Sunday, August 07, 2022

Hakim?

 



Sukri malam hari naik ke atas genteng rumah warga. Anjing pemilik warga itu menggonggong. Sehingga mengundang tahu tukang ronda. Mereka datang ke rumah warga itu. Kedapatan Sukri sedang diatas genteng. “ Maling..!!! teriak mereka. Akhirnya Sukri tidak berkutik ketika dikepung oleh warga. Dia menyerah. Digelandang ke kantor polisi. Di kantor Polisi Sukri dipaksa mengaku mencuri. Sukri mengakui  semua tuduhan itu.


Di pengadilan. Hakim memutuskan Sukri bebas. APa pasal ? Pengacara pertanyakan. “ Kalau memang Sukri didakwa mencuri. Mana barang buktinya? Pengacara ingin melepaskan opini dan dugaan terhadap kesaksian   dan pengakuan terdakwa (BAP).


Hakim terdiam. Karena walau BAP ada pengakuan Sukri. tetapi tidak ada barang bukti dihadirkan dalam sidang. Hakim tidak kehilangan akal. Karena dalam persidangan hakim berhak bersikap berdasarkan pemeriksaan terdakwa. Gini pemeriksaan hakim,


“ Kenapa kamu naik keatas rumah orang? Pertanyaan ini untuk mendukung opini dan sangkaan mencuri. 


“ Mau ambil burung saya yang lepas tadi siang, yang mulia” Jawaban yang tidak logis. Tapi itu hak terdakwa.


“ Kenapa harus malam malam ? Hakim bertanya dalam keraguan atas jawaban terdakwa.


“ Ya kalau siang, belum saya dekati udah kabur. Gimana mau nangkapnya. Kalau malam hari kan mata burung perkutut rabun. Jadi mudah ditangkap” Jawaban logis.


“ Baik lah, kenapa engga minta izin kepada pemilik rumah? Pertanyaan normatif terhadap sikap logis terdakwa.


“ Saya udah minta izin. Tuh buktinya anjing aja tahu. Makanya dia menggonggong” Jawaban telak. Karena keberadaan saksi pelapor karena adanya gonggongan anjing.


“ Kenapa kamu bela balain amat burung itu? Pertanyaan logis dan normatif.


“ Itu hak batin saya. Tanpa burung itu hidup saya terasa tidak sempurna.” Nah jawaban subjektif dan secara hukum, itu  hak asasi dari terdakwa sebagai manusia.


Terakhir , " Mana burungnya sekarang? tanya hakim.


" Ya terbang pak Hakim. Karena warga pada ribut datang" Hakim selesai dan perhatikan wajah sukri dan menarik napas. Engga ada ruang opini lagi. Sukri  tidak bisa dituduh mencuri hanya karena dia ada diatas genteng rumah orang.


Apa yang dapat dipelajari dari kasus tersebut diatas? Fakta hukum harus dihadirkan jaksa penuntut di persidangan. Itu tugas penyidik ( polisi ) menyiapkan barang bukti. Di persidangan Jaksa dan pengacara tidak boleh beropini kecuali hakim. Hakim dengan kebebasanya, bisa saja membuat keputusan dengan mengabaikan semua fakta dan bukti atas dasar keyakinannya selama proses persidangan. Contoh kasus racun sianida di dalam kopi Mirna. Jessica sahabat mirna yang ada di TKP dihukum karena keyakinan hakim saja.


Kebebasan hakim adalah seorang hakim dalam memeriksa dan memutuskan suatu perkara, bebas dalam menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat, serta bebas dari segala pengaruh pihak luar yang dapat merubah keyakinannya tentang rasa keadilan yang dimilikinya.  Artinya substansi hukum kita ada pada hati nurani hakim. Makanya yang paling banyak masuk neraka ya Hakim. Hakim brengsek. Masuk sorga juga paling banyak hakim. Hakim yang adil. Begitulah sistem hukum kita


Wednesday, August 03, 2022

Keterpurukan ekonomi AS

 



Minggu lalu teman saya di New York telp bahwa dia mau datang ke jakarta untuk urusan business dengan relasinya. Saya tahu tiga tahun lalu dia bangkrut. Mungkin ini peluang bagi dia untuk bangkit lagi. Jarang jarang dia telp saya. Tapi saya tahu diri. “ Jhon, kirim passport kamu. Saya akan suruh orang saya untuk siapkan akomodasi untuk kamu” Kata saya.


