Ya Allah Azza wa Jalla , penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla , jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini. [HR. Muslim 3/1384 hadits no 1763]. Demikian Doa Nabi Muhammad ketika akan menghadapi perang Badar. Doa itu tidak bisa diterapkan dalam situasi sekarang, apalagi di Indonesia. Mengapa ? Pertama, ketika perang badar itu, musuh umat islam adalah kaum penyembah berhala yang jelas jelas menghalangi syiar agama islam. Kedua, Nabi tidak dalam posisi menyerang atau ingin menaklukan musuh.Tetapi dalam posisi melindungi diri dari serangan musuh. Nabi adalah rasul yang manusiawi sekali. Ketika Doa itu terucapkan, Al Quran belum turun secara purna. Butuh 10 tahun lebih setelah perisitawa Badar, barulah Al Quran turun secara sempurna.
Nah meri kita bahas secara sederhana mengapa dalil doa perang badar itu tidak tepat untuk dikaitkan dengan Pemilu. Pertama. Lawan Prabosan bukanlah orang penyembah berhala. Jokowi dan Ma’ruf Amin agamanya islam dan jelas keislamannya. Mereka berdua tidak pernah menghalangi syiar islam. Oh anda meragukan ke islamanya sehingga mengatakan mereka termasuk golongan yang bukan islam. Padahal fakta semua tahu keislaman Jokowi dan Ma’ruf Amin. Masih juga ngotot bahwa mereka berdua didukung oleh partai penista agama ,sehingga masuk golong kafir. Sehingga hanya kelompok anda saja yang di ridhoi Allah. Makanya anda pantas berdoa seperti Nabi pada waktu perang Badar. Maka inilah sabda Nabi “ Barangsiapa memanggil dengan sebutan kafir atau musuh Allah padahal yang bersangkutan tidak demikian, maka tuduhan itu akan kembali kepada penuduh" (HR Bukhari-Muslim).
Kedua, Jokowi dan Ma’ruf AMin termasuk partai pendukungnya tidak melakukan serangan yang mengancam nyawa Probosan berserta pendukungnya. Ini hanyalah Pemilu yang aturannya disepakati bersama oleh para calon. Wasitnya pun adalah independen yang tidak berpihak kepada siapapun. Jadi tidak ada istilah serangan terhadap kubu Probosan yang pantas ditakuti dan dikawatirkan seperti Perang Badar. Kalaupun Jokowi -Ma’ruf Amin menang tidak akan bisa melarang orang melaksanakan ritual agamanya termasuk menyembah Allah. Mengapa ? karena dasar negara kita adalah Pancasila yang mengakui secara UUD keberadaan agama. PBB dalam konvensi HAM juga menjamin setiap orang melaksanakan kebebasan keagamaanya.
Hikmah terbesar dari adanya perang Badar adalah bukan perang melawan orang kafir tetapi perang melawan hawa nafsu. Mengapa ? Sekembalinya dari perang Badar. Rasulullah SAW. Mengatakan kepada para sahabat “Kita kembali dari peperangan kecil dan akan menghadapi peperangan besar (Jihad Akbar)”. Diantara sahabat ada yang bertanya, “apakah ada lagi perang yang lebih besar dan dahsyat dari perang Badar?” Beliau menjawab. “Perang melawan hawa nafsu di dalam diri masing-masing”. Benar. Bahwa karena nafsu lah orang bisa memaksa Allah untuk mengabulkan doanya, dengan nada mengancam. Padahal inti ajaran Tauhid adalah ikhlas. Tanpa kepercayaan penuh kepada Allah, tidak mungkin orang bisa ikhlas. Mengapa ? karena Allah itu Maha Pengurus dan Maha mengetahui apa yang terbaik menurutNya. Bukan menurut kita sebagai manusia. Jadi apapun yang terjadi kita harus menerima dengan ikhlas.
Bahwa karena nafsu lah manusia menghalalkan segala cara untuk menang. Bukan hanya mengancam Allah lewat doa tetapi juga tidak merasa risih bila harus berbohong soal keadilan bagi rakyat miskin, padahal menguasai lahan dan harta melimpah tak terbilang tanpa ada kemauan berbagi. Justru masih pula minta sumbangan kepada rakyat. Karena nafsu lah akal dan pendidikan tak berguna untuk menentukan jalan menuju cahaya kebenaran. Karena nafsu lah saudara seiman berbeda politik dianggap musuh. Karena nafsulah perbedaan menjadi musuh dan sumber perang. Tidak ada yang lebih kafir kecuali nafsu kita sendiri. Musuh sebenarnya ada dalam diri kita sendiri. Perangilah nafsu dengan iman dan akal…itulah perang sepanjang hayat dikandung badan.