Ketika Jokowi terpilih sebagai Presiden, seorang teman dari Singapore berkata kepada saya bahwa Jokowi adalah hadiah terindah dari Tuhan kepada rakyat Indonesia. Seakan penantian panjang sejak Indonesia merdeka akhirnya datang juga janji Tuhan untuk menjadikan Kemerdekaan itu adalah Rahmat Tuhan. Betapa tidak ? Jokowi tidak tumbuh dan berkembang dari kekuasaan politik dan patron. Dia juga bukan dari kalangan militer. Juga buka dari pengusaha yang sangat punya akses kepada kekuasaan. Pun bukan dari kalangan ulama yang berpolitik. Jokowi lahir dari tengah tengah masyarakat yang tidak hidup dari orang gajian. Bukan pengusaha yang punya akses kepada proyek APBN atau APBD. Dia adalah pengusaha kreatif yang harus berkompetisi di pasar agar unggul. Yang harus kreatif mendapatkan sumber modal agar bisa berkembang. Yang harus menjaga kepercayaan agar bertumbuh karena waktu.
Dalam proses perjalanan hidup seperti itulah Jokowi hadir ditengah tengah masyarakat kebanyakan. Maklum karena dia bukan kelas pengusaha yang dekat dengan kekuasaan dan dimanjakan dengan banyak fasilitas negara. Dari keadaan seperti itulah muncul jiwa kepemimpinannya. Mengapa ? Karena “Kepemimpinan” selalu berkaitan dengan kualitas-kualitas tinggi dalam moral dan karakter. Kualitas-kualitas, seperti visionary, empowering, authentic, resonant, heroic, transformational, dan puluhan ciri lain. Hal itu adalah hasil tempaan yang lama dan penuh jerih payah melalui keterlibatan penuh dedikasi di dalam komunitas yang melahirkan nature kepemimpinan itu. Maka, kepemimpinan juga dilekatkan dengan ide-ide dan perbuatan-perbuatan besar dan cinta besar yang membawa perubahan, sekalipun harus lama bertekun, bergerak melawan arus, dan tak jarang berkorban untuk para pengikutnya.
Ketika menjabat Walikota pada periode pertama. Dia menerima gaji sebagai walikota namun tidak untuk pribadinya. Dia mendapatkan anggaran untuk fasilitas kedinasannya namun dia tidak membeli mobil mewah. Ketika para pemimpin lebih senang berada dikantor mendengar laporan dari bawahannya namun dia mendengar langsung dari rakyat dan kemudian bersikap untuk memaksa bawahannya bekerja efektif untuk rakyat. Ketika kebanyakan pemimpin memanifulasi angka kemiskinan rakyatnya dengan menetapkan criteria miskin sesuai standard statistic, Jokowi menetapkan garis kemiskinan berdasarkan apa yang dilihatnya langsung di lapangan. Maka jadilah Solo sebagai kota dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. Ia tidak peduli bila karena itu citranya rusak. Tapi dengan itu membuat dia terpacu untuk memaksa dirinya dan bawahannya agar bekerja lebih keras untuk rakyat. Program sekolah gratis dan kesehatan gratis dicanangkannya lewat system yang sehingga memudahkan rakyat mengaksesnya.
Makanya sukses Jokowi para periode pertama sebagai Walikota, membuat kagum elite politik. Tahun 2010 Pillkada Surakarta, Pasangan Joko Widodo-FX Hadi Rudyatmo diusung oleh PDI Perjuangan, dan mendapat dukungan penuh dari PKS, Partai Amanat Nasional (PAN), serta Partai Damai Sejahtera. Hasilnya menang mutlak karena suara diperolehnya diatas 50%. Belum usai masa jabatannya di periode kedua itu, Jokowi diminta PDIP untuk bertarung memperebutkan kursi nomor 1 di DKI. Proses itu dilaluinya dengan sabar dan tekun tanpa terpancing untuk ikut arus kampanye hitam. Tidak juga terpancing ikut beriklan di TV secara besar besara. Tidak juga menampilkan wajahnya di billboard kota. Mengapa? karena baginya kekuasaan itu adalah milik ALlah dan kalau Allah berkehendak maka tidak ada bisa menghalanginya. Itu sebabnya dia hanya mengikuti proses Pilkada DKI dengan apa adanya.