“ Thanks so much, my friend.” Katanya senang.


Tadi sore saya ketemu dia di Hotel Grand Hyatt. Tentu setelah dia usai dengan kesibukannya. “ B, luar biasa. Jakarta sangat jauh beda di banding 18 tahun lalu. Tadi siang saya ketemu dengan relasi saya di hotel Fairmont Senayan. Teman saya sempat ajak saya makan siang di Plaza Senayan. Wah saya liat masyarakat Indonesia sudah naik kelas. Beda dengan kami di AS. Mereka percaya diri sekali dengan resto yang menurut kami ukuran AS tidak semua bisa menikamati itu. “ Katanya.


“ Dulu..” Katanya dengan nada prihatin. “ Kami pernah merasakan kemakmuran seperti Indonesia ini. Tapi itu sudah masa lalu, B. “ Katanya dengan raut sedih.


“ Bagaimana Indonesia bisa bangkit dari keterpuruk krisis 1998 dan terakhir  tahun 2008? Tanyanya.


“ Kami rakyat tidak pernah tahu ada krisis. Yang krisis itu ya pemerintah.Toh ekonomi booming era Soeharto, rakyat tidak merasakan. Rakyat biasa saja. Kami tetap sibuk. Ada uang berbagi engga ada uang ya bersabar aja. Tetap bersukur saja”


“ Ya bagamana bisa melewati krisis itu. Padahal tahun 1998 rasio hutang terhadap PDB diatas 100% dan Devisa tidak cukup untuk belanja. Belum lagi kena bencana Alam tsunami di Aceh. “


“ Ya para elite itu disaat krisis mereka kompak. Saling mengalah dan memberikan peluang siapa yang mampu untuk memimpin. Dari situ kami bisa selesaikan krisis moneter dengan jenial. Masalah BLBI diselesaikan lewat MSAA. “


“ gimana dengan debitur BLBI dan KLBI”


“ Apa peduli kami. Mereka mampu bayar 20% ya itu aja diambil untuk ongkosi APBN yang tekor. Puji Tuhan, karena harga komoditas melambung dipasar dunia. Kami tertolong. Dari sana ekonomi bergerak.”


“ tapi kan engga cukup untuk pembangunan?


“ Ya utang lagi.”


“ Kok utang?


“ Selagi ada yang percaya, utang ditambah. “


“ Apa engga mikir soal masa depan?


“ Dari dulu kalian selalu berhitung dan berpikir soal masa depan. APakah kalian  baik baik saja sekarang? engga kan. Nah kami engga hidup soal masa depan. Kami hidup soal hari ini. Ada asing yang mau beli SBN, ya kami jual. Engga ada asing yang mau beli ya rakyat yang beli SBN itu. Gitu aja”


“Sesederhana itu ya”


“ Ya memang sederhana. Sangking sederhananya. Jadi pemimpin negeri ini mudah. Orang buta aja bisa jadi presiden. Ibu rumah tangga bisa jadi presiden. Jenderal yang doyan nyanyi juga bisa. Bahkan tukang kayu juga bisa.”


“ Mengapa ?


“ Karena rakyat engga merasa perlu banget pemimpin. Mungkin juga rakyat tidak paham perlu negara. “


“ Tapi mengapa ekonomi bisa perkasa begini?


“ Itulah miracle of Indonesia. PNS gaji dibawah Rp. 10 juta bisa punya rumah mewah dan tabungan miliaran. APBN defisit, selalu bisa ditutupi dari utang. Selalu ada yang kasih pinjam. Itu hanya ada di Indonesia. Mereka jago capitalisasi jabatan dan retorika. Jago leverage kekuasaan untuk recovery ekonomi  dan karena itu ekonomi bergairah oleh kekuatan konsumsi domestik. “


“ oh…Hebat ya..”


