformasi apa yang dibutuhkan dunia, jika kita punya kekuatan, kita akan menciptakan surga. Demikian obsesi menjatuhkan Soeharto yang terkesan tiran. Maka, karena terhipnotis secara narsistik oleh perenungan akan kebijaksanaan dan kebaikan reformasi, sebuah tirani baru tercipta. Yaitu oligarchi, Atau gerombolan bandit. Yang lebih sadis daripada tirani Soeharto.


Yang saya bingung, semua partai dari Paslon 1 dan 3  mengatakan telah terjadi pelanggaran Pemilu yang TSM. Anehnya kan Partai koalisi pemerintah adalah juga mereka yang menjadi pendukung Paslon 1 dan 3. Anehnya lagi mereka ribut setelah usai Pemilu. Pertanyaannya adalah mengapa sampai TSM begitu mudahnya. Apakah sehebat itu Jokowi? Tanya teman. Terkesan lugu memang. Jokowi bagian dari gerombolan oligarchi. Dia sama saja dengan elite partai lain yang menjadi koalisi pemerintah. Hanya saja kebetulan jabatannya presiden, dan dia punya kontrol terhadap institusi negara seperti menteri, POLRi dan TNI,KPU, dan lainnya.  


Nah mana ada Elite partai dan pejabat yang bersih? Itu sama saja seperti mana ada PSK yang perawan. Semua kotor lah. Jokowi bisa kapitalisasi situasi itu agar semua pihak TST saat dia berada dibalik paslon 2. Antar mereka saling sandera kasus. Bahkan mereka juga entertain keluarga Jokowi. Nah bertambah dah rumitnya. Apalagi masyarakat terpolarisasi dalam  kontestasi pemilu, yang seakan sebuah  perang antara si baik dan si Mantiko. Nyatanya itu hanya sebuah draman kolosal untuk rakyat yang bodoh. 


Misal Jokowi membagikan Bansos disaat menjelang Pemilu. Itu dianggap cawe cawe. Kelihatan dengan kasat mata, itu benar adanya. Episode sayang anak. Namun substansinya Bansos itu diberikan karena situasi ekonomi sedang genting.  Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan pada 30 oktober 2023 dan 29 januari 2024, yang mengantisipasi dampak dari inflasi. Maklum keadaan ekonomi kita sejak dua tahun lalu memang memprihatinkan. Likuiditas global semakin seret akibat kebijakan suku bunga the fed. Ini membuat ongkos operasi moneter sangat mahal. Rakyat awam mana paham itu.


Jadi jadwal pemberian Bansos itu bukan kehendak Jokowi tetapi KSSK. Kalau engga, bisa chaos ekonomi kita. Bisa batal Pemilu. Ya. Coba bayangin kalau harga beras sebelum Pemilu seperti sekarang Rp, 16.000/Kg. Kan bisa chaos politik. Maklum saat menjelang Pemilu situasi politik memang memanas. Krisis pangan bisa berdampak kepada krisis politik. Rakyat mudah sekali terbakar oleh provokasi dan POLRI/TNI tidak akan bisa menghalangi people power pada musim politik. Kalau paslon 2 diuntungkan secara politik karena Bansos itu, paslon lain juga dapatkan trade off dari adanya Bansos itu. Tanya aja berapa mereka dapatkan dana kampanye dari pengusaha yang menikmati restruktur kredit C-19 ratusan triliun.

Heboh setelah usai pemilu soal TSM. Mau adakan hak angket lah.  Itu hanya drama. Yang harus dipahami dalam konteks politik. Keributan itu hanyalah bargain posisi. Termasuk hak angket. Kan politik selalu harus punya bargain. Perbedaan pendapat itu hanya karena merasa pendapatan beda. Kalau karena bargain terjadi kompromi, pendapatan sama, ya pendapat mereka jadi sama. Hak angket batal atau dibawa angin lalu hasilnya. Biasa saja. Kenapa begitu? Jangan meliat Jokowi dan Partai itu berdiri sendiri. Ada aktor lain yang juga menentukan, yaitu pengusaha. Selagi kepentingan pengusaha terjaga, kompromi antar elite pasti terjadi. Semua akan baik baik saja. Keberlangsungan oligarchi terus terjaga. Memang itu agendanya. Rakyat awam engga paham itu.

