Monday, January 26, 2009

Masjid

Dua minggu lalu bunda maksa saya untuk datang melihat Masjid Kubah Mas di daerah Depok. Nama Masjid itu sebetulnya adalah Dian Al - Mahri. Mungkin karena kubahnya berwarna kuning keemasan makanya disebut Kubah Mas. Saya sebetulnya berat untuk melangkah ke sana. Karena bagi saya sholat dimanapun bagi Allah sama saja. Yang penting bukan tempatnya yang megah tapi kekhusuan sholat berjamaah itulah yang utama. Tapi karena desakan Bunda maka saya tak ada pilihan untuk tidak mengantarnya. Setelah melewati gerbang Satpam dan Parkir , maka kamipun masuk kedalam Masjid megah itu. Setelah keluar dari masjid itu saya berpikir , andaikan uang untuk membangun masjid yang megah ini dikelola secara professional dan hasilnya dipergunakan untuk kemanusiaan , tentu banyak sekali orang miskin yang dapat dibantu. Apalagi donator masjid ini juga siap dengan dana untuk membantu orang miskin.

Sebetulnya didalam Al Quran amalan yang paling sering disebut adalah memberikan makan orang miskin. Pembangunan masjid malah tidak ada dalam Al Quran. Bahkan ada pembangunan masjid yang dikecam dalam Al Quran yaitu pembangunan Masjid Dhirar ( QS. Taubah (9) Ayat 107.). Tapi mengapa pembangunan masjid di Indonesia menjadi tradisi ? Bahkan Inilah negeri dengan jumlah masjid terbanyak didunia. Hal ini tak lepas dari cara para Sultan terdahulu yang selalu menempatkan Masjid besar didepan alun alun. Tujuannya adalah agar penduduk dapat dipersatukan dalam dimensi agama. Sehingga para sultan tidak kesulitan untuk menggiring masyarakat sebagai perekat kekuasaan. Cara ini juga sebagai motivasi lahirnya icon kesatuan dari tingkat desa , kecamatan sampai ketingkat pusat dimana sang penguasa bertahta.

Selanjutnya dari masa kemasa Masjid terus bermunculan dan dibangun dengan segala daya dan upaya untuk tampil megah. Bahkan Yayasan Dakap dizaman Pak Harto bertugas menggalang dana untuk membangun masjid seantero nusantara. Model dan rancangannya yang serba segi lima sebagai bentuk penyamaan paham dimana pancasila sebagai azas tunggal. Kemudian para orang kaya pun berlomba lomba membangun masjid dengan namanya sendiri atau nama yayasannya. Sebatas nampak dari luar sebagai upaya untuk syiar agama maka itu dapat diterima. Hanya saja yang menjadi kekawatiran adalah apabila pembangunan masjid itu bertujuan untuk politik kekuasaan atau sebagai wahana untuk aktualisasi diri para pengurus dan donator pembangunan masjid. Karena apapun dalihnya selain karena untuk mencari ridho Allah maka itu adalah perbuatan sombong dan takabur.

Bukan rahasia umum bila pengurus masjid dan donator masjid selalu ditempatkan pada tempat yang terhormat dimasjid. Selalu ada dibarisan depan. Walau dia datang terlambat. Bahkan pejabat yang ikut memberikan santunan dinanti oleh pengurus masjid didepan gerbang dan ditempatkan pada posisi terhormat. Kadang sikaf ini melupakan masjid adalah milik Allah dan semua orang dihadapan Allah adalah sama. Tradisi seperti inilah yang merupakan sarana ampuh bagi Iblis untuk menggelincirkan orang kaya dan penguasa kepada sirik social , yang bahkan menimbulkan sifat sombong dan takabur. Padahal dalam Islam sebaiknya sumbangan itu tidak perlu ada orang yang tahu selain Allah. Tangan kanan memberi tanpa diketahui oleh tangan kiri. Begitu sunnah rasul.

Esensi masjid bukanlah dari keindahan masjid. Bukan. Tapi ramainya orang datang berjamaah dengan khusu serta dijalin oleh rasa persaudaraan yang tinggi. Sholat berjamah dan masjid adalah ujud social culture umat dalam memahami syariat Agama. Bahwa kebersamaan itu adalah segala galanya,. Masjid harus berfungsi tidak hanya sebagai tempat sholat dengan kemegahannya untuk dilihat tapi lebih kepada sebagai sarana perjuangan umat untuk meninggikan kalimat Allah. Dari berkumpulnya umat dalam satu tempat , banyak hal tentang syariat berjihad dapat diorganisir.Yang utama adalah bagaimana membantu mereka yang lemah dan terzolimi. Para ulama harus sebagai mentor untuk memeriahkan masjid dalam nafas perjuangan itu. Sehingga tak lagi nampak Masjid harus dijaga oleh Satpam, Tak harus masjid terkunci rapat ketika tidak dipergunakan untuk sholat berjamaah. Masjid 24 jam terbuka bagi siapa saja yang ingin berjihad.

