Sunday, November 10, 2019

Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.

Ada nitizen berkata kepada saya bahwa hadith nabi soal “ tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China” اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ. Mayoritas ulama menilai hadits ini sebagai hadits dho’if (lemah). Ibnu Hibban menilai hadits ini adalah hadits yang bathil. Sedangkan Ibnul Jauziy menilai bahwa hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu). Ini hanya pendapat ulama. Kita tidak tahu pasti mana yang benar dan mana yang salah. Masing masing cara berpikirnya textbook dari kitab kitab sebelumnya tanpa berusaha menggunakan nalar secara bebas. Tapi saya ingin menggunakan nalar saya untuk mengetahui kebenaran Hadith itu.

Seaadainya benar Nabi pernah bersabda soal “ tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China”. Tentu ada dasarnya, apalagi ini bukan berasal dari Firman Allah. Mengapa ? Nabi Muhammad lahir di Mekah pada 570 dan wafat di Madinah tahun 632. Ketika Era Nabi, China berada di bawah Dinasti Tang yang kelak digantikan oleh Dinasti Song. Saat itu China mengalami “Zaman Keemasan” (Golden Age) karena maju pesat di berbagai bidang: pendidikan, seni, sastra, budaya, politik-pemerintahan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Chang’an (kini Xi’an) sebagai ibu kota, menjelma menjadi kota kosmopolitan dan pusat peradaban yang masyhur kala itu. Banyak para sastrawan, sarjana, dan ilmuwan hebat lahir pada masa ini.

Bagaimana dengan sistem pemerintahan China ketika itu ? Dinasti Tang menerapkan sistem pemerintahan terbuka di mana hanya orang yang punya kapabilitas, kompetensi dan intelektualitas ( bukan KKN) yang berhak duduk di pemerintahan. Proses seleksi sangat ketat dan terbuka. Pada Dinasti Tang pula sistem clearing perdagangan imbal beli dengan jaminan emas di perkenalkan keseluruh dunia yang menjadi mitra dagangnya seperti Arab, Persia, Maroko dan Afrika Utara dan Barat lainnya melalui Jalur Sutera (Silk Road). Untuk mendukung itu Dinasti Tang menyediakan ribuan kapal dan pejelajah darat yang hebat. Juga menyediakan World trade Center bernama Fan Fang, untuk menampung para pedagang dan pelayar dari Timur Tengah dan Afrika ini.

Ketika itu Jeddah yang berada di wilayah Arab adalah pusat perdagangan dan pelayaran di Semenanjung Arabia. Kota pelabuhan ini ramai dikunjungi oleh pedagang dari berbagai belahan dunia. Melalui mereka lah Nabi mendapat cerita kehebatan peradaban China. Mungkin alasan logis mengapa Nabi sampai mengeluarkan sabda bahwa tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Kelak, setelah Rasul wafat , Khalifah Usman bin Affan, menunjuk Sa’ad bin Abi Waqash pahlawan penakluk Persia untuk memimpin delegasi kaum Muslim ke China guna menjalin persahabatan dengan Dinasi Tang. Bahkan beliau konon wafat dan dimakamkan di China.

Orang China menyebut Nabi Muhammad adalah orang bijak. Namun panggilan untuk Nabi adalah Ma. Banyak orang China dengan nama Ma. Seperti Jack Ma pendiri Alibaba , sang miliarder yang menghentak wallstreet, yang juga di kenal sebagai inspirator wisedom. Banyak orang China bukan muslim tapi mereka tahu bahwa Nabi itu orang bijak. Makanya banyak orang tua kasih nama anaknya Ma. Dan bahkan Ma, salah satu marga yang ada di China. Tapi bagi orang yang sudah terlanjur benci dengan China, masalah hadith ini palsu ini dibesar besarkan dengan alasan China komunis. Padahal komunis itu baru muncul tahun 1947, dizaman Nabi tidak ada komunis. Cara berpikir salah, tafsir juga pasti salah, apalagi dibarengi nafsu kebencian.