Saya senyum aja. Ketemu bule kere, memang bebas ngonong apa saja. Dasar pedagang sempak


***


“ Mengapa sampai begitu buruknya ekonomi AS. Sampai begitu banyak homeless di sana.” Tanya saya. Jhon terdiam. Mungkin dia sedang berusaha memilih kata yang tepat untuk menjawab fakta. Maklum dia lulusan Harvard. Sebelum bangkrut. Dia pernah jadi partner private equity di New York. Dia kini berhadapan dengan saya. Tahun 2010 dia pernah berkata kepada saya “ rakyat indonesia itu seperti monyet. Punya kemauan tapi dungu” Saat itu saya diam saja. Maklum dia memang diatas istana dengan setelan jas mahal. Saya hanyalah orang Indonesia yang terbuang di negeri orang. Sama seperti buruh migra di Luar negeri.


“ B, perumahan sangat besar stok nya di AS. Tetapi  dari 10 rumah dibangun, 9 rumah dikuasai 1 orang. Mereka punya akses kepada pembiayaan investasi. Mereka menahan rumah untuk meningkatkan value aset mereka.  Apalagi saat inflasi semakin menggila. Investasi di property itu semacam safe haven. Membuat harga rumah tidak lagi terjangkau bagi orang miskin. Bahkan untuk ukuran yang sederhana saja, rakyat tidak mampu mengaksesnya


Awalnya para elite politik kami selalu beralasan bahwa homeless itu karena penyakit mental. Kemiskinan struktural karena low educated, kecanduan obat obatan, budaya migran yang lemah bersaing. Itu homeless yang mereka maknai. Tetapi sejak crisis lehman, kelas miskin sudah tidak mampu lagi bayar cicilan rumah. Dan akhirnya, berlanjut merambah ke  kelas menengah. Mereka juga tidak mampu bayar cicilan rumah. Tesis homeless karena low educated dan penyakit mental, terbantahkan. Fakta penyebabnya adalah sistem kapitalis yang sedari awal menyimpan masalah.


B, kamu tahu, setiap jengkal tanah kamu kuasai, ada hak orang lain yang kamu rampas. Akses kepemilikan itu memang brutal.  Sistem memberikan pelonggaran kepada konglomerat wallstreet, tetapi juga memberikan peluang menyingkirkan banyak orang. Melewati batas hati nurani. Sementara pihak otoritas tidak punya banyak pilihan untuk mengatasi, Kalau dipaksa maka pilihannya  adalah kapitalisme harus runtuh di jantung pusat peradaban dunia. Termasuk demokrasi juga  akan runtuh sebagai derivat liberalisme pasar. Kami dibusukan oleh jargon utopia kebebasan pasar.


B, Pada tahun 2020, sekitar 1 dari 6 anak,  hidup dalam keluarga dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan resmi. Tahun 2020  tingkat kemiskinan mencapai 11.4%. Padahal tahun 2019 hanya  10.5%. Tahun ini melayang sudah tingkat kemiskinan. Engga bisa lagi bicara soal tingkat kemiskinan. Jutaan homeless. Pemandangan homeless ada disemua kota besar. Sejak krisis Lehman, kami kehilangna 1/3 PDB kami. Kami gagal dan sedihnya, sebagian besar kami tidak mengerti, dan mungkin tidak percaya bahwa ini semua terjadi pada negara kami yang dikenal sebagai super power” Kata Jhon dengan wajah miris.


Saya tidak hendak membahasnya. Rakyat Amerika sudah menentukan pilihan tentang sistem yang cocok untuk mereka. Sistem itu pernah membuat AS jaya dan sangat perkasa dan kini mereka jatuh. Hidup memang begitu. Tidak ada pilihan yang benar dan paling ideal. Semua adalah proses bagi setiap bangsa untuk belajar dari setiap krisis. Apakah mereka akan semakin kuat atau hancur. Itu juga pilihan.


Sebelum pulang saya beri Jhon uang USD 10,000. Dia berlinang airmata “ Pintu SIDC terbuka untuk kamu. Kerjalah di Shanghai. Engga usah sungkan. Kita sahabat. Nanti kalau keadaan ekonomi  normal, kamu bisa pulang ke New York  “ Kata saya. Dia rangkul saya. AS memang dilanda resesi. Tetapi tidak menghingkan fakta bahwa SDM mereka memang hebat. Jhon adalah sahabat saya dan juga sumber daya bagi bisnis saya.