Kita tidak perlu masjid megah tampilannya tapi kumuh program sosialnya. Kita cukup masjid yang sederhana tapi megah program sosialnya. Mungkinkah ?

Wednesday, January 21, 2009

Kekuatan pikiran

Jam 11.40 pagi tanggal 20 january Acara pelantikan Obama di Washington DC dilaksanakan. Diliput oleh seluruh media massa dalam maupun luar negeri. Ratusan juta mata menonton acara itu. Anything is possible. Begitulah puncak keyakinan bangsa AS dan juga dunia tentang sosok Obama yang keturunan kulit berwarna menempati Gedung Putih sebagai pemimpin dari negara yang disebut super power. Ada harapan ditengah awan mendung yang menghadang perekonomian AS. Apa yang disampaikan oleh Obama dalam pidatonya tak lain sama dengan SBY ketika dulu berkampanye. Bersama kita bisa. Obama membangkitkan tradisi Amerika untuk berpikir positip. Bahkan menurutnya kehebatan budaya bangsa Amerika nampak ketika menghadapi kesulitan.Yes, WE CAN…

Para pemimpin memang memahami betul tentang psikology komunikasi. Seperti ungkapan Beyond psychology. Bahwa kekuatan pikiran ( power of mind ) bisa menentukan prilaku kita. Kita tidak bisa berpikir siapa kita , tetapi kita bergantung pada apa yang kita pikirkan. You don’t think what you are; you are what you think.Bila kita berpikir gagal maka kitapun akhirnya akan gagal. Bila kita berpikir bisa maka kitapun akan bisa. Para ahli psikologi sudah membuktikan ini dalam riset bertahun tahun. Sejarah mencatat bahwa banyak kejadian besar didunia ini dicreate oleh orang biasa tapi kekuatan pikiran mereka , impian dan semangat telah membuat impossible is nothing.

Yang menciptakan alam semesta berserta isinya adalah Allah. Allah berkuasa untuk segala galanya. Namun Dia menghadirkan berbagai peristiwa di alam semesta ini melalui kita. Allah memanfiestasikan diriNya dalam diri kita. Kita adalah ungkapan Tuhan dialam semesta. Makanya kita adalah mitra Allah. Melalui peran apa kita sebagai mitra Allah itu ? Tentu melalu pikiran kita. Kadang sebagian manusia tidak menyadari hal ini dan cenderung mempertanyakan keberadaan Allah secara phisik. Padahal Allah hadir dalam keseharian manusia. Tapi kadang manusia tetap belum yakin. Samahalnya kadang manusia tidak yakin bahwa Allah hadir dalam dirinya.

Memahami kekuatan pikiran ini memang tak jauh dari hal pertama , bahwa kita menciptakan kejadian dialam semesta ini bersama Tuhan. Kedua, kita bekerja sama dengan Tuhan untuk menciptakan berbagai peristiwa yang kita kehendaki. Artinya Allah itu sangat dekat dengan kita. Bahkan dalam tasawuf , kita harus memikirkan diri kita sebagai manifestasi Tuhan. God as me. Tuhan sebagai aku. Sebagaimana paham wahdatul wujud bahwa kehendak seseorang bersatu dengan kehendak Tuhan. Pada tingkat tertentu, dalam pengalaman ruhani yang sangat tinggi, yakni paling ujung dari seluruh perjalanan sufi, manusia tidak lagi bisa membedakan mana dirinya dan mana Tuhan. Pada tahap ini kemampuan akal tak lagi berfungsi untuk membedakan antara khalik dan makhluk, antara Tuhan dan aku.

Allah sangat tahu apa yang terbaik untuk kita. Namun kadang kala pikiran kita tidak sesuai apa yang telah tetapkanNya untuk kita. Contoh Allah tahu bahwa kemiskinan itu cara terbaik untuk kita. Tapi kita minta kaya kepada Allah.Namun karena kasih Allah maka keinginkan kita melalui pikiran kita dipenuhi juga oleh Allah. Artinya kasih Allah mendahului kekuasaannya. Kalau kita berpikir jahat hasilnya adalah kejahatan. Kalau kita berpikir gagal maka hasilnya adalah kegagalan. Kalau pikiran kita memandang lemah negeri kita tanpa bantuan asing maka terjajahlah kita. Iran berkayakinan dan terpusat pikirannya bahwa tanpa bantuan Eropa dan Amerika mereka bisa mandiri. Terbukti mereka mampu mandiri. Beda dengan negara negara yang ada di timur tengah ,yang selalu tergantung dengan Amerika dan Eropa.

