Jam 11.40 pagi tanggal 20 january Acara pelantikan Obama di Washington DC dilaksanakan. Diliput oleh seluruh media massa dalam maupun luar negeri. Ratusan juta mata menonton acara itu. Anything is possible. Begitulah puncak keyakinan bangsa AS dan juga dunia tentang sosok Obama yang keturunan kulit berwarna menempati Gedung Putih sebagai pemimpin dari negara yang disebut super power. Ada harapan ditengah awan mendung yang menghadang perekonomian AS. Apa yang disampaikan oleh Obama dalam pidatonya tak lain sama dengan SBY ketika dulu berkampanye. Bersama kita bisa. Obama membangkitkan tradisi Amerika untuk berpikir positip. Bahkan menurutnya kehebatan budaya bangsa Amerika nampak ketika menghadapi kesulitan.Yes, WE CAN…
Para pemimpin memang memahami betul tentang psikology komunikasi. Seperti ungkapan Beyond psychology. Bahwa kekuatan pikiran ( power of mind ) bisa menentukan prilaku kita. Kita tidak bisa berpikir siapa kita , tetapi kita bergantung pada apa yang kita pikirkan. You don’t think what you are; you are what you think.Bila kita berpikir gagal maka kitapun akhirnya akan gagal. Bila kita berpikir bisa maka kitapun akan bisa. Para ahli psikologi sudah membuktikan ini dalam riset bertahun tahun. Sejarah mencatat bahwa banyak kejadian besar didunia ini dicreate oleh orang biasa tapi kekuatan pikiran mereka , impian dan semangat telah membuat impossible is nothing.
Yang menciptakan alam semesta berserta isinya adalah Allah. Allah berkuasa untuk segala galanya. Namun Dia menghadirkan berbagai peristiwa di alam semesta ini melalui kita. Allah memanfiestasikan diriNya dalam diri kita. Kita adalah ungkapan Tuhan dialam semesta. Makanya kita adalah mitra Allah. Melalui peran apa kita sebagai mitra Allah itu ? Tentu melalu pikiran kita. Kadang sebagian manusia tidak menyadari hal ini dan cenderung mempertanyakan keberadaan Allah secara phisik. Padahal Allah hadir dalam keseharian manusia. Tapi kadang manusia tetap belum yakin. Samahalnya kadang manusia tidak yakin bahwa Allah hadir dalam dirinya.
Memahami kekuatan pikiran ini memang tak jauh dari hal pertama , bahwa kita menciptakan kejadian dialam semesta ini bersama Tuhan. Kedua, kita bekerja sama dengan Tuhan untuk menciptakan berbagai peristiwa yang kita kehendaki. Artinya Allah itu sangat dekat dengan kita. Bahkan dalam tasawuf , kita harus memikirkan diri kita sebagai manifestasi Tuhan. God as me. Tuhan sebagai aku. Sebagaimana paham wahdatul wujud bahwa kehendak seseorang bersatu dengan kehendak Tuhan. Pada tingkat tertentu, dalam pengalaman ruhani yang sangat tinggi, yakni paling ujung dari seluruh perjalanan sufi, manusia tidak lagi bisa membedakan mana dirinya dan mana Tuhan. Pada tahap ini kemampuan akal tak lagi berfungsi untuk membedakan antara khalik dan makhluk, antara Tuhan dan aku.
Allah sangat tahu apa yang terbaik untuk kita. Namun kadang kala pikiran kita tidak sesuai apa yang telah tetapkanNya untuk kita. Contoh Allah tahu bahwa kemiskinan itu cara terbaik untuk kita. Tapi kita minta kaya kepada Allah.Namun karena kasih Allah maka keinginkan kita melalui pikiran kita dipenuhi juga oleh Allah. Artinya kasih Allah mendahului kekuasaannya. Kalau kita berpikir jahat hasilnya adalah kejahatan. Kalau kita berpikir gagal maka hasilnya adalah kegagalan. Kalau pikiran kita memandang lemah negeri kita tanpa bantuan asing maka terjajahlah kita. Iran berkayakinan dan terpusat pikirannya bahwa tanpa bantuan Eropa dan Amerika mereka bisa mandiri. Terbukti mereka mampu mandiri. Beda dengan negara negara yang ada di timur tengah ,yang selalu tergantung dengan Amerika dan Eropa.
Karena berbagai peristiwa dialam ini tak lepas dari hasil yang dibentuk oleh pemikiran kita makanya kita harus bertanggung jawab atas berbebagai peristiwa disekitar kita. Baik dan buruk hasilnya adalah pilihan cara kita berpikir. Andai anda orang lain berpikir buruk maka hindarilah karena kalau buruk yang terjadi maka kitapun ikut bertanggung jawab Allah maha adil dan menjadi pendukung kuasa untuk menunaikan itu semua.. Alangkah indahnya bila hanya pemikiran mulia yang selalu dekat sama kita sebagaimana kita dekat kepada Allah. Sehingga tujuan kemuliaan hakikat kita terpenuhi lewat pemikiran kita yang selalu menyatu dengan Allah; Sebagai rahmat bagi Alam semesta bukannya perusak.
