Dulu zaman Soeharto , para menteri bila ditanya soal kenaikan BBM atau beras, maka mereka akan menjawab “ Tidak ada kenaikan, yang ada hanya penyesuaian. “ . Kenyataannya public hanya tahu harga naik. Begitupula ketika IMF masuk terlibat menyelematkan negara yang terkena resesi ekonomi dan mereka mengatakan “ tidak ada perubahan berarti , hanya Structure Adjustment “ . Tapi public tahu bahwa negara tidak lagi berdaulat atas layanan public dan sumber daya alam.. Perampok tidak pernah ada pada istilah pejabat. Yang ada hanyalah koruptor. Padahal kenyataannya koruptor itu lebih jahat daripada perambok dan teroris. Begitulah manusia modern bersikap. Begitulah cara orang terdidik mengalihkan kesalahan untuk memperbodoh rakyat. Kekuasaan memang penuh dengan retorika yang membingungkan orang awam.
Dalam bahasa inggeris dikenal dengan istilah excuse atau berarti luas dari sikap bertahan dari kesalahan yang dibuat. Suatu jawaban yang sekaligus bernuansa “ reason “ (alasan ). Suatu sikap apologize “minta maaf” tapi meminta maklum untuk di adjustment ( disesuaikan). Karena para politisi adalah rata rata orang yang jenius maka apapun sikapnya selalu ada alasan untuk berkelit dari kesalahan dan kegagalan. Inilah yang dapat kita lihat bentuk lain dari yang namanya orang pintar dan berkuasa. Budaya terhormat seperti “harakiri” jepang yang memilih mati terhormat daripada hidup menanggung malu akibat kegagalan , tidak ada lagi. Atau sikap jujur dan kesatria mengakui kesalahan dan kegagalan ,sudah langka. Yang ada kini budaya culas dan tak tahu malu.
Begitulah yang kini kita lihat sekarang. Semua tahu bahwa kapitalisme sudah gagal menciptakan kemakmuran. Semua tahu bahwa demokrasi sudah gagal berbuat untuk kepentingan orang banyak. Semua tahu sejak kapitalisem dan kemudian noeliberalisme bergandengan tangan dengan paham demokrasi liberal telah mengakibat pasar tak lagi dapat dikendalikan oleh negara. Kekuatan media massa telah mengaburkan nilai nilai demokrasi, nilai nilai kapitalisme tentang kerja keras dan produktifitas. Dunia hidup dalam cengkraman para preman berdasi untuk merusak ruh keadilan social. Akhirnya philosophy ekonomi menjadi hablur. Tapi, tidak ada satupun pernyataan dari penguasa bahwa “ Kapitalisme telah gagal “. Tidak ada !. yang ada hanyalah istilah resesi, depresi, krisis. Semuanya punya formula untuk di atasi dan diselamatnya. Untuk itu mereka berkata “ Bersama kita bisa “, to gether we can, atau there is will, there is way…”
Berbagai program mengatasi krisis bermunculan seperti program stimulus perekonomian dalam bentuk expansi anggaran untuk mempertahankan pertumbuhan perekonomian. Mereka mengatakan stimulus. Padahal sejatinya adalah keluar dari system kapitalisme dan berpindah kepada sosialime, dimana negara tampil didepan menghilangkan rasa sakit akibat system kapitalisme. Tapi itu hanya mengobati rasa sakit. Tidak ada yang berani bersikap “ Tiggalkan kapitalisme! Tinggalkan demokrasi liberal !. Entah apa penyebab sehingga para orang terdidik yang berkuasa tidak berani berkata “ benar dan jujur”. Masalah terlihat dengan jelas didepan mata. Korban akibat kegagalan kapitalisme terbentang didepan mata.