Islam dan kearifan lokal



Saya bergaul dengan lintas agama, etnis, budaya dan warna kulit. Puluhan tahun saya bergaul dengan mereka baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di Kiev saya sholat di teras Gereja yang sebetulnya tadi itu adalah Masjid ketika zaman kekuasaan dinasti Ustmani. Di Beirut saya sholat di rumah teman yang beragama kristen. Apakah saya pindah agama karena itu atau iman saya memudar ? Tidak. Mengapa ? Karena iman saya menyatu dengan adat saya sebagai orang Minang. Bahkan Bahasa inggeris saya tetap dengan slang Minang. Bukan itu saja, bicara Indonesia pun saya tetap dengan slang Minang.

Dalam berdoa saya lebih suka menggunakan bahasa minang. Didikan agama yang saya terima dari orang tua melalui sentuhan adat minang. Saya bangga karena saya adalah putra ibu saya. Sampai kapan pun tak akan pernah saya ubah. Karena saya mencintai ibu saya. Jadi kalau ada yang mempermasalahkan simbol salip atas design masjid itu artinya dia engga paham adat sebagai pengikat agama. Soal design itu mah cemeng…

350 Tahun Indonesia dijajah oleh Belanda. Dan selama itu kaum misionaris yang dibiayai kerajaan dan vatikan terlibat aktif menyebarkan agama di Indonesia. Tapi apakah selama 350 tahun mayoritas orang Indonesia pindah agamanya ke kristen atau katolik ? atau seperti sebagian orang Libanon yang Islam pindah ke Kristen ortodok karena di bawah kendali Barat. Tidak kan. Keberadaan islam sebagai agama di Indonesia tetap di hati rakyat. Mengapa ?

Karena islam diperkenalkan oleh para ulama tempo dulu melalui perkawinan kebudayaan. Sehingga sangat sulit bagi mereka untuk pindah agama. Apalagi cara cara kolonialis Belanda yang terkesan zolim, yang semakin membuat mereka memperkuat keimanan dan membentenginya dengan budaya keseharian. Contoh budaya berkumpul bersama tetangga dan handai tolan terus hidup melalui tradisi mengingat kematian , nujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, seribu hari. Maulid Nabi dan lain sebagainya.

Kearifan dan kecerdasan para ulama tempo dulu dalam memperkenalkan islam di Indonesia sangat luar biasa. Budaya keseharian yang sudah menyatu dengan hindu dan animisme di modifikasi mereka agar sesuai dengan nilai nilai islam tanpa menghilangkan budaya itu sendiri. Itu sebabnya walau ketika itu yang berkuasa adalah raja Majapahit yang hindu namun Majapahit tidak melihat Islam sebagai ancaman. Karena itu islam cepat menyebar ke seluruh pelosok negeri ini. Sehingga jadilah islam yang bernuansa Indonesia. Aqidah itu tertanam dalam diri mereka dan malu bila dilanggar. Cobalah perhatikan, bagaimanapun jahatnya seseorang, marah kalau dibilang setan atau kafir atau murtad. Artinya dalam diri mereka ada Allah.

Makanya jangan kaget bila para pendiri negara kita menyebut Indonesia dengan sebutan yang sangat mesra dan sakral. Apa itu ? IBU PERTIWI. Karena bagi budaya Indonesia mencintai Ibu adalah sama dengan mencintai Tuhan. Dan Tuhan berkata bahwa sorga itu ada di bawah telapak kaki ibu. Suatu perpaduan yang luar biasa. Kehebatan Soekarno dan Hatta bersama para pendiri negara ini membuat Indonesia merdeka karena kepiawaian mereka menggunakan emosi budaya yang diawali dengan sumpah pemuda, bukan sumpah syariah islam. Bahkan berdirinya beberapa kesultanan Islam yang mengadopsi khilafah sangat mudah dihancurkan melalui politik adudomba dan akhirnya takluk kepada Belanda.