Karena berbagai peristiwa dialam ini tak lepas dari hasil yang dibentuk oleh pemikiran kita makanya kita harus bertanggung jawab atas berbebagai peristiwa disekitar kita. Baik dan buruk hasilnya adalah pilihan cara kita berpikir. Andai anda orang lain berpikir buruk maka hindarilah karena kalau buruk yang terjadi maka kitapun ikut bertanggung jawab Allah maha adil dan menjadi pendukung kuasa untuk menunaikan itu semua.. Alangkah indahnya bila hanya pemikiran mulia yang selalu dekat sama kita sebagaimana kita dekat kepada Allah. Sehingga tujuan kemuliaan hakikat kita terpenuhi lewat pemikiran kita yang selalu menyatu dengan Allah; Sebagai rahmat bagi Alam semesta bukannya perusak.
wallahualam

Wednesday, January 14, 2009

Pemimpin

“ Setiap pemimpin itu harus mempunyai agenda. “ George Bush menyampaikan kepada Scott McClellan. “ Orang menilai pemimpin itu dan sejarah mencatat mereka berdasarkan kesuksesan yang diraih, lebih dari hal lainnya. Dalam politik tidak penting bagi rakyat bagaimana pemimpin meraih hasil, apakah didukung kalangan luas atau sempit, serta apakah dia terbuka dan jujur dalam usahanya. Selama programnya terbukti sukses, rakyat cenderung hanya melihat hasil akhir, bukan bagaimana cara pemimpin melakukannya. Karena kata kata tetaplah kata kata. Janji tetaplah janji. Tapi hasil adalah segala galanya.“

Scott terpukau dengan sikap George Bush. Dia akhirnya bersemangat dan bangga bekerja sebagai salah satu team George Bush. Dia melihat George Bush mempunyai kualitas sebagai pemimpin muda yang terbukti ketika menjabat Gubernur Texas mampu mengendalikan gejolak kepartaian, menyatukan masyarakat , dan membawa hasil positif. “ Saya tidak memiliki alasan untuk bersiap menghadapi kekecewaan dimasa depan “ Demikian Scott berkeyakinan terhadap George Bush.

Dari tingkat nasional, Scott terlibat membantu George Bush menuju Gedung Putih. Persaingan ketat menuju Washington memaksa mereka bekerja keras siang dan malam. Geoge Bush memperoleh kemenangan dalam pemilu. Selama di gedung putih, barulah Scott melihat secara nyata hasil dari sikap hidup Geroge Bush dalam memimpin. Kebohongan demi kebohongan terus terjadi, pengelabuan data intelligent, fitnah terhadap lawan politik dan banyak lagi. George Bush terus melenggang dengan caranya untuk menuntaskan agendanya. Akhirnya Scott memilih keluar dari team George Bush. Dia merasa pilihan terburuk dalam hidupnya adalah ketika dia memutuskan untuk bergabung dalam team George Bush.

Itulah sepenggal kisah dari Scott McClellah, mantan Juru Bicara Gedung Putih, yang ditulisnya dalam buku Inside The bush White House and Washington’s Culture of deception. Sejarah kepemimpinan AS banyak menghasilkan scandal Watergate, FBIgate, Irangate dan lain lain. Tapi selama kepemimpinan Bush , tak ada scandal yang bisa diungkap karena kejujuran terkunci dan kebohongan menjadi budaya. Inilah warisan yang harus diterima oleh Obama. Bush memang berhasil dengan agendanya, menyerbu Irak dan akhirnya menggulingkan Sadam. Menciptakan bad image terhadap eksistensi gerakan Fundamentalis Islam diseluruh dunia. Memacu pasar uang dan modal melesat bagaikan roket menggairahkan investasi di AS. Memacu kebebasan Pasar.

Namun kebohongan tetaplah kebohongan. Tak ada hasil yang seperti diharapkannya bila itu keberhasilan sejati. Kehebatan Geroge Bush memanfaatkan system untuk berbohong memang membuat dia lepas dari jeratan hukum ataupun scandal walau Irak menguras Anggaran dan merusak International image bangsa Amerika yang cinta kebebasan, walau pertumbuhan ekonomi AS menghasilkan bubble asset dan akhirnya merontokan kehebatan system moneter kapitalis, walau pasar bebas membuat rontok banyak industri AS sendiri, walau gerakan Islam semakin kuat menyatu dan garang menguasai Libanon, menguasai daerah pendudukan palestina di Gaza.

Yang terpenting ternyata bukan hasil yang diperoleh, tapi kebaikan apa yang dapat dihasilkan. Kebaikan ( goodness ) itu hanya mungkin dicapai bila dibalik setiap sikap dan perbuatan didasarkan oleh sikap cinta dan kasih sayang. Memang tak ada pemimpin yang sempurna. Juga samahalnya manusia. Tapi kejujuran apapun dalihnya harus menjadi agenda utama, siapapun yang ingin jadi pemimpin, dibidang apapun. Karena kejujuran berujung kepada Kebenaran dan akhirnya tentu keadilan bagi siapa saja akan terbentuk.