China mengoreksi kapitalisme dengan memperkuat basis ekonomi petani dan buruh. Obama dalam jargon politiknya pada kampanye pemilihan president, berkali berkali mengejek system kapitalisme dan mengedepankan program sosialisme mengatasi pengangguran. Tapi, lagi lagi , kita tidak mendengar istilah “sosialisme”. Mungkin semua tahu bahwa sosialisme dan kapitalisme tak lagi cara terbaik untuk menghasilkan terbaik. Mereka juga tahu bahwa konsep islam adalah terbaik diantara yang baik. Sejaran sudah mencatat kehandalan konsep Islam. Karena Islam adalah konsep yang dibuat oleh Allah dan diajarkan langsung oleh utusan Allah, Muhammad. Berbagai excuse , adjustment dll tak lain diungkapkan karena hati mereka telah tertelan oleh iblis hingga kebenaran ( the truth ), kebaikan ( goodness ) , keadilan ( justice ) tak lagi sebagai landasan berpikir dan bertindak untuk menyelesaikan masalah…
Dalam bahasa inggeris dikenal dengan istilah excuse atau berarti luas dari sikap bertahan dari kesalahan yang dibuat. Suatu jawaban yang sekaligus bernuansa “ reason “ (alasan ). Suatu sikap apologize “minta maaf” tapi meminta maklum untuk di adjustment ( disesuaikan). Karena para politisi adalah rata rata orang yang jenius maka apapun sikapnya selalu ada alasan untuk berkelit dari kesalahan dan kegagalan. Inilah yang dapat kita lihat bentuk lain dari yang namanya orang pintar dan berkuasa. Budaya terhormat seperti “harakiri” jepang yang memilih mati terhormat daripada hidup menanggung malu akibat kegagalan , tidak ada lagi. Atau sikap jujur dan kesatria mengakui kesalahan dan kegagalan ,sudah langka. Yang ada kini budaya culas dan tak tahu malu.
Begitulah yang kini kita lihat sekarang. Semua tahu bahwa kapitalisme sudah gagal menciptakan kemakmuran. Semua tahu bahwa demokrasi sudah gagal berbuat untuk kepentingan orang banyak. Semua tahu sejak kapitalisem dan kemudian noeliberalisme bergandengan tangan dengan paham demokrasi liberal telah mengakibat pasar tak lagi dapat dikendalikan oleh negara. Kekuatan media massa telah mengaburkan nilai nilai demokrasi, nilai nilai kapitalisme tentang kerja keras dan produktifitas. Dunia hidup dalam cengkraman para preman berdasi untuk merusak ruh keadilan social. Akhirnya philosophy ekonomi menjadi hablur. Tapi, tidak ada satupun pernyataan dari penguasa bahwa “ Kapitalisme telah gagal “. Tidak ada !. yang ada hanyalah istilah resesi, depresi, krisis. Semuanya punya formula untuk di atasi dan diselamatnya. Untuk itu mereka berkata “ Bersama kita bisa “, to gether we can, atau there is will, there is way…”
Berbagai program mengatasi krisis bermunculan seperti program stimulus perekonomian dalam bentuk expansi anggaran untuk mempertahankan pertumbuhan perekonomian. Mereka mengatakan stimulus. Padahal sejatinya adalah keluar dari system kapitalisme dan berpindah kepada sosialime, dimana negara tampil didepan menghilangkan rasa sakit akibat system kapitalisme. Tapi itu hanya mengobati rasa sakit. Tidak ada yang berani bersikap “ Tiggalkan kapitalisme! Tinggalkan demokrasi liberal !. Entah apa penyebab sehingga para orang terdidik yang berkuasa tidak berani berkata “ benar dan jujur”. Masalah terlihat dengan jelas didepan mata. Korban akibat kegagalan kapitalisme terbentang didepan mata.
China mengoreksi kapitalisme dengan memperkuat basis ekonomi petani dan buruh. Obama dalam jargon politiknya pada kampanye pemilihan president, berkali berkali mengejek system kapitalisme dan mengedepankan program sosialisme mengatasi pengangguran. Tapi, lagi lagi , kita tidak mendengar istilah “sosialisme”. Mungkin semua tahu bahwa sosialisme dan kapitalisme tak lagi cara terbaik untuk menghasilkan terbaik. Mereka juga tahu bahwa konsep islam adalah terbaik diantara yang baik. Sejaran sudah mencatat kehandalan konsep Islam. Karena Islam adalah konsep yang dibuat oleh Allah dan diajarkan langsung oleh utusan Allah, Muhammad. Berbagai excuse , adjustment dll tak lain diungkapkan karena hati mereka telah tertelan oleh iblis hingga kebenaran ( the truth ), kebaikan ( goodness ) , keadilan ( justice ) tak lagi sebagai landasan berpikir dan bertindak untuk menyelesaikan masalah…