Tapi seorang Soekarno bersama sahabatnya yang tampa tahta mampu merebut kemerdekaan dari kolonial Belanda. Mengapa ? Mereka mengenal budaya Indonesia dengan baik dan merebut hati rakyat melalui budaya itu. Maka bersatulah rakyat dari berbagai golongan, agama dan suku, dalam barisan yang tertip termasuk umat Islam menuju perang rakyat semesta mengusir penjajah. Jadi kalau ada orang anti budaya Indonesia dan berusaha memisahkan budaya dan agama, itu artinya dia sedang berusaha menghancurkan Indonesia, menghancurkan komunitas islam. Moga anggota DPR yang mengolok ngolok menteri Agama, bisa memahami  ini.

Pria baik, istri yang baik.

Malam terasa dingin. Kasman berharap malam cepat berlalu. Karena tidur sendirian ditinggal istri kerumah orang tuanya sakit, memang tidak nyaman. Jam 1 paginya berlalu. Dia terbayang seminggu lalu ketika mengantar istrinya ke bandara “ Terimakasih mas. Sudah izinkan aku menjenguk ayahku yang sakit keras. “
“ Maafkan aku juga karena engga bisa antar kamu sampai ke kampung. Kerjaan aku di kantor sedang padat sekali. Sampaikan maaf aku ke ayah. Doa aku selalu untuk ayah. Maafkan aku juga ya mah”
“ Ayahku maklum kok. Aku udah bilang mas sibuk sekali. Ayah pesan aku engga boleh pergi bila mas tidak izinkan”
“ Ya udah pergilah. Kalau uang kurang untuk berobat ayah, bilang. Aku akan kirim ke ATM kamu. Aku bisa pinjam dari kantor.
“ Ya mas. “ Kata istrinya. Kasman mencium putri mungilnya yang terlelap dalam pelukan istrinya.

Dia melangkah ke kamar mandi. Ketika dia jongkok dia bingung. Bagaimana dia bisa masuk tanpa membuka pintu? Dalam kebingungan itu dia melirik ke cermin dan segera menyudahi buang hajatnya. Di dalam cermin ada wajah mertuanya tersenyum. Dia balik badan. Tidak ada seorang pun di belakangnya. Bulu kuduknya mulai berdiri. Kembali dia menatap cermin. Kini ibunya ada dalam cermin. Bukankah ibu sudah lama meninggal. Kenapa ada dalam cermin. Segera dia balik badan. Tidak ada ibunya di belakang nya. Dari bingung berubah jadi takut.

Dia segera mendorong pintu tapi tidak bisa. Sepertinya dia menabrak hologram. Dengan mudah dia melewati pintu kamar mandi tanpa harus buka pintu. Dia melangkah kembali ke tempat tidur. Nampak istrinya sendang tidur pulas. Diapun kembali tidur. Dengan sejuta tanya. Besok pagi dia akan cerita kepada istrinya.

Berkali kali dia panggil istrinya tidak menjawab. Dia sentuh tidak bisa. Seperti menyentuh hologram. Berkali kali dia teriak. Tetap saja istrinya tidak menoleh. “ apakah aku sudah meninggal ? Pikirnya. Tetapi mana malaikat? Mengapa tidak ada malaikat yang menjemput? Dimana aku sekarang ? Apa yang terjadi dengan ku? Begitu banyak pertanyaan yang membuat dia stress.

Dia melihat istrinya berdoa seusai sholat dan dia mendengar doa istrinya. Tak ada isi doa kecuali mendoakan dirinya agar sehat dan dalam lindungan Allah. Seketika dia merasakan bahunya ditepuk. Dia menoleh ke belakang. Ada pria berwajah teduh.

“ Kasman, kamu sedang berada diantara alam dunia dan kematian. Tuhan tunjukan kemuliaan kamu atas perbuatan mu kepada istri, ibu dan mertua. Tadi kamu liat ibu dan mertua mu tersenyum di cermin. Mereka bahagia di alam baqa. Karena punya anak dan mantu yang Sholeh. Kamu lihat bagaimana istrimu tak henti mendoakan mu karena kamu suami yang Sholeh.