Monday, February 26, 2024

Politik pangan paska Pemilu.

 




Ketika melihat orang antri beli beras dengan jatah 5 kg. Entah mengapa saya menangis. Saya membayangkan istri saya yang sedang dalam antrian itu. Apakah  presiden, menteri dan elite politik juga membayangkan seperti suasana kebatinan saya itu. Bagi istri apapun dia lakukan untuk makan bagi keluarganya. Walau uang dari suami terbatas, yang terbatas itulah yang dia gunakan, walau karena itu dia harus berdiri berjam jam untuk jatah 5 kg beras. Entah mengapa saya semakin sayang dengan istri. Apalagi melihat dia dalam usia menua setia mendampingi saya. Karena walau saya bukan konglomerat tapi selama menikah saya tidak pernah membuat dia bingung dapatkan beras. 


Data tahun 2023 memang produksi beras turun 1,2% dari 34 juta ton akibat el Nino tetapi konsumsi meningkat 1,1% jadi 35,7 juta ton. Jadi memang kita minus. Mau engga mau ya harus impor, dan karena itu juga harga beras jadi naik. Maklum efek USD menguat terhadap mata uang lokal eksportir beras.  Ditambah lagi, negara  lain penghasil beras juga turun produksi nya akibat kekeringan panjang. Mereka udah was was dan terpaksa mengurangi ekspornya


Situasi kenaikan harga beras ini sudah disadari oleh Jokowi. Karena sejak dua tahun lalu ekonomi kita suffering. Walau neraca perdagangan surplus tetapi trend pendapatan dari ekspor terus menurun. Sementara DSR kita terus meningkat akibat beban bunga dan cicilan utang terus bertambah.  Index Manufaktur berada di tepi jurang resesi. Dampaknya terhadap kurs yang melemah dan tentu harga harga naik. Makanya Jokowi perintahkan sejak dua tahun lalu agar dana Bansos diperbesar. Karena hanya dengan cara itu dia bisa menahan kenaikan harga akibat inflasi yang sudah terasa liar. Kebetulan sekali kebijakan itu bertepatan dengan tahun politik. Terkesan dia menafaatkan untuk kemenangan paslon 2. Sebenarnya engga.


Kalau anda berada di kelas menengah atas. Anda bisa sadari kalau harga harga barang yang ada di outlet super market udah naik rata rata diatas 10%. Beras organik yang biasa saya beli tadinya hanya Rp 90 ribu per 5 Kg, Kini udah Rp. 150 ribu lebih. Jadi walau catatan statistik inflasi masih 1 digit namun sebenarnya sudah dua digit. Liat aja index McD tahun 2022 -59,3 %. Sama  buruknya dengan Lira yang -67,9% dan Rubbel -70%. Hanya saja kalangan menengah dan atas yang punya uang berlebih tidak mempermasalahkan harga harga naik. Tapi bagi kalangan menengah bawah yang punya pendapatan UMR. Kenaikan harga itu sangat significant memenggal pendapatannya.


APBN yang semakin rentan akibat belanja Bansos harus berhadapan dengan realitas politik. Presiden berikutnya tentu bukan hanya  perlu disiapkan  untuk menjadi pemenang tetapi juga perlu dipersiapkan landasan yang kuat untuk APBN. Kalau bansos terus dipertahankan. Tentu tidak ada lagi ruang fiskal bagi presiden berkutnya. Ini akan berdampak sistemik secara sosiopolitik. Mungkin opsii tidak mengurangi bansos harus dengan trade off menambah obyek pajak dan meningkatkan tarif pajak. Tetapi dalam kondisi ekonomi dunia yang melemah, itu juga beresiko terhadap sosiopolitik bagi kelas menengah. Apalagi index belanja konsumen semakin melemah.