Tak ada pemimpin yang ideal dibumi ini. Selain Nabi Muhammad. Itupun Malaikat harus berkali kali membelah hati dan jantung Nabi untuk membersihkan segala tabiat buruk yang melekat didalam dirinya agar sempurna. Tapi kita manusia biasa terlalu lemah untuk bisa seperti Nabi Muhammad. Kita memang tidak mungkin menjadi manusia superman yang bebas dari segala kesalahan dan bertumpu dengan segala sikaf mulia. Karenanya kita hanya butuh pemimpin yang mampu berbuat dengan cinta dan ketulusan. Itu saja.

Tuesday, January 13, 2009

Iman

Ada yang sempat mengatakan kepada saya “ Orang kafir memuja berhala dan bersujud dihadapannya. Kini kita melakukan hal yang sama. Pemikiran orang kafir sudah kita imani untuk bersikap dan bertindak. Ketika bertemu orang Amerika dan Barat yang kafir kita menunduka diri dan menghormati mereka dengan segala bentuk. Tapi kita tetap menganggap diri kita muslim. Dan akibatnya kita mempunyai banyak berhala didalam diri kita, seperti ketamakan, ambisi, dengki dan iri hati , dan kita tunduk dengan semua itu. Maka baik secara lahir maupun batin, kita berbuat sama dengan pemuja berhala, tetapi kita tetap menganggap diri kita muslim “

Saya katakan hal itu tidak perlu dirisaukan. Bahwa selagi kita bisa melihat yang jelek maka ruh kebaikan terpancar didalam diri kita. Air laut terasa asin manakala kita sudah merasakan air sungai.. Yang indah nampak dipermukaan , menyeramkan bagi ruh. Yang terhormat nampak , namun terhina bagi ruh, yang terpintar dipermukaan, namun bodoh dihadapan ruh. Begitulah kemuliaan ruh yang bersemayam didalam diri kita. Menuntun kita untuk menilai dan memilah semua tipu daya dunia untuk mencapai kesempurnaan. Memahami agama sebagai hakikat selalu mencerahkan. Yang tidak bicara tentang ritual kecuali melakukanya seperti bernafas. Rukun Islam itu adalah kesehariannya dalam bersyariat sebagai cara mengingat Allah seumur hidup.

Agar kita tidak terjebak dalam kehidupan yang menipu maka dalam suluruh disiplin rohami selalu ditegaskan bahwa iman sebagai bagian yang tak terpisahkan dari amal. Iman itu dalam bahasa arab artinya adalah Aman.. Keamanan berujung kepada kedamaian. Bagi kebanyakan orang, akal terlalu dominant membahas soal keimanan. Akibatnya keamanan tidak didapat. Padahal memahami iman haruslah dengan cahaya Allah. Melalui tafakkur dan keilmuanm, untuk mengenal Tuhan menuju keamanan sejati. Mengenal dan akrab dengan Allah sebagai saksi setiap perbuatan, setiap pikiran, setiap niat. Sebagai pelindung siang dan malam dari segala fitnah dan bencana. Sebagai pemberi cinta daripada amarah.

Tanpa syak, manusia terdiri dari jasad yang sangat rendah dan roh, yang agung.. Tuhan menciptakan keduanya dari kesempurnaan Kuasa Nya. Srratus ribu kebijaksanaan yang ternyatakan dari roh luhur , seratus ribu kegelapan dari jasad kasar ini. Itulah sebabnya, Tuhan berfirman kepada para malaikat “ Lihatlah , sesungguhnya aku menciptakan makhluk dari tanah, Manakala telah kusempurnakan kejadiannya dan kutiupkan roh Ku maka hendaklah kamu bersujud. Kepadanya ( QS: 38:72-73). Dia dihubungkan jasad tanah dengan hembusan napas Roh Nya sendiri, sehingga cahaya dan Napas ketuhanan menjadikan tanah hitam ini sarana bagi kebajikian, keadilan dan pemelihara amanat Tuhan: maka ia menjadi sarana bagi keselamatan,pendakian , dan derajat ketinggian. Tujuan bukanlah tanah hitam, melalui ketamakannya bagi cahaya “Aku hembuskan napas roh Ku kedalam dirinya”, hendak menjadikan lampu penerang, bagi niat jahat mencuri dan pengkianatan.

Mensucikan diri bukanlah menghindar dari interaksi dengan siapapun. Melainkan menanamkan jihad Akbar kepada diri sendiri . Berkeyakinan mampu membunuh nafs dengan menghentikan budaya “ meminta “ dan “memohon”. Membangun sikaf keseharian untuk memberi dan memberi karena cinta. Memang setiap perang akan ada korban dan pendertaan, Kadang kalah, kadang menang. Namun akhir dari pertempuran adalah memenangkannya. Penderitaan karena perang dengan nafs terlalu tak berarti bila dibandingkan penderitaan diakhirat kelak bila kita kalah. Inilah puncak keimanan untuk mencapai puncak spiritual yang menetramkan Menuju keselamatan di dunia dan akhirat.