Kasman... kamu pria yang sabar. Tak mengeluh walau gaji tak cukup dapat rumah DP 0%. Walau gajimu harus dipotong biaya BPJS yang naik. Walau biaya dan harga terus naik yang membuatmu tidak bisa lagi menabung untuk beli rumah. Kamu sabar dalam kerja keras penuh cinta. Dalam sempit hidupmu akan tetap lapang. Allah bersama orang sabar. Apakah ada nikmat lain selain punya istri yang Sholeh, setia dan tak henti mendoakanmu. “ kata pria itu.

Kasman terkejut dan langsung terjaga oleh suara dan getar HP nya. Dia segera terima telp “ Pa... ayah udah meninggal. “ Tersengar suara istrinya di seberang.
“ Kapan????
“ dua jam lalu. Aku telp papa mau kabarin tetapi dari tadi tidak diangkat. Baru sekarang bisa tersambung“
“ Ya ya. Kamu sabar ya. Aku pagi ini segera terbang ke rumah ayah. Nanti kita pulang bareng ya”


Pesan moral “ tidak ada kebahagiaan di dunia ini selain punya istri Sholeh dan setia. Dan setiap wanita akan menjadi sebaik baiknya istri ditangan suami yang baik. Keduanya saling melengkapi. Saling mendoakan dalam kebaikan, dan saling mengingatkan dalam kesabaran.

Saturday, October 26, 2019

Menteri Agama ?


Saya sebetulnya tidak mau menulis opini sekitar pro kontra menteri agama bukan dari NU tetapi dari Militer. Namun saya terpancing untuk meluruskan saja. Bukan beropini salah atau benar. Karena bila berangkat dari persepsi berbeda, pasti tidak akan ada persesuaian. Ini kalau diteruskan, akan saling menyakiti dan tidak ada yang untung. Malah persaudaraan kita sebagai muslim akan rusak. Sekali lagi saya katakan, ini bukan opini tetapi hanya sekedar meluruskan dan menempatkan secara proporsional.

Pihak yang kontra terhadap Menteri Agama bukan berasal dari NU, itu hanya datang dari orang perorang warga NU. Dalam istilah KH MA Sahal Mahfudh (2013) disebut politik tingkat rendah (siyasah safilah). Sedangkan NU sebagai lembaga atau organisasi, steril dari politik semacam itu. NU sebagai lembaga tidak mengejar kekuasaan. Tidak. Kecuali kalau diminta. Kepedulian NU sebagai organisasi terhadap politik diwujudkan dalam peran politik tingkat tinggi ( siyasah ‘aliyah samiyah ) yakni politik kebangsaan, politik kerakyatan, dan etika berpolitik.

Jadi kalau ada warga NU yang kontra itu biasa saja. Warga NU itu sangat demoktratis. Sudah terbiasa berbeda pandangan dan pendapat. Tidak akan mengarah kepada hal yang mengkawatirkan, apalagi kepada perpecahan. Karena warga NU pada akhirnya melihat sikap dari NU sebagai organisasi. Itulah yang menjadi stabilitator warga NU agar focus kepada kepentingan bangsa lebih besar. Bahwa patuh kepada Pimpinan negara adalah konsesus sebagai bagian dari keimanan dan nilai akhlak.

Hubungan Megawati pada khususnya dan PDIP pada umumnya, dengan NU dilandasi oleh idiologi Soekarnoisme, yang sangat menghormati NU sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Tahun 1999 , walau PDIP sebagai pemenang Pemilu, namun Megawati kalah dalam sidang MPR pemilihan presiden. Megawati legowo karena Mas nya, Gus Dur yang terpilih sebagai Presiden dan dia wakil Presiden. Pemilu 2004, Megawati memilih wakil dari NU , Hasim Muzadi yang juga ketua PBNU, dan kalah berhadapan dengan SBY.