Kalau sampai Jokowi terpilih sebagai Gubernur dan kemudian jadi Presiden Ri, itu bukanlah karena dia menggunakan ulama atau Dai agar memberikan endorsement bahwa dia muslim yang baik , yang sehingga orang banyak akan memilihnya karena alasan agama. Tetapi karena memang sifat kesederhanaan itu menjadi bagian dari akhlak sebagai muslim yang baik. Kesederhanaan Jokowi bukan berarti dia miskin. Sebelum menjabat walikota dia adalah pengusaha berkelas dunia dan selama karirnya tidak pernah menjadi pegawai tetap kecuali Karyawan magang. Uang berlebih yang didapatnya dari bisnis tidak digunakannya menumpuk dibank tapi digunakannya untuk meluaskan kesempatan orang lain mendapatkan pekerjaan.
Sebagai pengusaha , memang dia sukses walau tak sekelas konglomerat. Namun harta yang dia punya dia gunakan untuk keperluan pribadinya selama menjabat sebagai walikota tanpa harus membebani APBD. Itu sebabnya harta pribadinya menurun setelah menjabat sebagai walikota. Sangat kontras dengan pejabat lain yang justru hartanya bertambah setelah mendapatkan kekuasaan. Jokowi tidak pernah berpikir bahwa kekuasaan adalah segala galanya. Baginya kekuasaan adalah tanggung jawab spiritual yang harus dipertanggung jawabkan tidak hanya kepada rakyat tapi juga kepada Tuhan.
Kesederhanan Jokowi bukanlah lipstick yang penuh rekayasa untuk sebuah pencitraan ala kapitalis. Kekuasaan adalah cobaan terberat bagi manusia dan hidup sederhana sebagai pemimpin memang juga bukan hal yang mudah. Namun bukan pula hal sulit dilakukan bila akhlak mulia bagian dari kehidupan seorang pemimpin. Dengan kesederhanaan itu , tidak sulit baginya untuk mengajarkan hal yang konstruktif kepada bawahannya agar emosi tetap terjadi secara positip, mengundang orang untuk mengambil langkah keyakinan melalui sepatah kata tentang apa yang mungkin , menciptakan sebuah inspirasi kolektif.
Ini pelajaran mahal bagi siapa saja , terutama bagi Elite politik yang mengusung jargon Agama, nasionalis, sosialis. Jangan lagi bermimpi bahwa partai besar akan membesarkan anda hingga pantas terpilih. Rakyat sudah bosan melihat gambar partai. Rakyat butuh pemimpin yang berhati mulia , yang dekat kepada rakyat dengan kesederhanaan bersikap dan berkata namun gagah berani membela kepentingan rakyat banyak; Yang memastikan orang kaya harus berbagi kepada yang lemah dan yang lemah terlindungi. Sudah saatnya para pemimpin entah itu di executive, legislative, yudikative untuk bersama sama merubah attitude nya dari hidup kemaruk harta dengan segala trik atas nama rakyat menjadi hidup sederhana dengan kerja keras demi amanah untuk kesejahteraan rakyat banyak.
Yakinlah, bila kepemimpinan Jokowi ini dapat menjadi inspirasi bagi para elite politik dalam meniti karir kepemimpinan maka hanya masalah waktu siapapun dia akan pantas untuk dipilih rakyat. Ingatlah sabda Rasul yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa “Tidak bakal susah orang yang hidup sederhana." Bagaimanapun , negeri kita yang besar ini butuh banyak pemimpin disemua lini. Hiduplah sederhana karena itulah kekuatan sesungguhnya. BIla amal kebaikan dengan sikap rendah hati disemai didunia maka buahnya akan didapat di akhirat, dan itu janji pasti dari Allah.