Friday, July 29, 2022

Paradox

 




Teori ekonomi itu bagus. Hukum permintaan dan penawaran sangat ideal diatas asumsi yang juga ideal. Hukum hubungan antara pendapatan, konsumsi dan tabungan begitu apiknya dalam rumus persamaan keseimbangan. Lantas kemudian krisis ekonomi terjadi. Bukan hanya sekali tetapi berkali kali. Lucunya masih juga kembali lepada teori sebagai solusi.Hasilnya tetap aja krisis. Kalau dianalogikan. Ketika anda yakin semua akan baik baik saja karena teori maka saat itu anda sedang onani. Menikmati euforia karena halusinasi saja.


Mungkin lebih separuh manusia di planet bumi penganut agama yang taat. Sebagian lagi tidak taat. Faktanya terjadinya perang dan kerusakan, pencurian, korupsi, palacuran dan lain sebagainya perbuatan amoral dilakukan oleh mereka yang beragama. Caranya semakin canggih dan vulgar. Tokoh agama engga malu pamer harta kekayaannya padahal hidupnya dari donasi. Lucunya, selalu solusinya kepada agama. Kalau anda yakin bahwa agama sebagai solusi, maka sebenarnya anda sedang euforia karena halusinasi saja.


Seperempat abad yang lalu Albert Hirschman sudah mengatakan hal itu dalam esainya, Against Parsimony: Three Easy Ways of Complicating Some Categories of Economic Discours: ketika kapitalisme bisa meyakinkan setiap orang bahwa ia dapat mengabaikan moralitas dan semangat bermasyarakat, public spirit, dan hanya mengandalkan gairah mengejar kepentingan diri, sistem itu akan menggerogoti vitalitasnya sendiri. Sebab vitalitas itu berangkat dari sikap menghormati norma-norma moral tertentu, sikap yang katanya tak diakui dan dianggap penting oleh ideologi resmi kapitalisme.


Adam Smith, sang Nabi ekonom dalam bukunya, The Theory of Moral Sentiment, menyebutkan tentang perlunya perikemanusiaan, keadilan, kedermawanan, dan semangat bermasyarakat..Artinya ketika kapitalisme kehilangan moral dan kebersamaan, dan lebih mengandalkan kepentingan pribadi, maka kapitalisme sebagai sistem akan hancur. Misi kenabian paling utama Rasulullah Saw adalah menyempurnakan akhlak mulia. Hal ini sesuai sabda beliau: Aku diutus oleh Allah Swt, semata-mata untuk menyempurnakan akhlak mulia. Coba tanya pada agama lain. Esensinya sama, yaitu moral atas dasar kasih dan sayang.


Tapi lucunya hal yang esensi dari Adam Smith dan Rasul itu, tidak pernah masuk dalam teori dan apalagi sebagai solusi. Ketika saya katakan bahwa pasar uang dan modal sumber kerusakan kapitalisme dan paradox dari sistem ekonomi, saya dianggap sok tahu. Ya udah. Saya katakan bahwa demoralisasi terjadi bukan karena syariat agama tidak diterapkan, tetapi karena akhlak buruk, yang siapapun termasuk yang taat syariat juga bisa brengsek kelakuannya.


Saya bersukur tidak pernah sekolah ekomomi dan walau menguasai tidak euforia dengan teori itu. Saya juga tidak merasa salah tidak ahli agama walau saya menghormati syariat. Hidup saya realistis saja. Saya tidak merasa rendah selagi engga bokek dan tidak merugikan orang lain, menghormati siapapun yang berbeda. 


Wednesday, July 27, 2022

Harapan ...

 



Tahun 2012. Usai rapat di bank, saya mendesak untuk menghadiri rapat disuatu hotel. Karena Jakarta memang ketika sore selalu macet maka saya memilih naik ojek yang berada dikawasan Benhil. Tukan Ojek itu belum terlalu tua namun nampak tua karena himpitan kehidupan keras dibelantara kota Jakarta.


“ Kemana tujuannya , pak “ katanya dengan ramah


“ Borobudur hotel”


“ Baik, pak.” Katanya sambil menyerahkan helm untuk saya pakai.