Yang memilih KH Ma’ruf Amin sebagai Wakil Jokowi dalam Pilpres 2019, itu adalah Megawati sendiri. Itu juga bukti bahwa hubungan Megawati dengan NU itu sangat dekat, yang dasarnya adalah Trust. Jadi pemilihan Menteri Agama yang bukan dari kalangan NU, bukanlah karena Jokowi tidak percaya kepada NU, tetapi lebih kepada agenda politik kebangsaan, bukan politik patronase.

Fachrul Razi memang berasal dari militer tetapi sekarang statusnya rakyat biasa. Dia sudah pensiun. Mata rantai komando dengan militer sudah terputus. Dia akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan sistem yang ada di dalam kementrian Agama. Engga mungkin libatkan TNI. Memang dia tidak ahli agama. Tetapi wakilnya adalah Zainut Tauhid yang tadinya Wakil Ketua Umum MUI, yang juga warga NU. Keduanya akan saling melengkapi. Dan lagi soal Fachrul Razi yang jadi menteri agama, itu hak prerogatif presiden, karena Presiden yang bertanggung jawab terhadap kabinet. Saya yakin ini sudah sejalan dengan siyasah ‘aliyah samiyah NU sebagai organisasi.

Egaliter

Dulu tahun 80 an. Saya selalu menggunakan baju berdasi dalam aktifitas saya sebagai pengusaha. Pejabat menggunakan baju model safari. Sementara orang kantoran pakai seragam. Orang awam menggunakan baju orang kebanyakan. Dengan model pakaian itu kelas sudah terbentuk dengan sendirinya. Bahkan pengusaha kalau ingin bergaul dengan pejabat atau politisi, harus pula mengenakan pakaian safari. Orang terpelejar, berbicara dengan bahasa indonesia tetapi dibumbui dengan bahasa inggris. Keren.

Di era Orla , bahkan di era kolonial, perbedaan itu semakin nampak. Kaum terpelajar dari kelompok saudagar, tokoh masyarakat, pejabat, selalu menggunakan pakaian lengkap ala barat. Baju berdasi dan jas. Mereka kumpul di restoran atau cafe dengan pakaian seperti itu. Yang jelas orang yang tidak mengenakan pakaian seperti itu jelas tidak punya kelas untuk masuk cafe. di era Orba, saya masih bisa merasakan suasana itu, kalau lagi nongkrong di cafe yang ada di Hotel Indonesia, atau Presiden Hotel. Di tempat semacam itu tidak mungkin terdengar pembicaraan tentang kesenjangan ekonomi dan kepedulian kepada kaum duafa.

Tahun 90an, orang semakin keranjingan hidup hedonis. Kemanapun saya pergi ke pusat perbelanjaan termasyur di luar negeri pasti ada orang Indonesia. Bahkan hotel hotel Singapore dan cafe pasti banyak ditemui orang Indonesia. Mereka kaum the have. Di pusat keuangan dunia, muncul generasi Billion Boy, yang selalu berpenampilan parlente, kehidupan yang glamour di pusat mode dan hiburan malam. Orang terhormat bila sudah terbiasa naik pesawat jet ,dan punya private jet. Makanya disebut kaum jet set. Kehidupan ini memastikan mereka berbeda dengan kaum kebanyakan yang jangankan naik pesawat, datang bandara saja engga pernah.

Karena itu dari waktu ke waktu krisis ekonomi datang silih berganti. Diakhir abad 20, terjadi perubahan ketika era bisnis dotcom tumbang sebagai pemicu jatuhnya wallstreet. Terjadi mega skandal ekonomi di jantung kapitalis dengan ambruknya Longterm Investmet debt AS, yang memaksa Robin Gobin mundur sebagai US treasury, dan dimergernya Giant Financial Institution; Solomon dengan Smith barney. Kemudian runtuhnya ekonomi macan ASIA. Memasuki awal abad 21, terjadi super mega scandal tahun 2008, dengan delistingnya Lehman Bro, dan Madoft di wallstreet. Dunia terhentak. Karena peyelamat dari kekacauan itu bukan orang yang punya credit card unlimited, jet pribadi, rumah mewah , baju bermerek tapi orang yang tidak memilki simbol itu semua. Dia adalah Warren Buffet.