Monday, January 05, 2009

Takut kepada Allah

“Anna Laka hadza “ yang berarti adalah “ ini darimana kamu dapatkan? “. Istilah ini sangat popular dizaman dinasti Islam ketika berjaya sebagai ujud kepedulian negara terhadap keadilan dan pemberantasan korupsi. Istilah “Anna Laka hadza” awalnya adalah kata kata yang keluar dari Umar Bin Khathab yang disampaikannya kepada Abu Hurairah. Kisahnya ketika itu Abu Hurairah diangkat menjadi pemungut pajak. Setelah semua hasil pungutan pajak itu diserahkan ke Baitul Maal, maka Umar berkata ““Anna Laka hadza” ketika melihat ada benda berharga ditangan Abu Hurairah. Abu Hurairah menjawab bahwa itu didapatnya sebagai hadiah dari seorang pembayar pajak kepadanya. Dengan tegas Umar meminta agar barang itu diserahkan kepada Baitul Maal. Alasannya kalaulah bukan karena dia petugas pajak maka tak mungkin ada hadiah itu.

Di era sekarang istilah itu masih ada. Namanya adalah LKPN ( laporan Kekayaan Pejabat Negara ). Semua pejabat wajib membuat laporan asal usul harta yang didapatnya. Untuk pihak non pejabat negara juga ada ketentuan mengenai KYC ( knowing your customer ) yang ditujukan bagi nasabah bank. Hal ini berkaitan dengann Undang Undang Pencucian uang. Artinya siapapun yang ingin memanfaatkan bank maka dia harus menyatakan dirinya bersih dari segala tindakan kejahatan atau uang hasil kejahatan. Berbagai aturan pendukung dibuat untuk memagar segala rencana atau tindakan yang mengarah kepada korupsi atau kejahatan.

Zamak Khalifah islam dan era sekarang mempuynyai kepedulian yang sama tentang pemberantasan praktek culas yang dapat merugikan negara. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mungkin di zaman Kalifah Anna Lad hadza menjadi alat ampuh pemberantasan korupsi. Tapi dizaman sekarang aturan yang begitu ketat ternyata tidak berhasil menghapus tindakan korupsi ? Bagaimana mungkin bank sebagai lembaga penjaga kesucian asal usul uang ternyata tak berdaya membendung dana haram masuk ? Jawabanya hanyalah satu bahwa di zaman Kalifah Islam, kebijakan dilandasakan kepada keyakinan spiritual yang dianut oleh masyarakat. Keyakinan spiritual inilah yang dijadikan cara mendidik masyarakat untuk menghindari korupsi.

Pendidikan dari para pemmpin kepada rakyatnya dilakukan tidak dengan pidato atau seminar. Tapi dalam bentuk keteladanan. Ketika putri Khalifah Umar bin Abdul Azis diberi hadiah berupa perhiasan oleh petugas Pajak maka seketika itu juga Umar meminta agar perhiasan itu diserahkan kepada Baitul Maal, sambil berkata “ takutlah engkau wahai anaku yang tercinta, bahwa engkau kelak akan menghadap Mahkamah Tuhan dengan barang perhiasan itu” Umar berkata seperti itu karena keimanan yang tinggi dihadapan Allah untuk senantiasa mengingatkan kepada siapapun tentang kesalahan dan tertuma kepada keluarga terdekatnya

‘ ….Apakah orang yang menuruti keridhaan Allah, akan serupa dengan orang yang pulang dengan kemurkaan Allah ( QS Ali Imaran 162). Apakah orang yang jujur, taat dan mengabdi kepada negara dan bangsa hanya karena ingin beribadah kepada Allah akan sama dengan orang yang pulang karna murka Allah , karena culas ?, karena korupsi,? karena menggunting dalam lipatan,? menohok kawan seiring ? mengguk diair keruh ? Apakah akan sama keduanya ? Pastinya tidak ! Sebab orang berjuang karena Allah maka hanya satu balasannya yaitu Sorga sedangkan sicurang tersebut “ ….Dan tempat kembali mereka adalah neraka jahannam, itulah bentuk buruk tempat kembali ( QS: Ali Imran 162). Spiritual kita harus mampu berkata kepada orang terdekat kita ( anak /istri ./family ) ketika mereka meminta sesuatu yang bisa membuat kita tergelincir dari perbuatan hina , “ Pilih kesenangan dunia atau ikut aku untuk berbuat karena Allah…