Ketika berbelok kearah sudirman , dalam kecepatan tidak begitu tinggi motor itu  menyentuh roda depan sebelah kiri kendaraan sedan mewah disampingnya. Seketika motor itu oleng. Saya bisa merasakan tukang ojek itu tak bisa lagi mengendalikan motornya dan terjatuh menabrak trotoar. Untunglah kami tidak ada yang luka. Hanya stang motor itu bengkok. Nampak wajah sedih tukang ojek itu memperhatikan keadaan motornya. Dalam situasi itu, pemilik kendaraan keluar dari mobil.


“ Mau cari mati kamu. “ teriak pengendara mobil mewah itu seraya menarik kerah baju tukang ojek itu yang nampak tak melakukan perlawanan apapun. Dia hanya menunduk. Setelah membentak tukang ojek itu, pengendara itu melihat kearah depan kendaraannya. Nampak kesal karena ada goresan sedikit. Kembali pengendara itu menghampiri tukang ojek.


“ Kamu tahu kamu salah ! heh..” Kata pengendara itu dengan ketus. “ lihat akibat perbuatan kamu yang sok jagoan motong dari sebelah kiri pas belokan, kendaraan saya lecet. Apa ada uang kamu untuk perbaiki?. Dasar goblok, bodoh. Kalau mau mati mati aja sendiri. Kalau susah jangan bawa bawa orang , tahu !“ lanjutnya dengan suara keras. 


Tukang ojek itu tidak menjawab. Hanya diam menunduk sambil memperhatikan stang motornya yang bengkok. Semua itu saya perhatikan dengan seksama sampai pengendara itu masuk kembali kedalam kendaraan dan berlalu.


Saya tahu bahwa tukang ojek itu salah. Saya juga tahu bahwa pengendara mobil mewah itu benar. Tapi bagaimanapun tidak ada yang menginginkan kecelakaan terjadi. Tidak ada. Pada situasi ini, saya berharap pengendaraa mobil dapat bijak. Setidaknya dengan kata kata yang lembut tanpa harus mengeluarkan kata kata bernada keras. 


Tapi ya sudahlah semua telah terjadi. Tinggal kini , saya dan tukang ojek itu. Sebetulnya saya bisa segera naik taksi untuk melanjutkan perjalanan saya dan melupakan tukang ojek itu, namun melihat wajah tukang ojek itu membuat saya terenyuh. Apalagi dia terduduk di samping kendaraannya dengan tatapan kosong.


“ kamu tidak apa apa kan ? tanya saya lembut.


“ Engga apa apa Pak. Saya minta maaf karena sudah hampir membuat bapak celaka” katanya.


" Engga perlu minta maaf. Ini kecelakaan. Semua orang bisa saja mengalaminya. Yang penting kita selamat tidak kurang apapun. “


“ Ya sebetulnya saya sedang bingung waktu bawa motor tadi. “


“ Bingung kenapa?


" Anak saya yang tamat SD tahun lalu belum bisa masuk SMP karena tidak ada uang. Adiknya tahun ini akan tamat SD, entah gimana kelanjutannnya nasip keluarga saya. Sejak di PHK di pabrik, saya berusaha cari kerjaan tapi engga berhasi.Hanya ngojek inilah pencarian saya." Katanya. Nampak wajah putuh asa. " Dengan keadaan motor seperti ini, saya tidak tahu apakah pemilik motor masih mau sewain kesaya" sambungnya.


“ Oh, jadi motor ini punya orang lain ? “


“ Ya pak. Saya sewa harian dari pemiliknya. “


“ Berapa penghasilan kamu  sehari “


“ Paling banyak Rp. 30,000 yang bisa saya bawa pulang menghidupi istri dan dua anak. " Katanya. Terbayang oleh saya harga secangkir hot capucino di starbucks seharga Rp. 36000 yang hanya habis sekali minum namun tukang ojek ini mendapatkan uang sebanyak itu harus berlelah seharian dan kadang mengambil resiko tersambar atau menyambar kendaraan lain.


“ kamu tamatan apa sekolahnya “


" Hanya SMA pak. “


Saya terhenyak. Memang tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak untuk tamatan SMU pada era sekarang. Dihadapan saya ada seorang ayah, juga suami. Dia sama dengan saya . Yang mempunyai tanggung jawab karena lembaga keluarga tercipta dari dua kalimasahadat. 