Setelah krisis lehman tahun 2008, dunia masuk di ambang krisis. Para pemimpin baru lahir dengan spirit egaliter. Orang bergaya karena kekayaannya malu diri atas tampilnya orang terkaya di dunia, Steve Jobs , Bill Gate yang humble. Kemudian sikap egaliter itu sudah mewarnai kehidupan sosial di mana mana. Tahun 2013, muncul Jokowi sebagai calon presiden yang egaliter, dan menang dengan sikap humble nya. Mengalahkan Prabowo yang hidup bergaya glamour dan private jet. Orang masuk istana tidak lagi harus mengenakan jas dan dasi. Para menteri mengenakan baju putih lengan panjang yang digulung setengah. Di kartu nama tidak ada lagi titel berderet tersemat. Bandara dan pesawat bukan lagi mewah. Humble menjadi icon baru lahirnya masyarakat egaliter.

Apa itu Egaliter ? Egaliter itu sifat dari paham Egalitarianisme. Berasal dari bahasa Prancis égal yang berarti “sama”. Artinya kecenderungan berpikir bahwa seseorang harus diperlakukan sama. Jadi engga bisa karena beda agama, lantas seseorang merasa paling hebat dan yang lain redah, atau sebaliknya. Dalam hal politik juga sama. Engga bisa karena perbedaan politik, lantas yang menang merasa paling hebat dan yang kalah tidak qaulified. Dalam hal ekonomi juga sama. Engga bisa orang kaya merasa lebih hebat daripada orang miskin. Dalam hal sosial juga begitu. Engga bisa orang yang merasa pintar, kaya, berkuasa, merasa secara sosial lebih hebat daripada orang kebanyakan.


Perbedaan manusia dalam dimensi agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, hanya pada attitude atau moral. Manusia dinilai karena moralnya. Karena budinya. Karena attitude nya. Jadi kalau ada orang bangga dengan pakaian agama, merasa berbeda, merasa lebih berhak masuk sorga, itu jelas bukan sifat egaliter. Akhlak buruk. Tak ubah dengan kaum hedonis yang merasa terhormat dengan kekayaan. Atau sama dengan profesor yang berhak bilang orang lain dungu. Semoga paham.

