Sunday, August 19, 2018

Sikap tegas.


Negara sebesar indonesia ini perlu presiden yang tegas agar indonesia kuat dan utuh. Ada yang mengatakan bahwa Jokowi bukan tipe presiden yang tagas karena penampilannya tidak meyakinkan. Apalagi membiarkan Ormas radikal bersuara. Akan berbeda kalau presiden nya dari kalangan Militer. Tentu pasti tegas. Karenanya stikma dibangun bahwa untuk dapatkan presiden yang tegas maka harus dari militer. Benarkah ? saya tidak akan membahas lebih jauh soal pilihan militer atau sipil. Karena di era sekarang, dalam sistem demokrasi dikotomi sipil militer itu sudah tidak ada. Siapapun yang jadi Presiden dia harus tunduk dengan UU , aturan dan Hukum.

Orang tegas itu bukan harus dilihat dari cara dia mengambil keputusan, Integritas orang dilihat ketika dia membuat keputusan, bukan dilihat dari proses dia mengambil keputusan. Contoh, Jokowi yang nampak lemah dengan aksi demo, hujatan kebencian, itu bukan karena dia tidak tegas. Tetapi memang tidak ada dasar hukumnya Jokowi menindak orang melakukan aksi demo karena alasan politik, tidak ada alasan hukum Jokowi menindak orang karena hasutan kebencian. Tetapi apakah karena itu Jokowi jatuh. Apakah karena itu reputasi Jokowi jatuh? tidak. Tekanan darimanapun dia hadapi dengan sabar tanpa dia terpengaruh dan lemah karenanya.

Pada waktu bersamaan team Jokowi melakuan pendekatan politik ke DPR dan elite partai. Agar situasi yang berkembang dapat disikapi dengan aturan dan UU yang lebih efektif. Dan ketika UU ITE dan UU Ormas di revisi maka diapun bersikap tegas. Kalau ada orang masuk penjara karena UU ITE maka itulah konsekweni dari proses hukum. Ormas yang tidak sesuai dengan UU Ormas dibubarkan. Tekanan apapun karena UU itu , Jokowi tidak anggap serius lagi. Karena tidak ada keputusan yang bisa memuaskan semua orang. Apakah itu bukan otoriter ? Otoriter diktator jelas bukan, Tetapi otoriter konstitutional jelas Ya. Itulah sistem. Pemimpin yang baik adalah orang yang mampu melakukan kreatifitas namun dalam waktu bersamaan patuh terhadap standar aturan yang ada.

Memang kadang kala kita tidak mudah bersabar bila ada situasi yang berkembang merongrong kewibawaan dan integritas kita. Sehingga ingin segera betindak menghdapinya dengan keras. Pemimpin tidak boleh begitu. Apapun sikap orang lain, harus dihadapi dengan tenang. Karena menutup mulut orang bicara juga engga baik. Apalagi melarang orang bersikap politik. Demokrasi engga membangun peradaban dengan cara seperti itu. Setiap aksi pasti ada alasannya dan semua pemimpin harus bijak melihat situasi dan aksi itu. Kalau sudah jelas mengarah kepada ancaman atas kesatuan dan persatuan bangsa, maka keputusan tegas harus diambil. Jadi proses sampai mengambil keputusan tegas itu walau terkesan lemah, tidak konsisten, bukanlah lemah tetapi menunjukan kekuatan sejati sebagai pemain. Dan lagi kuat dalam kesabaran untuk sampai kapada ketegasan adalah sifat bijak. Karena sekali keputusan dibuat maka dia harus pastikan proses hukum harus jalan dan aturan harus tegak. Tidak ada lagi excuse karena alasan kemanusiaan atau politik. Itulah tegas yang seharusnya.

No comments:

Akhlak atau spiritual

  Apa pendapat bapak soal kenaikan pajak PPN 12 % “ tanya Lina. Peningkatan tarif PPN tujuannya tentu untuk meningkatkan penerimaan negara d...