Ketika Nabi Muhammad wafat , Islam diatas kemenangan dan kejayaan namun tak ada harta atau singgasana sebagai warisan beliau untuk keluarganya kecuali satu tombak yang juga dalam kondisi tergadaikan dirumah seorang yahudi….Karena kenikmatan dunia yang tak tertandingi ternyata bukanlah harta dunia tapi “ rasa takut kepada Allah “…Nabi telah memberikan teladan kepada umatnya , dan itulah pendidikan terbaik sepanjang zaman. Semoga dan semoga siapapun yang kelak akan menjadi pemimpin , entah itu menjadi wakil rakyat di DPR, di Pemeritahan, mampu menjadi pendidik bangsa lewat keteladanan. Dengan keteladanan melalui akhlak mulia itulah yang akan membuat aturan negara melekat dalam setiap jiwa rakyat untuk lahirnya sifat malu dan akhirnya terbangun sikap “ takut kepada Allah “. Maka kemakmuran akan terjadi kini dan disini…

Wednesday, December 31, 2008

Waktu

Karena waktu sejarah ada. Karena waktu mentari tenggelam diperaduannya. Usia terpenggal dengan rambut memutih, mata memudar, tenaga berkurang. Namun hasrat tak pernah padam selagi hayat dikandung badan. Itulah waktu dan kita. Hasrat mengecilkan eksistensi sang waktu. Membuat hari tak akan berkesudahan. Melata untuk mendaki hasrat yang tak pernah habis habisnya untuk digapai. Makanya tak perlu terkejut bila semua orang tertawa dan ceria ketika menanti detik detik pergantian tahun .Keceriaan itu adalah puncak dari kebodohan manusia. Puncak meruginya manusia yang selalu alfa memaknai sang waktu sesungguhnya.

Para cerdik pandai menulis dibanyak media tentang makna pergantian tahun. Toresan tentang yang lalu dan yang akan datang diulas tuntas. Semuanya dengan nada hari esok masih ada dan tentu masih ada banyak harapan. Begitulah setiap pergantian tahun , harapan tak pernah henti dipanjatkan. Sesungguhnya manusia itu sangat tak berdaya berhadapan dengan sang waktu. Sedetik kedepan tak ada yang bisa menduganya kecuali setelah mengalaminya. Hari esok yang kita maknai hanyalah bayangan dari sinar kemarin dan kini. Hanyalah gambaran , bisa menyenangkan dan bisa bisa menyedihkan. Tak lebih. Karena sejatinya masa lalu berhubungan dengan masa kini dan masa kini menentukan masa depan. Lantas apakah manusia mampu merubah jalan yang sudah terbentuk selama setahun kemudian segera merubahnya dalam waktu singkat ? Manusia adalah makhluk social yang hanya bisa berevolusi. Tak ada proses short cut untuk masa kini menuju masa depan yang lebih baik. Selagi masa lalu sudah salah maka untuk merubahnya butuh waktu dan proses yang tidak mudah. Selama prose situ tak banyak orang siap.

Kata orang, rusak susu sebelanga karena nila setitik. Jauh jalan menyimpang bila berkelok seincipun langkah kita. Setetes kesalahan akan membuat hati kita kabur. Seinci aqidah terbelokan maka sesatlah itu orang. Makanya dalam islam orang dipaksa untuk meng up date dirinya bukannya setahun sekali tapi lima kali dalam sehari dan terus tiada henti selagi hajat dikandung badan. Dalam ritual sholat, manusia berjanji kepada Allah bahwa “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tiada sekutu bagiNya. ...” Lima kali sehari kita berjanji bahwa shalat yang kita lakukan hanya untuk Allah. Bukan untuk inginkan sorga atau inginkan pahala. Bahwa ibadahku ( perbuatan baik dan soleh) hanya untuk dan karena Allah semata. Bukan untuk mendapatkan pujian, atau kehormatan atau pangkat. Hidupku hanya untuk Allah. Apapun yang kita lakukan dimuka bumi ini dalam posisi apapun , entah itu pejabat, rakyat jelata, maka semua karena Allah. Matiku, bahwa akhir dari segala harapan kita hanyalah kembali kepada Allah dan mati karena Allah.

Lima kali sehari dan tak pernah lekang oleh situasi apapun. Sholat harus ditegakkan. Bahkan Nabi ketika akan menjemput ajal, sholat adalah satu satunya yang diingatkan kepada manusia agar menjaganya. Dari sholat inilah sebetulnya manusia setiap hari setiap waktu secara systematis diminta agar memperbarui janjinya kepada Allah. Karena disela sela waktu sholat itu kadang manusia lupa akan janjinya.Makanya kembali diingatkan ketika masuk waktu sholat berikutnya. Inilah pembelajaran sejati bahwa manusia sangat lemah dihadapan waktu. Allah sebagai pencipta kita tahu betul bagaimana menjaga kesempurnaan kita , yaitu melalui perintah sholat.