Wednesday, October 23, 2019

Drama


Semua suka nonton Film. Soal film apa, itu tergantung dari wawasannya. Kalau orang awam lebih suka film yang jalan ceritanya mudah ditebak dan pahlawan selalu menang. Bagi orang yang terdidik, suka film tentang futuristik yang berhubungan dengan sains. Mereka suka juga film misteri yang membutuhkan kecerdasan memahami alur cerita. Namun pada umumnya orang engga begitu tertarik membayar ticket bioskop untuk film yang bertema pendidikan. Tapi kalau temannya percintaan atau action atau agama namun didalamnya terselip pendidikan, itu bisa diterima. Mengapa ? persepsi orang yang nonton film itu sama yaitu butuh hiburan.
Ya, kalau ada hiburan yang menawarkan kebohongan dan kepura puraan yang terancang dengan baik, maka itu adalah film tontonan. Film itu dibuat dengan perencanaan yang sangat detail. Dari penulisan skenario, penentuan artis atau aktor berserta piguran, scene pengambilan gambar, penentuan lokasi shooting, penentuan pakaian, tekhnik editing dan design graphis, animasi, dan terakhir siapa yang akan menjadi stutradara, yang bertanggung jawab mengorganisir semua itu. Nah Sutradara itu hadir karena keinginan dari producer. Dia adalah pemodal yang menentukan film apa yang akan dibuat dan laku dijual.
Dalam dunia politik juga sama. Antar Partai itu secara tidak langsung telah menyepakati skenario politik yang akan digelar dalam pemilu. Antara mereka sudah berbagi peran. Ada yang jadi pemeran utama. Ada yang jadi peran piguran. Setelah itu ditentukan juga scene pengambilan gambar. Gambar apa ? oh gambar radikalisme vs Komunis. Gambar agamais vs pancasilais. Gambar plularis vs realistis, gambar negatif vs gambar positip. Masing masing scene itu menentukan skenario politk menarik publik untuk ambil bagian dalam piguran yang tidak perlu dilatih, udah lebih pintar dari artis politik. Mereka siap masuk bui, siap mati, mati benaran, siap segala galanya. Hebat kan. Padahal bayarannya secuil dibadingkan dengan artis politik.
Pada saat scene pengambilan gambar itu dilakukan dan berlangsung lewat shooting dengan kamuflase pencitraan dan pidato bombamdis, jalan cerita masih bersifat acak. Karena shooting berlangsung seperti puzzel. Nah agar menjadi jalan cerita yang menarik dan enak ditonton, proses editing dalam politik dilakukan pada hari orang masuk ke bilik suara dan berlanjut kepada proses hasil perhitungan suara. Pemenang dan kalah ditentukan. Tapi karena proses editing belum begitu sempurna maka dilanjutkan dengan editing digital melalui sidang MK. Maka jadilah sebuah film politik yang begitu sempurna. Menarik ditonton dan membuat orang selesai nonton ada yang menangis dan ada geram, tentu ada yang senang.
Semakin beragam perasaan orang setelah nonton film, semakin hebat penulis skenario dan sutradaranya dan tentu lebih hebat lagi adalah producernya. Sementara artis politik pemeran utama menjadi idola khalayak, dan sutradara politik dapat bayaran dan producer atau partai politik mendapatkan laba tak terbilang. Walau dalam skenario politik antar partai bermusuhan, bahkan elite nya saling hujat , namun dalam dunia nyata mereka bersahabat dan saling berbagi pendapat agar pendapatan sama. Tidak ada sesungguhnya permusuhan seperti dipersepsikan para penonton. Lantas bagaimana sikap kita terhadap politik? ya seperti kita nonton film aja.Bahwa apa yang kita alami dalam proses pemilu adalah sebuah kisah fiksi yang skenarionya sudah dirancang oleh elite politik. Makanya orang yang cerdas tidak melihat film sebagai sebuah tontonan tetapi hikmah dibalik cerita.
Bahwa dalam pesta demokrasi adalah semua perbedaan dan perseteruan terkesan brutal sekalipun, itu hanya seni panggung untuk menghasil sebuah tontonan agar menarik dan orang berbondong bondong masuk ke bilik suara. Tidak seharusnya kita pun larut dalam emosi skenario setelah layar film ditutup. Toh kita hanya penonton, bukan pemain. Lah pemain saja kembali akur di luar panggung. Kenapa kita sok sok an lebih artis daripada artis. Kan bego jadinya. Lantas apa hikmahnya ? bahwa kita harus belajar memahami perbedaan dan tahu arti mencintai. Dengan itu, kita semakin cerdas menonton panggung politik. Dan karenanya demokrasi menjadi bernilai.

Nah, kalau ada issue politik, jangan buru buru panas atau euforia, mari jawab, That's just drama.

Friday, October 18, 2019

Reputasi di hadapan Tuhan


Tadi saya amprokan dengan teman lama di kantor BKPM. Saya sempat lupa tapi dia berusaha mengingatkan siapa dia. Saya segera merangkulnya. Dia datang ke BPKM untuk izin perluasan pabrik kelapa sawitnya. Dia bermitra dengan temannya dari KL. Saya kagum dengan dia, bukan hanya setelah melihat dia sukses sekarang tapi pribadinya adalah inspirasi saya sejak dulu ketika kami masih belia.