Saya memang lagi sulit namun saya masih punya harapan. Sementara dia, lelah dan kalah juga dikalahkan oleh keadaan. Perjalanan hidupnya masih panjang dan beban  yang pasti membawa dia dalam kelam. Empati saya larut dan juga malu pada diri saya sendiri bila pada momen in saya tidak bisa berbuat sesuatu untuk dia.


“ Berapa biaya perbaiki stang motor ini? Tanya saya karena ingin segera pergi kawatir terlambat untuk rapat.


“ Maksud bapak ?


“ Saya akan kasih kamu uang untuk perbaiki motor ini “


“ Engga perlu pak. Lagian ini salah saya. “


“ Ok,lah. Saya kasih kamu uang saja. Perbaiki motornya ya.” Kata saya sambil menyerahkan uang  Rp. 1 juta rupiah. Karena kebetulan tadi sebelum berangkat saya mampir ke ATM untuk ambil uang tunai . Dia nampak berlinang air mata ketika menerima uang dari saya.


Didalam taksi saya termenung. Peristiwa baru saja terjadi telah menyadarkan saya. Tukang ojek itu adalah cermin dari sebagian besar penduduk republic ini. Mereka bergerak ditengah kemegawahan kota metropolitan. Di tengah kehebatan data statistic tentang pertumbuhan ekonomi nasional dan harapan akan masa depan gilang gemilang sebagai Negara dengan GNP diatas USD 500 miliar.


Setiap hari tukang ojek itu menyaksikan kesibukan kapitalis dari kelompok menengah yang semakin pongah. Dia diam menatap itu semua. Bagi dia , apa yang bisa diharapkan sebagai buruh ojek yang tidak punya motor sendiri.Apa yang bisa diharapkan oleh buruh tani yang tidak punya tanah sendiri. Apa yang bisa diharapkan oleh buruh nelayan yang tidak punya kapal motor sendiri. Tidak ada harapan. Kecuali mengisi hari hari untuk bertahan hidup.Semoga kelak lahir pemimpin peduli kepada mereka dan memberi harapan..


Padahal harapan adalah sesuatu yang baik. Bahkan sangat baik. Karena sebuah harapan membuat kita bergairah hidup dan tak kenal lelah untuk menggapainya. Walau karena itu kita harus menghadapi banyak rintangan dan ketidak pastian. Namun tidak bagi mereka. Harapan telah sirna seiring semakin pongahnya kelompok menengah, Saya tidak tahu bagaimana hidup tanpa harapan. Tak ada titik terang kecuali melewati hari hari seperti biasa sampai akhirnya berhenti dan selesai, ketika ajal menjemput.


***

Beberapa bulan kemudian ketika saya usai makan siang di Benhil setelah menyelesaikan keperluan di Bank, seseorang menegur saya dan berusaha meraih tangan saya untuk bersalaman.


“ Masih ingat saya pak ? tanyanya


Saya berusaha mengingat tapi tetap saya lupa. Namun saya berusaha tersenyum


“ Ingat tiga bulan lalu bapak naik ojek saya dan kecelakaan,dan bapak kasih saya uang” katanya berusaha mengingatkan saya.


“ Oh..ya. Saya ingat. Gimana kabarnya “ Segera saya ingat ketika dia berkata soal kecelakaan.


‘ Alhamdulillah. Dengan uang yang bapak kasih Rp 1 juta itu saya gunakan untuk membayar uang muka beli motor  dan selanjutnya saya akan mencicil. Biaya cicilannya masih lebih rendah dibanding saya bayar uang sewa . “ katanya dengan berwajah cerah. “ Berkat motor cicilan ini, saya bisa bisa memasukan kedua anak saya ke SMP. “ Sambungnnya.


“ Alhamdulillah” kata saya tersenyum


“ Dengan  kedua anak saya bisa sekolah, saya dan istri bisa berharap akan masa depan. TIdak ada masalah bila kini kami harus hidup serba kekurangan . Saya akan kerja keras agar anak anak saya bisa terus sekolah sampai perguruan tinggi. Mereka harapan saya pak…”


Dia merangkul saya “ terimakasih pak, sudah memberikan harapan untuk saya…” Katanya sambil berbisik.


