Satu peristiwa yang memilukan terjadi didepan saya. Ini kejadian belum lama ketika saya berada di suatu negara asing. Seorang ibu bersama anaknya yang berumur tidak lebih 4 tahun sedang duduk bersimpuh didepan tong sampah ditengah taman kota. Wanita itu menyuap makanan dari sekotak makanan bekas makan siang yang dibuang orang. Ini makanan sisa dan sudah bercampur dengan kotoran lain didalam tong sampah. Wanita itu menyuap makanan itu dan kemudian tak berapa lama , dia mengeluarkan makanan itu dari mulutnya untuk disuapkan kepada anaknya. Ini dilakukan dari mulut kemulut. Tahulah saya bahwa wanita ini hanya menggunakan mulutnya untuk mencuci makanan itu dari kotoran dan setelah bersih disuapkan keanaknya. Suatu pengorbanan yang sangat dahsyat ! makanan yang sudah didalam mulut dengan perut lapar dikeluarkan lagi hanya untuk menjaga sibuah hatinya tidak lapar. Sebuah pengorbanan untuk sebuah kehidupan!
Istilah takdir adalah sangat tepat untuk wanita yang tak bisa mengelak untuk terus berkorban. Dari tubuhnya yang lemah, didesign oleh Allah untuk menjadi protector all the time untuk sang anak ,sejak didalam kandungan hingga lahir kedunia. Air susu ibu yang dikeluarkan , kadar nutrisinya sama bagi semua ibu. Tak peduli apakah itu ibu dari bangsawan ataukah ibu dari gembel jalanan. Apabila si Ibu kurang gizi maka cadangan nutrisi yang tersimpan ditulang susumnya disedot untuk menghasilkan air susu yang sesuai standard. Makanya ibu yang melahirkan dan menyusui dalam keadaan kurang gizi akibat kemiskinan berwajah buram dan mudah terkena penyakit. Karena sebagian cadangan imun dan nutrisi didalam tubuhnya tersedot setiap hari demi menyusui bayinya. Lagi lagi ini adalah bentuk pengorban diri tak tertandingi !
Kemudian , awal pertama manusia didunia mengenal isyarat cinta adalah dari dekapan tulus si ibu ketika keluar dari rahimnya. Rasa sakit tak terbilang , tak membias sama sekali ketika anak dalam dekapannya. Seakan menyambut dengan tulus " Ibu ada bersamamu dan akan selalu bersamamu" Kekuatan bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai badai krisis dan bencana, dari satu rezim ke rezim berikutnya, adalah bersumber dari kekuatan para ibu. Ketika sang Ayah frustasi kehilangan pekerjaan, kehilangan jabatan , kehilangan harta, maka ibu akan selalu tampil digaris depan sebagai penyelamat keluarga dari kehancuran. Ibu akan melakukan apa saja , bahkan kadang kehormatannya dijual atau tergadaikan demi cintanya. Tidak ada konpensasi psikologis dari ibu kecuali untuk cintanya kepada seluruh anggota keluarga. Beda dengan sang ayah , yang mudah sekali "tergoda" ketika emosinya larut akibat kelebihan harta atau ketidak adaan harta.
Begitu tingginya kemuliaan cinta wanita ( ibu) makanya keadilan buat wanita dalam Islam sangat diperhatikan ." Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya." (QS Al-Baqarah : 228). Kelebihan itu adalah Qiwamah (pemeliharaan dan perlindungan). Hal ini merujuk pada perbedaan alami antara dua jenis kelamin yang mewajibkan jenis yang lebih lemah mendapatkan perlindungan. Hal ini tidak menyiratkan adanya superioritas atau kelebihan di mata hukum. Nanum peran kepemimpinan laki-laki dalam keluarganya tidak berarti seorang suami menjadi dictator atas isterinya. Islam menekankan pentingnya nasehat dan persetujaun bersama dalam diskusi keluarga. Al-Qur'an memberi kita contoh: "Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. " (QS Al-Baqarah : 233)
Di atas hak-hak dasar seorang isteri, ada hak yang ditekankan dalam Al-Qur'an dan sangat dianjurkan oleh Rasulullah salallahu alaihi wasallam; perlakuan yang baik dan persahabatan. "Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS An-Nisa : 19). Juga keutamaan memelihara anak perempuan disebutkan dalam Hadith yang dirawikan oleh Aisyah r.a.”Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya, lalu berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.”
Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam bersabda: "Yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan saya adalah yang terbaik di antara kamu terhadap keluargaku." Dan "Mukmin terbaik adalah yang paling baik akhlaknya, dan yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik perlakuannya terhadap isterinya." (HR Ahmad no. 7396).. Bahkan dalam hadith juga disebutkan Barangsiapa ( pria) mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya syurga
Andai semua pria dimuka bumi ini menyadari akan kemuliaan derajat wanita dan keutamaan akhlak melindungi wanita maka tentu tidak akan ada ketidak adilan bagi wanita . Tidak akan ada wanita terjebak dibarak barak prostitusi untuk berjuang demi keluarga. Tidak akan ada TKW yang harus menggadaikan kehormatannya menjadi jongos dinegeri orang. Tidak akan ada para janda yang melata dipinggir jalan menjual diri. Tidak akan ada makhluk lemah phisik ini di exploitasi sebagai buruh tani, buruh perkebunan, buruh pabrik, penyapu jalan, pengemis. Tidak akan ada para ibu yang harus berjuang menghidupi anaknya karena suami pergi meninggalkannya. Tidak akan ada airmata di pengadilan perceraian. Seharusnya kehormatan kita sebagai pria dan bangsa adalah ketika kita menempatkan peran ibu pada tempat yang terhormat sesuai kondratnya. Bukankah dalam budaya kita , ibu adalah kedudukan yang sacral dan kita menyebut bangsa ini adalah Ibu Pertiwi sebagai perlambang sesuatu yang harus dibela sampai mati. Tapi kita lupa…
Istilah takdir adalah sangat tepat untuk wanita yang tak bisa mengelak untuk terus berkorban. Dari tubuhnya yang lemah, didesign oleh Allah untuk menjadi protector all the time untuk sang anak ,sejak didalam kandungan hingga lahir kedunia. Air susu ibu yang dikeluarkan , kadar nutrisinya sama bagi semua ibu. Tak peduli apakah itu ibu dari bangsawan ataukah ibu dari gembel jalanan. Apabila si Ibu kurang gizi maka cadangan nutrisi yang tersimpan ditulang susumnya disedot untuk menghasilkan air susu yang sesuai standard. Makanya ibu yang melahirkan dan menyusui dalam keadaan kurang gizi akibat kemiskinan berwajah buram dan mudah terkena penyakit. Karena sebagian cadangan imun dan nutrisi didalam tubuhnya tersedot setiap hari demi menyusui bayinya. Lagi lagi ini adalah bentuk pengorban diri tak tertandingi !
Kemudian , awal pertama manusia didunia mengenal isyarat cinta adalah dari dekapan tulus si ibu ketika keluar dari rahimnya. Rasa sakit tak terbilang , tak membias sama sekali ketika anak dalam dekapannya. Seakan menyambut dengan tulus " Ibu ada bersamamu dan akan selalu bersamamu" Kekuatan bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai badai krisis dan bencana, dari satu rezim ke rezim berikutnya, adalah bersumber dari kekuatan para ibu. Ketika sang Ayah frustasi kehilangan pekerjaan, kehilangan jabatan , kehilangan harta, maka ibu akan selalu tampil digaris depan sebagai penyelamat keluarga dari kehancuran. Ibu akan melakukan apa saja , bahkan kadang kehormatannya dijual atau tergadaikan demi cintanya. Tidak ada konpensasi psikologis dari ibu kecuali untuk cintanya kepada seluruh anggota keluarga. Beda dengan sang ayah , yang mudah sekali "tergoda" ketika emosinya larut akibat kelebihan harta atau ketidak adaan harta.
Begitu tingginya kemuliaan cinta wanita ( ibu) makanya keadilan buat wanita dalam Islam sangat diperhatikan ." Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya." (QS Al-Baqarah : 228). Kelebihan itu adalah Qiwamah (pemeliharaan dan perlindungan). Hal ini merujuk pada perbedaan alami antara dua jenis kelamin yang mewajibkan jenis yang lebih lemah mendapatkan perlindungan. Hal ini tidak menyiratkan adanya superioritas atau kelebihan di mata hukum. Nanum peran kepemimpinan laki-laki dalam keluarganya tidak berarti seorang suami menjadi dictator atas isterinya. Islam menekankan pentingnya nasehat dan persetujaun bersama dalam diskusi keluarga. Al-Qur'an memberi kita contoh: "Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. " (QS Al-Baqarah : 233)
Di atas hak-hak dasar seorang isteri, ada hak yang ditekankan dalam Al-Qur'an dan sangat dianjurkan oleh Rasulullah salallahu alaihi wasallam; perlakuan yang baik dan persahabatan. "Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS An-Nisa : 19). Juga keutamaan memelihara anak perempuan disebutkan dalam Hadith yang dirawikan oleh Aisyah r.a.”Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya, lalu berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.”
Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam bersabda: "Yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan saya adalah yang terbaik di antara kamu terhadap keluargaku." Dan "Mukmin terbaik adalah yang paling baik akhlaknya, dan yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik perlakuannya terhadap isterinya." (HR Ahmad no. 7396).. Bahkan dalam hadith juga disebutkan Barangsiapa ( pria) mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya syurga
Andai semua pria dimuka bumi ini menyadari akan kemuliaan derajat wanita dan keutamaan akhlak melindungi wanita maka tentu tidak akan ada ketidak adilan bagi wanita . Tidak akan ada wanita terjebak dibarak barak prostitusi untuk berjuang demi keluarga. Tidak akan ada TKW yang harus menggadaikan kehormatannya menjadi jongos dinegeri orang. Tidak akan ada para janda yang melata dipinggir jalan menjual diri. Tidak akan ada makhluk lemah phisik ini di exploitasi sebagai buruh tani, buruh perkebunan, buruh pabrik, penyapu jalan, pengemis. Tidak akan ada para ibu yang harus berjuang menghidupi anaknya karena suami pergi meninggalkannya. Tidak akan ada airmata di pengadilan perceraian. Seharusnya kehormatan kita sebagai pria dan bangsa adalah ketika kita menempatkan peran ibu pada tempat yang terhormat sesuai kondratnya. Bukankah dalam budaya kita , ibu adalah kedudukan yang sacral dan kita menyebut bangsa ini adalah Ibu Pertiwi sebagai perlambang sesuatu yang harus dibela sampai mati. Tapi kita lupa…