Menurut saya, bagi prabowo kemenangan pada Pilpres ini adalah sama beratnya secara psikis dengan kekalahan pada tahun 2014 dan tahun 2019. Dan bagi Jokowi tidak pernah terbayangkan kalau situasi ekonomi yang sangat sulit sehingga APBN tidak mampu lagi menahan kenaikan harga beras. Semua tahu Arab spring terjadi dipicu oleh kenaikan harga pangan. Berawal dari Tunisia, protes menyebar ke Libia, Mesir, Yaman, Suriah dan Bahrain. Karena itu penguasa tumbang. Zine El Abidine Ben Ali dari Tunisia pada tahun 2011, Muammar Gaddafi dari Libya pada tahun 2011, Hosni Mubarak dari Mesir pada tahun 2011, dan Ali Abdullah Saleh dari Yaman pada tahun 2012. 


Bagi Indonesia kemenangan Paslon 2 yang kontroversial tidak cukup melegitimasi politik untuk membuat kebijakan yang mampu berlayar diatas gelombang resesi. Gimanapun presiden harus mampu membangun koalisi nasional untuk mengatasinya. Tanpa itu sulit. Ayolah bersatu untuk cinta bagi semua. Kita tidak baik baik saja.

Wednesday, February 14, 2024

Dunia tidak hitam putih.

 



Tan Malaka pernah berkata “ ketika saya berdiri di depan Tuhan saya adalah seorang Muslim, tapi ketika saya berdiri di depan banyak orang saya bukan seorang Muslim, karena Tuhan mengatakan bahwa banyak iblis di antara banyak manusia!” Tan Malaka berusaha mencerahkan bahwa hubungan  antara kita sebagai personal dengan Tuhan, itu bersifat ghaib yang harus diimanin hitam putih tanpa perlu dialektika, namun antara kita dengan dunia, yang berlaku adalah hukum kausalitas atau sunnattullah. Makanya Tuhan ciptakan akal pada manusia. Untuk melihat setiap persoalan selain Tuhan bukan kebenaran absolut.


Bagi orang yang berakal dia tidak pernah melihat dunia ini sesuatu yang hitam putih seperti kisah kerajaan Utopia.  Dunia ini selalu grey. Kalau anda tidak percaya, anda akan disebut orang naif. Mudah percaya dengan segala sesuatu benar adanya. Padahal di dunia ini kebenaran itu bukan fakta. Semua hanyalah persepsi. Persepsi itulah yang dianggap realitas.  Dalam dunia realitas itu antara logika dan dialektika beradu. Dari itu proses berkembangnya pengetahuan terjadi terus menerus. Makanya penting sekali akal untuk menilai secara mandiri. Terlalu percaya dengan dogma anda akan ditelan oleh realitas hidup yang tidak ramah.


Dalam dunia bisnis ataupun dunia politik, anda tidak bisa melihat dari sisi aturan standar kepatuhan berdasarkan hukum positif dan norma. Karena bagaimanapun hukum dan norma itu adalah hasil konsesus segelintir orang, yang bisa saja mereka salah atau punya niat buruk. Maklum, setiap konsesus pasti terjadi transaksional. Makanya sebagai pemimpin anda tidak bisa hanya berpatokan kepada aturan itu. Namun anda juga tidak boleh seenaknya langgar aturan itu. Jadi gimana? disinilah kehebatan seorang terlahir sebagai pemimpin. Dia bisa mengelola grey itu. How to create solutions without breaking the rules. Dan ingat. Break the rules only if you are proven.


Putin, presiden Rusia, yang terpilih lewat Pemilu langsung. Punya team formal yaitu anggota Kabinet dan ketua lembaga tinggi negara, termasuk badan inteligent dan informal, shadow team. Team yang formal focus melewati standar kepatuhan UU. Sementara yang informal, melewati realitas. Maklum dunia politk bersinggungan dengan aspek Sosekbud yang terstruktur dengan rumit. Kalau polos polos aja mengikuti standar aturan formal, dia pasti akan ditelan oleh realitas politik yang penuh intrik dan hipokrit. Dia harus jadi dirigen orchestra diatas panggung politik agar simfoni terasa indah. Itu juga dilakukan oleh  Presiden China, Xi Jinping. 


