Kehebatan orde baru adalah memelintirkan arti ESA menjadi SATU dan memasukan itu dalam KBBI ( Kamus besar bahasa Indonesia ). Apa tujuannya tak lain mengabaikan keberadaan agama selain Islam, dimana konsepsi tentang Tuhan lebih dari satu. Dan sampai sekarang masih saja sebagian umat Islam meyakini bahwa ESA itu adalah SATU , sehingga penafsiran Sila Pertama menjadi "Ketuhanan yang SATU”. Hal itu dipertegas oleh ES ketika bersidang di hadapan Hakim Konstitusi berkaitan dengan gugatan terhadap PERPU Ormas “ Pemahaman kami dan juga pemahaman dunia dalam arti agama-agama yang lain, sepengetahuan kami yang ber-Ketuhanan Maha Esa itu hanya ajaran Islam,”. Kemudian ditafisirkan lagi menjadi "Menyembah Tuhan yang satu. Padahal dalam bahasa Sansekerta yang dimaksud dengan satu adalah EKA. Bukan ESA. Lantas apa arti ESA itu sendiri ?
Esa itu diambil dalam bahasa Sansekerta, yang bentuk kata bendanya adalah Etad artinya, as this, as it is or THE ( seperti ini, seperti apa adanya tapi bukan ini , bukan itu ). Nah mengapa sampai pendiri negara kita menempatkan kata ESA pada Pancasila ? Saya sempat termenung lama. Membayangkan betapa hebat keilmuwan para pendiri negara kita. Tapi bukan itu saja , ilmu luas itu membuat mereka arif sehingga mampu menciptakan pemahaman universal bersifat trensenden dan imanen. Tanpa ada satupun golongan agama berbeda paham soal itu. Mengapa sampai saya menyimpulkan seperti itu ? Kita harus tahu bahwa Pancasila itu adalah falsafah. Apa yang dimaksud falsafah ? Falsafah berarti anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling dasar yang dimiliki oleh orang atau masyarakat; pandangan hidup, yang didalamnya ada pemahaman teologi. Apa itu teologi ? Teologi adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan berdasarkan iman. Secara sederhana, iman dapat didefinisikan sebagai sikap manusia dihadapan Tuhan, Yang mutlak dan Yang suci, yang diakui sebagai Sumber segala kehidupan di alam semesta ini.
Bagaimana pemahaman teologi mengenai Tuhan itu ? Kata teologi berasal dari kata theos (Tuhan) dan logos (ilmu atau wacana). Kata teologi berasal dari bahasa Inggris Theology, dan Yunani Theologia yang mempunyai beberapa pengertian di antaranya adalah. a) Ilmu tentang hubungan dunia Ilahi dengan dunia fisik. b) Ilmu tentang hakikat dan kehendak Sang Ada. c) Doktrin atau keyakinan tentang Tuhan. d) Kumpulan ajaran yang disusun secara koheren yang menyangkut hekekat Allah, hubungan Allah dengan manusia serta hubungan-Nya dengan alam semesta. e). Usaha yang sistematis untuk meyakinkan, menafsirkan dan membenarkan secara konsisten keyakinan tentang Tuhan. Dari uraian tersebut, teologi dapat disederhanakan menjadi tiga hal yaitu. Pertama, teologi selalu berkaitan dengan Tuhan atau transendensi, baik dilihat dari segi mitologis, filosofis maupun dogmatis. Kedua, meskipun teologi memiliki banyak nuansa, tetapi doktrin tetap menjadi elemen signifikan dalam pemaknaannya. Ketiga, teologi pada hakikatnya adalah aktivitas atau respon yang muncul dari kepercayaan (îîmân) atau muncul dari penafsiran atas kepercayaan.
Walau Istilah teologi pada asalnya berasal dari tradisi atau khazanah Gereja Kristiani. Namun islam juga mempelajari Teologi. Dalam khazanah Islam, istilah teologi lazim dikenal dengan berbagai istilah di antaranya adalah; a) ‘ilm ushûl al-dîn, karena membahas tentang ajaran dasar agama Islam. Ajaran dasar Islam lazim disebut ‘aqâ’id atau sistem keyakinan. b) ‘ilm al-tauhîd yang membahas tentang keyakinan bahwa Allah itu Esa, dan c) ‘ilm al-kalâm yang membahas tentang firman Allah yang mengkristal dalam kitab suci al-Qur’an. Dalam hal ini al-Qur’an sebagai kalâm Allah pernah menjadi objek perdebatan di kalangan teolog Islam, apakah al-Qur’an itu qadîm (abadi) atau hadîts (baru). Dari pengertian tersebut, konsep teologi tidak lepas dari pembicaraan Tuhan dan alam semesta yang di dalamnya juga membahas hubungan antara manusia dan Tuhan, Tuhan dengann alam, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Secara makro, konsep ajaran dasar Islam yang fundamental tidak terbatas pada aspek kepercayaan, tetapi juga terkait dengan hal-hal yang praksis dalam kehidupan. Keimanan dan keyakinan manusia tidak hanya menyangkut kepercayaan terhadap Tuhan, tetapi meliputi pandangan dan sikap manusia terhadap sesama manusia dan alam.
Atas dasar pemaham teologi itulah pancasila disusun dan tetapkan sebagai falsafah negara. Mengapa ada kata Ketuhanan Yang Maha ESA dalam sila Pertama? itu tidak berarti satu ? Kalau Tuhan itu SATU maka artinya Tuhan bisa didefinisikan dengan akal. Karena satu bisa berarti 2 minus 1 atau 2 bagi dua, dan seterusnya. Kalau Tuhan dapat di definisikan maka Tuhan masuk dalam dunia persepsi. Engga ada beda dengan Mahkluk. Bisa kacau. Mengapa? Dalam dunia persepsi, tiap jiwa memiliki persepsi tersendiri. Kebenaran yang dimilikipun juga bersifat relatif terhadap yg lainnya. Tapi persepsi bukanlah hakikat, bukan kebenaran itu sendiri. Contoh konsep satu Tuhan, dua atau tiga , itu hanya persepsi dan bukan hakikat dari Tuhan. Dalam kontek teologi setiap agama memahami itu. Dalam AL Quran surat Al ikhlas, Allah berfirman tentang diriNya, diawali dengan kalimat " katakanlah". Bukan dengan kalimat " Bahwa" atau " adalah”. Itu menjelaskan tentang eksistensi Tuhan, bukan definisi Tuhan sebagaimana persepsi akal manusia. Lantas apakah persepsi itu salah? juga tidak. Mengapa? itu adalah fitrah manusia yang serba terbatas dan semua orang beragama sadar persepsinya tentang Tuhan bukanlah kebenaran absolut.
Lantas apa itu Ketuhanan Yang maha Esa ? Bukan tentang Tuhan dalam bilangan SATU dan simbol tapi dalam bentuk manifestasi. Apa itu ? Kemana saja wajah kita hadapkan yang nampak adalah manifestasi Tuhan. Apapun yang ada di semesta ini adalah manifestasi Tuhan. Manifestasi sifat Tuhan itu akan nampak salah satunya pada orang beragama yang menegakan nilai nilai kemanusiaan yang adil dan beradab ( akhlak ), bisa dipersatukan walau berbeda, bisa bermusyawarah walau berbeda paham dan berorientasi kepada keadilan sosial bagi semua. Jadi Tuhan Yang Maha Esa adalah hakikat kebenaran, realitas absolut, seru sekalian alam, Tuhan itu tapi bukan ini dan bukan itu.