Tanpa disadari uang Rp. 1 juta yang tiga bulan lalu saya berikan dengan ikhlas ternyata itu sebuah harapan bagi tukang ojek.Saya tahu tidak mudah bagi  dia melewati hidup yang keras. Tapi semangatnya sudah cukup meyakinkan saya bahwa dia akan baik baik saja. Karena dia ada semangat.  Hidupnya kembali bergairah. 


Lewat peristiwa kecelakaan dan tukang ojek itu, sebetulnya Allah sedang berdialogh dengan saya dan juga kita semua yang berada di middle class. Mungkin kegegemaran kita berkosumsi dan memanjakan diri, menelan ongkos kadang lebih dari Rp. 1 juta sehari. Tidak ada value kecuali sekedar memenuhi keinginan yang tak terpuaskan. Padahal andaikan kita mau menahan selera dan menebarkan kekuatan konsumsi untuk berbagi kepada siapapun yang membutuhkan pertolongan maka sebetulnya kita telah menebarkan harapan yang kebanyakan telah sirna bagi simiskin.


Jangan biarkan mereka jatuh kedalam kelam, jangan...Siapa lagi yang mereka harapkan kalau bukan kita yang berlebih. Karena itulah Allah menciptakan kita untuk menebarkan keadilan bagi mereka yang duafha. Kehidupan bukanlah apa yang kita pikirkan tapi apa yang kita perbuat walau hanya sebatang lilin yang bisa menerangi gelap mereka. Membangkitkan harapan orang lain adalah perbuatan cinta. Ya, walau hanya sebatang lilin , setidaknya kita telah menghapus kelam bagi mereka untuk sebuah harapan dalam ruang yang gelap..


Tahun 2012

Buku harianku..


Pemakan bangkai

 





Si Udin pedagang sempak di kaki lima. Ini jenis usaha informal bernama. Setiap hari secuil laba didapatkan. Setiap hari uang habis untuk dimakan. Tidak ada yang ditabung. “ Itu semua kendaraan mewah yang ada di jalanan. Pemiliknya sama saja dengan aku. Apakah mereka merasakan was was seperti aku. Kalaulah, kaya itu dekat ke dosa, mungkin berdosa juga tidak buruk daripada setiap hari kawatir tidak makan” kata Udin dalam hati. Dia tidak mengeluh. Hanya bertanya soal keadilan yang semakin jauh.


Udin mulai tertarik membeli baju impor bekas. Walau bekas tetap saja merek berkelas. Harga murah barang berkualitas. Beda produksi dalam negeri yang jahitannya mudah lepas. Omzet meningkat. Laba meningkat. Tabungan juga tambah berlipat. Hidup Udin berubah tempat. Jadilah dia pengusaha formal. Tak lagi di kaki lima hidup bersama mereka yang kumal. Ia bergaul dengan ormas terkenal. Yang menuntunnya mengakses modal. Bank memberinya kredit NRL skema. Uangpun diterima. Pabrik sempak berdiri impian menjelma. Kepada ormas dan pejabat dia berderma.


Distribusi barang merambah. Jumlah pekerja bertambah. Laba meningkat bertambah. Berlalunya waktu hidup berubah. Kepada OJK dia melirik sumber modal. Izin IPO diajukan untuk melantai di pasar modal. Saham 1 rupiah dijual dengan harga Rp. 300 rupiah. Uang mengalir dan Visi bisnis pun berubah. Persepsi pasar menjadi prioritas. Citra dibangun agar rating teratas. Value saham digoreng agar naik tak terbatas. Value diri pun naik kelas


Jadi perusahaan terbuka. Sehingga peluang leverage terbuka.  Udin tidak perlu kerja keras untuk bayar utang bank. Exit lewat penerbitan obligasi non bank. Belum cukup terpuaskan. Diapun melakukan kontrak REPO untuk menarik uang dari para spekulan. Uang mengalir lagi. Dari aliran uang masuk itu, dia punya akses ke politik dan pejabat tinggi.