Bila kita lupa satu jam dan kemudian berlanjut sampai jam berikutnya dan terus berlanjut Hari menuju minggu ,minggu menuju bulan dan akhirnya tahun berganti tanpa kita sadari. Sementara kita tetap dengan cara kita yang lupa dengan janji kita kepada Allah. Dan terus merasa bahagia disetiap berganti tahun dengan banyak harapan harapan. Sebetulnya harapan itu sudah hilang seiring kita kehilangan hubungan kepada Allah. Kita hanyalah kumpulan manusia yang tak lebih disamakan atau lebih rendah dari bunatang dihadapan Allah. Hidup kita didera oleh ilusi dan impian yang memabukan. Mudah sekali termakan bujukan manusia, mudah sekali di create oleh pemikiran orang lain. Mudah sekali memuja orang lain untuk harapan. Dan akhirnya membuat kita semakin jauh dari Allah..

Andai Sholat kita tegakan. Andai sholat sebagai repliksi keseharian kita. Maka semua kita sebetulnya telah berperan penuh untuk menciptakan kedamaian dibumi. Namun kita sholat tapi kita tidak memahami makna sholat. Akibatnya kita kehilangan indetitas kita sebagai rahmat bagi alam semesta. Bukannya menjaga bumi malah bumi meradang karena polusi. Bukannya menjaga alam malah alam hancur dimakan kerakusan. Bukannya menjaga kedamaian dimuka bumi malah menciptakan prahara demi prahara . Namun , sejarah selalu mencatat indah perjalanan waktu dengan tampilnya tokoh dibalik cerita para pemikir tapi sebetulnya itu hanyalah cara berilusi untuk sesuatu harapan yang sebetulnya sudah lama hilang. Yang ada hanyalah permainan waktu untuk membuat kita terus merugi dan merugi karena kita kehilangan Allah.

Kembalilah kepada Allah dan masuklah kedalam islam secara kaffah. Memang karena “waktu” kita sudah lama berpaling dari Allah tapi selagi hajat dikandung badan, Allah senantiasa menantikan kita untuk kembali kejalan dimana singgasana Allah bersemayam. “ Datanglah kepada ku wahai wajah yang bersih…” --Bukan karena pangkat, jabatan ,harta , pujian, pahala ,sorga--. Bukan.! Tapi wajah yang bersih itu adalah berangkat dari ketulusan untuk berbuat dan berbuat karena Allah. Inilah kunci kemuliaan manusia yang pantas menjadi khalifah dimuka bumi..tapi kadang kita lupa

Saturday, December 20, 2008

Kekuatan spiritual

Dalam berbagai banyak kunjungan diluar negeri dan beriteraksi dengan para professional asing, saya melihat bahwa etos kerja mereka sungguh luar biasa. Mereka serius, tekun dan disiplin tinggi dengan waktu. Tak ada hari kerja dalam canda. Semua berkerja dalam hirarki yang ketat untuk mencapai sasaran yang tepat. Kehebatan ekonomi China, Jepang ,Korea, Taiwan menjadi telaah para budayawan tentang kehebatan Tao , Budhisme, Kong Hu Chu sebagai kunci keberhasilan masyarakat Asia timur berkibar dikancah international dan disegani. Begitupula kehebatan Ekonomi barat dan AS diyakini oleh para budayawan sebagia akibat budaya plurarisme dan kebebasan berpikir . Hingga membuat bangsa Barat dan AS menjadi bangsa yang creative , innovative disegala bidang hingga menjadi acuan untuk menjadi sukses.

Semua hal yang berbau barat selalu dipuja. Dulu orang mendalami ilmu tentang sukses yang katanya berasal dari Intelligent Question (IQ). Maka beramai ramailah orang tua meminta anaknya ikut test IQ. Bahkan masuk kerjapun diharuskan ikut test IQ. Namun karena belakangan diketahui ternyata IQ tidak cukup untuk menjadikan orang “sukses”karena banyak yang IQ nya tinggi ternyata mati bunuh diri karena gagal.Banyak yang frustasi. Kalaupun berhasil dia berubah menjadi aninal. Cenderung indiviualistis, dam arogan. Kemudian , para ahli memandang bahwa IQ tidak cukup. Maka harus ada tambahan berupa emotion. Maka jadilah rumus sukses seseorang menjadi Emotion Question (EQ). Dari sini diharapkan orang pintar akan sukses apabila dia punya kemampuan mengendalikan emotionnya. Namun , apa yang terjadi? Pengendalian emotion yang tinggi ternyata tidak membuat orang damai. Terlalu banyak stress karena semua dipendam sendiri. Tidak ada pelampiasan. Akibatnya banyak orang sukses kesepian dan menyendiri. Kesuksesanpun tak lagi bernilai.