Tapi baik Xi Jinping maupun Putin tidak menjadikan kekuasaan itu sesuatu yang personal bagi diri dan keluarganya. Xi Jinping menjauhkan Xi Mingze, putri tunggalnya dari panggung politik, bahkan dari publik. Putin, kedua putrinya Masha dan Katya lebih diarahkan sebagai pendidik dan periset, yang jauh dari kebisingan dunia politik. Bahkan dipuncak kekuasaanya Putin memilih berpisah dengan istrinya, Lyudmila Putina, secara baik baik. Sebagian orang percaya itu perceraian politik. Karena ensensinya mereka tetap bersama. Namun begitu cara Putin menutupi kekurangannya. Semua tahu kelemahan pemimpin ada pada istrinya. Karena umumnya sukses mereka menuju puncak kekuasaannya berkat peran istri.


Mengapa ? karena baik Putin maupun Xi Jinping sangat sadar bahwa PBB bersama perangkatnya tidak hitam putih.  Memimpin negara diatas kompetisi geopolitik dan geostrategis secara global, harus paham apa yang disebut dengan perang asimentris. Peperangan tidak selalu dengan kekerasan tetapi bisa juga lewat proxy yang justru mereka adalah anak bangsa sendiri yang menjual negaranya ke pihak asing. Demi kepentingan nasional, mereka “bermain “ lewat team shadow nya yang terstruktur secara informal. Namun dengan kompetensi yang tinggi diatas rata rata. Mereka inilah jadi sumber dayanya menghadapi fenomena sosekpol dalam negeri maupun international


Dalam bisnis investment holding juga sama. Pemegang saham pengedali adalah Top leader. Dia tidak bisa hanya mengandalkan jajaran CEO dan direksi. Struktur formal organisasi korporat memang harus mengikuti standar kepatuhan hukum dan norma. Namun dunia bisnis bukanlah sekedar aturan dan hukum. Bisnis dipengaruhi oleh faktor kompetisi yang bisa saja diluar sana yang dihadapi adalah srigala berbulu domba. Makanya setiap leader punya shadow team yang tidak formal namun dengan tingkat kompetensi yang tinggi. Mereka ini menjadi sumber daya untuk mengawal para CEO dan direksi dan menjadi Srigala petarung menghadapi predator. 


Namun semua itu bukan untuk kepentingan personal pemimpin tetapi lebih untuk kepentingan stakeholder atau enterpreneur vision. SOP perusahaan terjaga dari kolusi dan korupsi, bahkan proses recruitment jauh dari nepotisme. Keluarga saya tidak saya beri akses ke perusahaan. Apa artinya? begitulah realitas dunia yang harus dihadapi. Antara dunia terang dan gelap. Antara hitam dan putih. Pemimpin harus “lead dalam permainan” itu. Di dunia gelap dia harus bertarung dengan otak reptil nya dan kepada CEO dan direksi dia pastikan mereka tetap di dunia yang terang untuk sebuah humanitarian capitalism yang mengutamakan cinta bagi semua.


Monday, February 12, 2024

Nasionalisme dan Politik persatuan.

 






Di dalam pesawat saya termenung.  Di ruang kabin kelas terbagi. Economy dan business class. Kelas berbeda, pelayanan juga berbeda, tentu harga beda. Di Rumah sakit dan Gerbong kereta perbedaan kelas juga ada.  Bahkan hotel pun ada kelas sesuai bintangnya. Perumahan juga  ada kelas real estate dan kelas RSS.  Siapapun anda, suka tidak suka anda berada pada dimensi dimana segala sesuatu diukur dari uang. Kalau bicara uang maka didalamnya ada effort mendapatkan pengetahuan dan kekayaan literasi serta skill. Ada effort untuk dapatkan koneksi dan konsesi. Dan perlu effort besar untuk mengorganisir semua itu menjadi alat berkompetisi ditengah sumber daya yang terbatas. 