Para pemimpin memang memahami betul tentang psikology komunikasi. Seperti ungkapan Beyond psychology. Bahwa kekuatan pikiran ( power of mind ) bisa menentukan prilaku kita. Kita tidak bisa berpikir siapa kita , tetapi kita bergantung pada apa yang kita pikirkan. You don’t think what you are; you are what you think.Bila kita berpikir gagal maka kitapun akhirnya akan gagal. Bila kita berpikir bisa maka kitapun akan bisa. Para ahli psikologi sudah membuktikan ini dalam riset bertahun tahun. Sejarah mencatat bahwa banyak kejadian besar didunia ini dicreate oleh orang biasa tapi kekuatan pikiran mereka , impian dan semangat telah membuat impossible is nothing.
Yang menciptakan alam semesta berserta isinya adalah Allah. Allah berkuasa untuk segala galanya. Namun Dia menghadirkan berbagai peristiwa di alam semesta ini melalui kita. Allah memanfiestasikan diriNya dalam diri kita. Kita adalah ungkapan Tuhan dialam semesta. Makanya kita adalah mitra Allah. Melalui peran apa kita sebagai mitra Allah itu ? Tentu melalu pikiran kita. Kadang sebagian manusia tidak menyadari hal ini dan cenderung mempertanyakan keberadaan Allah secara phisik. Padahal Allah hadir dalam keseharian manusia. Tapi kadang manusia tetap belum yakin. Samahalnya kadang manusia tidak yakin bahwa Allah hadir dalam dirinya.
Memahami kekuatan pikiran ini memang tak jauh dari hal pertama , bahwa kita menciptakan kejadian dialam semesta ini bersama Tuhan. Kedua, kita bekerja sama dengan Tuhan untuk menciptakan berbagai peristiwa yang kita kehendaki. Artinya Allah itu sangat dekat dengan kita. Bahkan dalam tasawuf , kita harus memikirkan diri kita sebagai manifestasi Tuhan. God as me. Tuhan sebagai aku. Sebagaimana paham wahdatul wujud bahwa kehendak seseorang bersatu dengan kehendak Tuhan. Pada tingkat tertentu, dalam pengalaman ruhani yang sangat tinggi, yakni paling ujung dari seluruh perjalanan sufi, manusia tidak lagi bisa membedakan mana dirinya dan mana Tuhan. Pada tahap ini kemampuan akal tak lagi berfungsi untuk membedakan antara khalik dan makhluk, antara Tuhan dan aku.
Allah sangat tahu apa yang terbaik untuk kita. Namun kadang kala pikiran kita tidak sesuai apa yang telah tetapkanNya untuk kita. Contoh Allah tahu bahwa kemiskinan itu cara terbaik untuk kita. Tapi kita minta kaya kepada Allah.Namun karena kasih Allah maka keinginkan kita melalui pikiran kita dipenuhi juga oleh Allah. Artinya kasih Allah mendahului kekuasaannya. Kalau kita berpikir jahat hasilnya adalah kejahatan. Kalau kita berpikir gagal maka hasilnya adalah kegagalan. Kalau pikiran kita memandang lemah negeri kita tanpa bantuan asing maka terjajahlah kita. Iran berkayakinan dan terpusat pikirannya bahwa tanpa bantuan Eropa dan Amerika mereka bisa mandiri. Terbukti mereka mampu mandiri. Beda dengan negara negara yang ada di timur tengah ,yang selalu tergantung dengan Amerika dan Eropa.
Karena berbagai peristiwa dialam ini tak lepas dari hasil yang dibentuk oleh pemikiran kita makanya kita harus bertanggung jawab atas berbebagai peristiwa disekitar kita. Baik dan buruk hasilnya adalah pilihan cara kita berpikir. Andai anda orang lain berpikir buruk maka hindarilah karena kalau buruk yang terjadi maka kitapun ikut bertanggung jawab Allah maha adil dan menjadi pendukung kuasa untuk menunaikan itu semua.. Alangkah indahnya bila hanya pemikiran mulia yang selalu dekat sama kita sebagaimana kita dekat kepada Allah. Sehingga tujuan kemuliaan hakikat kita terpenuhi lewat pemikiran kita yang selalu menyatu dengan Allah; Sebagai rahmat bagi Alam semesta bukannya perusak.
wallahualam
No comments:
Post a Comment