Para Ahlipun mulai lagi menganalisa bagaimana sebetulnya sukses itu ?. Mengapa kepintaran, pengendalian emosi tidak cukup membuat orang sukses dalam arti sesungguhnya. Mengapa jabatan dan ilmu tinggi tidak membuat orang bijak. Mengapa harta berlimpah membuat orang terus merasa kurang. Mengapa banyak makan obat supplement justru membuat orang semakin banyak penyakit. Mengapa begitu banyak tempat hiburan semakin banyak orang stress. Mengapa semua menjadi paradox ? Dari berbagai observasi tersebutlah akhirnya orang menemukan kesejatiannya yaitu perlunya spiritual dalam rangka mengendalikan emotion. Maka jadilah Emotion Spiritual Question ( ESQ). Dalam kaca mata ahli yang dimaksud spiritual adalah sesuatu yang universal dimana pada intinya manusia itu terlahir membawa nilai spiritual. Membawa manusia kealam spiritual adalah obat untuk menjaga keseimbangan emotion.

Dari ESQ inilah paradigma baru tentang sukses digelar. Konsep memberi dan menerima dengan tulus dikembangkan. Orang barat tergila gila dengan konsep baru ini. Namun tetap saja mereka tidak mengakui keberadaan Agama dan hari akhir sebagai inti dari kekuatan spiritual. Mereka mencoba menganalisa alam spiritual dengan otak sebelah kirinya. Perusahaan berlomba lomba membuat yayasan Amal , Para orang sukses berusaha menjadi pimpinan yayasan amal. Kegiatan yang bermuatan kasih sayang digelar luas. Senyum dibudayakan. Tapi semua itu barulah sebatas symbol. Akal manusia tidak akan mampu menyabarkan konsep spiritual tersebut kecuali berdasarkan ilmu yang sudah diajarkan oleh sang pencipta ( ALLAH ) kepada manusia. Mengapa ? semua hal yang menyangkut spiritual berujung kepada hal gaib , yang hanya mampu dicerna oleh otak sebelah kanan.

Tesis suskes membangun peradaban modern seperti China, Eropa, AS , Jepang oleh banyak budayawan kini terbukti hanyalah ilusi belaka. Menjadi terbalik ketika krisis global terjadi. Lihatlah betapa rentanya komunitas peradaban modern yang dibanggakan itu. Mereka nampak rapuh dan setiap hari berteriak memohon perlindungan dari penguasa untuk diselamatkan dari kemungkinan jatuh bangkrut. Bahkan mereka mengatakan “Tuhan sudah mati “. Ternyata bangsa Indonesia tak pernah gamang dengan situasi apapun. Walau kemiskinan menjerat. Walau harus antri BLT. Walau harus mati karena tak mampu beli obat. Walau harus berhenti sekolah karena sekolah mahal. Kita sebagai komunitas terlatih menerima kezoliman peradaban “modern” dengan kesabaran yang tinggi, tak tertandingi oleh peradaban manapun. Itu karena nilai nilai Islam yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia.

Dari waktu ke waktu kita tak pernah sepi dari krisis. Semua itu karena ulah rezim yang brengsek. Tapi kita tetap kuat sebagai komunitas dan mudah digiring ke bilik pemilu walau janji elite politik tak pernah tunai. Seharusnya pihak Barat , China, Jepang, dan lainnya serta para pemikir orientalis mulai melihat kehebatan peradaban Indonesia ini untuk mendapatkan sukses dalam arti sesungguhnya. Dimana spiritual itu tak pernah menganggap bahwa dunia adalah akhir dari segala galanya. Dunia hanyalah persinggahan sementara untuk menuju kehidupan yang abadi. Dizolimin, kemiskinan, penderitaan bukanlah yang ditakuti tapi adalah bagian proses untuk meningkatkan nilai spiritual itu sendiri. Sementara orang yang mengagungkan dunia justru semakin kehilangan spiritualnya dan hanya hidup dari banyak symbol yang mudah hancur dimakan waktu.

Bahwa hanya ada satu pilihan bagi pihak Eropa, AS, Jepang, China, Jepang dan mereka yang berpikir orientalis untuk keluar dari krisis ,yaitu percayalah kepada Allah dan Rasul. Islam adalah satu satunya solusi untuk menciptakan peradaban yang damai. Dengan demikian maka keseimbangan akan terbentuk dan Komunitas Indonesia , termasuk dibelahan dunia lainnya yang selama ini dipinggirkan dari kerakusan peradaban “modern” akan bangkit untuk saling mengisi dan melengkapi. Namun bagaimana menanamkan keyakinan bahwa krisis sekarang ini terjadi akibat larinya mereka dari konsep Islam…? Hanya Allah yang berhak menanamkan keyakinan ( hidayah ) itu.Lagi lagi kita hanya bisa berserah diri kepada Allah. Itulah puncak spiritual yang memang sulit dipahami oleh akal..

Persepsi sesat

  Persepsi itu penilaian atas dasar realita. Realita itu apa yang kita lihat, baca dan dengar. Realita bukan fakta.  Nah di era sosial media...