Dengan uang ditangan dia mudah dapatkan izin konsesi tambang. Konsultan menentukan nilai tambang. Kontraktor kerja mengeruk tambang. Pasar ekspor dirambah, diapun semakin berkembang. Aliran uang dari berbagai sumber itu, dia dirikan bank. Modal hanya 8%, 92% uang publik mengalir ke bank. Udin ongkang ongkang kaki,  orang setor uang ke bank. Pembinaan ada pada central bank.


Udin semakin kaya dan semakin sadar bahwa “ kekayaan itu ada pada kekuasaan. Kekuasaan itu ada pada birokrasi.” Tapi itu tidak gratis. Tidak hanya perlu effort besar tapi juga perlu mental culas. Dari pedagang, pengusaha tokoh agama, politisi, pejabat, sama saja. Hanya beda caranya saja. Ada ada yang vulgar dan ada yang nampak bersehaja. Sistem memberikan kesempatan bagi siapapun jadi pemangsa. Yang korban tetaplah rakyat jelantah hidup nelangsa.

Thursday, July 14, 2022

Keadilan sosial?

 




Pada Pancasila tidak ada sila yang menjanjikan kemakmuran. Yang ada hanyalah keadilan sosial. Mari kita pahami bahasa. Kata Adil pada Pancasila ada dua. Satu, kemanusiaan yang adil dan beradab. Kedua, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Perhatikan. Kemanusiaan yang adil dan beradab itu, konteksnya adalah akhak yang melekat pada manusia. Ini menyangkut hak asasi yang dimiliki oleh rakyat, bukan hak pemberian dari negara. Jadi tugas negara yang harus melindungi hak itu.


Nah gimana dengan “ keadilan sosial bagi seluruh rakyat”, itu adalah kewajiban yang harus diberikan oleh negara. Philosopi negara memang tidak menjanjikan hasil tapi mengajak rakyat berproses. Mengapa? Keadilan sosial itu bukan adil sama rata dan sama rasa. Tetapi keadilan proporsional. Jabatan OB kan engga mungkin sama gajinya dengan Manager. Driver Ojol kan engga mungkin sama dengan driver pesawat terbang. Jadi keadilan sosial itu keadilan sesuai dengan effort orang perorang. Sampai dini paham ya.


Untuk mencapai keadilan sosial, sebenarnya pemerintah tidak sulit. Karena toh engga ada janji politik rakyat pasti makmur seperti jargon khilafah atau syariah islam yang menjanjikan too good to be true. Dalam Pancasila ada sila ke tiga tentang “ persatuan indonesi.” Ini bukan saja bermakna negara kesatuan tetapi yang esensinya adalah semangat gotong royong. Artinya Negara tinggal membuat kebijakan yang memungkinkan terjadinya proses gotong royong itu.


Gimana contoh kongkritnya?


Misal Soal Bisnis Sawit. Kebiajakan PIR itu sudah bagus. Dimana Plasme dan inti bergotong royong dalam kegiatan produksi. Tetapi seharusnya tidak hanya dalam hal produksi, distribusi dan tata niga juga harus ada kebijakan gotong royong itu. Andaikan rakyat tidak mampu ya negara yang menyediakannya lewat stokis dan logistik. Dengan begitu negara tetap punya akses menjamin terjadi proses gotong royong. Maka keadilan bukan hanya bagi produsen tetapi juga rakyat sebagai konsumen.


Tapi kan besar sekali ongkosnya untuk menyangga produksi sawit. Itu butuh tangki yang besar dan kawasan khusus untuk logistik? Lah kalau tidak mampu mengatur tata niaga, ngapain pemerintah beri izin HGU  kepada pengusaha kebun yang luasnya terbesar di dunia? Apakah kebijakan hanya untuk segelintir orang yang jadi orang super kaya di negeri ini?  Itu jelas bertentangan dengan Pancasila sila kedua dan lima.


Kalau ada niat untuk melaksanakan Pancasila, tentu tidak perlu kawatir. Toh semua demi keadilan sosial. Agar semua orang punya akses dan kesempatan sama dan hasilnya tergantung effort masing masing orang. Sayang sekali, mindset Pancasila yang sederhana itu tidak dipahami oleh para elite tapi anehnya mereka berikrar bahwa Pancasila harga mati. Entahlah


Pemerintah Suriah jatuh.

  Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...