Tentu tidak semua juara, ada juga yang kalah. Dan tentu karenanya jarak yang kalah dan menang akan terus jauh dan jauh, atau dikenal dengan Rasio GINI. Kita tidak bisa mengabaikan kebebasan pasar yang memang menciptakan ketidak adilan. Karena prinsip free will siapapun bisa menang dan bisa kalah. Ini soal mindset. Ini tabiat dasar manusia. Menurut Yoshihiro Francis Fukuyama dalam bukunya “ Identity Contemporary Identity Politics and the Struggle For Recognition”. Adanya perbedaan strata sosial itu sebagai upaya pengakuan sosial dari identitas seseorang. Itu karena Timos atau keinginan untuk pengakuan martabat, isothymia atau tuntutan untuk dihormati pada kondisi yang sama dan megalothymia atau keinginan untuk diakui sebagai superior. 


***

Di tengah dorongan berkompetisi itu, kebutuhan telah bergeser kepada keinginan terhadap hegemoni. Pasar financial  terbuka bagi siapa saja. Kita tidak bisa lagi mengatakan bahwa saya bangsa Indonesia dan saya warga negara, maka saya berhak dapatkan tambang nikel. Nyatanya yang berhak adalah China, yang punya akses financial. Anda cukup jadi buruh dan konsumen saja. Lantas apa arti nasionalisme dan kekayaaan sumber daya alam kalau toh nyatanya kita dimarginalkan.? Jangan tanya soal nasionalisme. Persepsi anda salah soal nasionalisme. 


Sejak paham kebangsaan diperkenalkan abad ke-18 atau diterapkan pada awal abad ke-19 dengan Deklarasi Kemerdekaan Amerika atau dengan Revolusi Perancis. Dalam konteks idiologi, nasionalisme itu absurd. Karena sampai kini sulit ditemukan definisi yang tepat untuk istilah nasionalisme.  Mengapa ? Ok lah. Webster mendefinisikan nasionalisme sebagai "pengabdian kepada bangsanya sendiri". Tapi apa itu "bangsa"? Apakah negara tersebut didefinisikan dalam istilah geografis, yaitu, sebagai wilayah geografis dengan batas-batas yang diakui, atau dalam istilah budaya/politik? Misalnya, sebagai suatu kelompok bahasa, agama, atau etnis, atau sebagai kelompok yang ditetapkan secara hukum?  


Nah, dalam sebagian besar kasus, terdapat sedikit ambiguitas. Dalam kasus tertentu pada suatu negara, identitas budaya/politik tidak sesuai dengan identitas geografis yang didefinisikan dengan baik dan diterima secara umum.  Oorang-orang Yahudi sebelum Perang Dunia II Eropa, orang-orang kulit hitam di AS saat ini-atau karena kemauan politik rakyat dan kesatuan geografis berada dalam konflik-misalnya, Tepi Barat Sungai Yordan, Kepulauan Falkland. Seringkali sulit untuk mengatakan apakah perdebatan yang terjadi adalah mengenai definisi yang tepat untuk " bangsa” atau tentang sikap politik seseorang terhadap kelompok yang bersangkutan. 


Misal, orang jawa secara demographi, memang mayoritas. Bahkan presiden semua orang jawa. Tetapi secara geographi,  minoritas. Secara ekonomi dan sosial juga minoritas dibandingkan dengan penduduk etnis China dan Arab. Walau Islam adalah agama mayoritas di Indonesia namun kehormatan sosial dan ekonomi tetap ada pada agama minoritas seperti Kristen dan Budha. Rasa hormat dan martabat itu bergeser kepada Ekonomi dan sosial. Etnis China tidak penting jadi presiden, asalkan mereka kontrol ekonomi dan sosial. Dan mereka tidak merasa inferior complex.


Belakangan muncul fenomena globalisasi. Semakin absurd lah nationalisme. Melalui eksploitasi pasar dunia, kapitalisme telah memberikan karakter kosmopolitan pada produksi dan konsumsi di setiap negara. Tidak ada lagi istilah kemandirian sebagai bangsa, hubungan multilateral terjadi meluas, ketergantungan diikat dengan konsesus WTO dan dibina oleh OECD. Bendera boleh saja Merah Putih, lagu kebangsaan boleh saja berkumandang. Bahasa indonesia boleh saja bahasa persatuan. Tetapi tanpa valas negara bangkrut dan otomatis nasionalisme omong kosong. Dengan fakta ini maka jelas definisi bangsa sudah tidak tepat. Dan semakin kacau  lagi setelah munculnya Khilafahisme dan Marxisme. Keduanya benar benar tidak mengakui nationalisme yang absurd itu. 