Namanya iwan. Dia pria yang baik. Walau dia sudah yatim sejak usia 10 tahun. Namun dia punya akhlak baik. Sekolahnya hanya tamat SMU. Saya mengenalnya waktu di pelelangan ikan di kota saya. Setiap pagi iwan membantu nelayan mengangkut hasil tangkapan ke pelelangan. Dari itu dia dapat upah. Dia tinggal di masjid, di ruang paviliun. Setiap subuh saya sering mendengar suara azan yang dilantunkan oleh Iwan. Suaranya merdu sekali. Masuk SMU saya tidak lagi bertemu dengan Iwan. Karena dia pindah ke kota lain. Kami bertemu lagi ketika di rantau di Jakarta. Saya bertemu dengan dia di tanah Abang. Dia jualan es dengan kereta dorong.

Sama dengan di Kota saya. Di rantau juga Iwan aktif di masjid. Suatu saat saya dapat kabar bahwa Iwan di kantor polisi. Saya segera datang ke kantor polisi. Saya dapati Iwan sedang di adili oleh polisi karena menghamili anak gadis orang. Atas nasehat polisi, iwan akan bebas asalkan dia mau menikahi anak gadis itu. Selama interogasi itu, iwan hanya diam dan mengangguk. Dia tidak membantah. Kedua orang tua wanita itu senang karena iwan mengakui perbuatannya dan mau bertanggung jawab.

Tapi karena itu, kalau iwan ke masjid orang mencibir. Dia tidak boleh lagi azan di masjid. Tempat dagangnya di ujung gang di gusur oleh RW. Iwan dianggap orang tidak bersih lingkungan. Kedua orang tua Wanita itu menjadikan Iwan sebagai kuli usaha keluarga. Iwan terima. Walau hanya dapat upah makan. Maklum dia tinggal di rumah Wanita itu. Setelah wanita itu melahirkan, wanita itu berkata jujur kepada kedua orang tuanya. Bahwa bukan iwan yang menghamili nya. Tetapi orang lain, pacarnya.

Lantas mengapa sampai wanita itu berkata jujur ? Wanita itu berkata kepada kedua orang tuanya, selama hamil, walau sudah status suami istri tapi iwan tidak pernah menyentuhnya. Iwan orang baik dan tidak seharusnya dia jadi korban kebohongan. Tidak seharusnya dia dibenci dan dizalimi.

“ Mengapa kamu tidak membela diri ? Tanya saya ketika itu.
“ Sekeras apapun aku berusaha meyakinkan, orang tidak akan percaya. Bukankah lebih baik aku diam dan tidak perlu membela diriku?
“Terus apakah tetangga kamu tahu tentang pengakuan wanita itu ?
“ Tidak. Saya tidak mau membuka aib mereka”
“ Mengapa? Bukankah itu perlu mengembalikan nama baik kamu?
“ Apalah artinya buat aku? Diejek dan di fitnah juga tidak masalah, kalau dengan menutup aib wanita itu, aku bisa meringankan beban si wanita dan menyelamatkan kehormatan keluarganya”

Saya terdiam.

Iwan melanjutkan. “Kalau dari awal orang tidak percaya, kita berusaha sekeras apapun mereka tidak akan percaya. Manusia yang berpikir negatif itu akan selalu menghakimi kita. Saat kita berbuat baik, kita dibilang punya tujuan tertentu. Saat kita salah, mereka hanya akan menambah garam pada luka. Tapi toh setelah semua nya lewat, hasil dari perjuangan kita yang mereka lihat. Karena itu biarlah kita selalu berbuat baik. Dan biarlah waktu yg membuktikan. Apakah kita benar-benar baik, atau hanya pura pura baik. Pada akhirnya kita hanya butuh Tuhan menilai kita, bukan manusia. Reputasi di hadapan Tuhan lebih penting.”


Saya terpesona dengan sikap bijak Iwan. Saya ingat nasehat ibu saya “ kalau kamu tanam padi, ilalang pun ikut tumbuh. Tetapi kalau kamu tanam ilalang , padi tidak pernah ikut tumbuh. Berbuat baik akan selalu berbuah baik. Saya jadi ingat Pak Jokowi. Pak, selamat mengemban amanah di periode kedua bapak sebagai presiden. Semoga baik baik saja.

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...