Karena proses sejarah kapitalime diterima secara slow motion oleh setiap bangsa. Kalau ada yang menyimpulkan tanpa nasionalisme maka tidak ada kapitalisme. Atau sebaliknya. Itu ada benarnya. Di era kapitalisme, masyarakat hanya menjadi sumber daya untuk berfungsinya pasar. Dengan demikian kehidupan sosekpol tidak ada lagi ikatan komunal tradisional untuk lahirnya kearifan lokal dan semangat gotong royong. Mengapa ? Ketika prosedur pertukaran ekonomi asimetris menjadi prinsip utama dalam hubungan manusia, masyarakat terbagi menjadi dua golongan. Pertama. Sebuah jaringan individu yang mementingkan diri sendiri yang terorganisir dengan baik dan terstruktur secara ketat, yang secara permanen berjuang untuk keuntungan ekonomi semata. Kedua.  Sekumpulan buruh dan kaum miskin dieksploitasi untuk kepentingan kelompok pertama.


Terjadinya perbedaan soslal ekonomi ini menimbulkan rasa penghinaan yang sehingga melahirkan identitas kesukuan dan agama. insentif sosialnya ?  Ya terjadinya konflik psikis. Orang luar Jawa mungkin saja iri dengan proyek kereta cepat Jakarta Bandung yang menelan anggaran lebih Rp.100 T APBN undertake. Fenomena ini telah dimanifestasikan di barat yang disebut kaum kiri baru. Kalau di Indonesia adalah kaum kanan baru, dari kelompok Islam, Dampaknya semakin melebarnya kesenjangan antara kedua strata tersebut membuat prinsip penting kapitalisme mengenai akumulasi modal tanpa akhir tidak berkelanjutan secara sosial. Sebab, adanya ketidak adilan sosial berpotensi terjadi chaos. Yang mungkin mengancam stabilitas seluruh sistem. Itulah yang terjadi di Amerika Latin, Afrika, dan bubarnya USSR.


***

Oleh karena itu, setelah membaca jurnal berjudul “ Political cheating oleh John R.Lott Jr. “ Ideology can prevent rather than cause opportunistic behavior.” Saya terpaksa membaca lagi buku tentang lahirnya Pancasila. Saya termenung. Oh ternyata bapak bangsa kita sudah menyadari potensi konflik dari adanya paham kebangsaan itu. Makanya dalam pancasila kita tidak mengenal nasionalisme. Tetapi persatuan Indonesia. Lantas bagaimana persatuan itu dipertahakan. Caranya? Ada pada sila pertama dan kedua. Yaitu landasannya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Karena Tuhanlah kita bersatu. Apa substansi dari Ketuhanan itu? Yaitu Kemanusian yang adil dan beradab. 


Apa makna Kemanusian yang adil dan beradab itu? Mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungannya. Semua agama mengajarkan itu. Prinsip Pancasila sila kedua itulah yang dilanggar Ketua MK dengan meloloskan Gibran sebagai Cawapres. Kemudian DKPP juga menyatakan ketua KPU melanggar Etika. Tetapi Jpkowi mendiamkan saja itu. Tampa ada tindakan dan sikap apapun.


Warning dari Para Akademisi atau guru besar agar Jokowi kembali kepada nilai nilai etika, itu tidak lebih karena kecintaan mereka kepada NKRI. Apalagi Sri Sultan HBX mengingatkan Jokowi jangan sakiti Ibu Megawati. Karena dia putri Proklamator. Sebenarnya itu kata bersayap, yang bermakna, patuhi Pancasila kalau ingin NKRI utuh. Sebenarnya itulah yang diperjuangkan ibu Megawati yaitu mengutamakan persatuan dan kesatuan. Ya politik persatuan atas dasar cinta bagi semua, bukan hanya cinta kepada keluarga atau anak sendiri.

Sunday, February 11, 2024

Bukan uang tujuan tapi prosesnya.




Saya termasuk yang tidak pernah percaya dengan mistik. Itu didikan keluarga, yang memang melarang percaya dengan mistik.  Kita percaya hal gaib tetapi mistik tidak. Tahun 93 saya mondok di Ponpes di Banten khusus mengikuti program puasa mutih. Ceritanya begini. Awalnya saya tidak tahu tempat ponpes itu. Saya tahunya dari mimpi. Awalnya saya tidak percaya. Tetapi karena pesan itu dalam sebulan datang 4 kali. Akhirnya saya datang juga. 


Pesan dalam mimpi itu menyebut arah ke ponpes. Saya arahkan supir seperti arahan dalam mimpi. Dan terus jalan. Sampai juga ketitik lokasi yang ditentukan dalam mimpi. Itu bukan ponpes modern. Sangat sederhana. Ada beberapa tempat belajar yang terbuat dari anyaman bambu. 4 bangunan diapit oleh Masjid di tengah tengahnya. Itupun bukan kelas masjid, tepatnya hanya surau seperti  di kampung saya di Minang. 


Belum sempat saya mengenalkan diri, orang tua yang pengelola ponpes itu sudah menyapa saya lebih dulu dalam bahasa minang. Tetapi mulutnya tidak bergerak. Artinya dia bicara lewat telepati, dengan bahasa ibu saya. “ Saya dapat pesan dari kakek kamu untuk membawa kamu ke gerbang dimensi 7. Di alam ini ada 13 dimensi. Setiap dimensti ada gerbang. Kamu berkesempatan masuk ke gerbang 7” Katanya lewat telepati. 


Saya tatap lama. Percaya tidak percaya. “ Apakah saya bisa minta air minum” Kata saya dalam hati. Kalau benar dia beri saya air minum, itu artinya saya benar berbicara dengan dia. Benarlah. Dia berdiri mengambil air minum dari dapur. Serahkan ke saya.”. Kamu capek. Istirahatlah” katanya dengan telepati dan berlalu mengajak saya ke  kamar. “ Ini tempat tidur kamu selama mutih” Katanya.


Seminggu ikut program mutih, satu pagi sehabis sholat subuh, dia ajak saya ke pekarangan belakang masjid. Seketika saya melihat istana megah berlapis emas.  Dia tuntun saya masuk. Di dalam istana itu emas berbatang batang tersusun rapi di rak. Tumpukan dollar dan beragam mata uang bersusun di lemari kristal. Gudangnya luas sekali. Semua emas dan uang. Saya berkali kali pukul kepala saya untuk pastikan saya tidak bermimpi. Nyata dan memang tidak mimpi. Sekejab kemudian saya sudah ada di dalam masjid.


40 hari saya lewati program mutih itu, puasa hanya makan sedikit dan minum pada saat buka puasa. Program mutih saya selesai. Sebelum pulang dia berkata dalam bahasa telepati “ Saya tahu kamu sedang bangkrut. Mari ikut saya. “ Katanya seraya menarik lengan saya masuk ke istana megah. Masuk ke gudang ” Ambil lah uang atau emas sesuka kamu. Pakailah untuk usaha kamu” Katanya. 


Saya lama perhatikan tumpukan emas dan uang itu. Wajah ibu saya membayang. Seketika saya putar badan dan keluar ruangan. Saya tidak mau harta itu. Lambat laun dari jauh keliatan ibu saya datang dalam keadaan masih bermukena. Ibu saya peluk saya. Dan seketika saya kembali ke dunia nyata. Istana itu lenyap dan saya masih duduk bersila di masjid. Pak Tua itu tersenyum dan peluk saya juga.  “ kamu lulus! Bisiknya.


Selanjutnya saya tidak lagi focus kepada uang tetapi proses..sunatullah “ Perbanyak silahturahmi, banyak membaca, mendengar dan melihat, itu sumber harta yang tak lekang oleh waktu.  Nah hikmahnya bukan uang sebagai tujuan,  tetapi proses mendapatkan itu membuat kita bijak dan tahu arti bersukur dan mencintai. Orang yang tidak menghargai proses pasti dia tidak akan tahu arti bersukur dan tidak paham arti etika dan moral.

Pemerintah Suriah jatuh.

  Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...