Wednesday, March 26, 2008

Kekuasaan

Bencana banjir terjadi di Pantura. Tak sedikit lahan tempat petani menggantungkan hidup sehari hari hari tergenang air. Jalanan yang rusak akibat banjir, tanah longsor telah membuat antrian angkutan terust terjadi sehari sehari. Akibatnya arus logistic kebutuhan rakyat semakin mahal ongkosnya dan juga hasil produksinya merekapun semakin sulit untuk diangkut kepasar. Dua hal sebagai sumber akses mereka untuk menggerakan ekonominya telah luluh lantak akibat bencana ini, Apabila pemerintah pusat tidak bertidak cepat mengatasi sebab dan akibat banjir ini maka dapat dipastikan wilayah yang sudah minus ini akan semakin terpuruk ekonominya. Deretan orang miskin akan semakin bertambah dan bertambah. Suatu situasi yang mengerikan disamping bencara Lapindo, yang sampai kini belum tuntas diselesaikan.

Negeri ini mempunyai deretan masalah social yang sangat panjang dan semuanya disebabkan oleh ketidak berdayaan institusi negara menggunakan kekuasaannya untuk tujuan berdirinya negara. Padahal dengan kekuasaan yang melekat pada negara maka tidak ada alasan apapun bagi pemerintah sebagai lembaga mewakili negara untuk berkelit dari segala persoalan yang berhubungan dengan kedilan social. Dalam telaah kekuasaan, memang ada tiga jenis kekuasaan yang diterapkan oleh institusi negara untuk mengelola kekuasaannya demi tercapainya fungsi dan tujuan berdirinya negara. Diantaranya adalah Hard Power ( Kekuasaan keras ), Soft power ( Kekuasaan lembut ) , Smart Power ( Kekuasan cerdas).

Hard Power atau kekuasaan yang dikelola dengan mengandalkan pada kekuatan militer dan intelligent untuk menjalankan semua kebijakan negara dalam rangka mencapai tujuan politiknya. Hal ini biasanya disebut rezim otoriter. China, Rusia dan belahan negara social komunis lainnya adalah contoh. Semua resource di sector produksi dan distribusi dikuasai oleh negara untuk menjamin kebutuhan rakyat akan pangan, sandang, papan.

Soft Power atau kekuasaan dikelola dengan memberikan dukungan social langsung maupun tidak langsung untuk menjaga loyalitas masyarakat terhadap kekuasaan negara. Dalam model kekuasaan ini sebagian besar resource negara tetap dikuasai oleh negara dan sebagian diserahkan kepada rakyat. Untuk menjaga keseimbangan pendistribusian kepada rakyat yang lemah maka berbagai kebijakan negara tercermin dalam bentuk subsidi pangan, produksi dan lain lain. Soft power tidak mengenal liberalisasi pasar dan politik. Demokrasi dipimpin dan dikendalikan oleh negara. Hak politik diatur. Hal ini pernah dilakukan oleh Soeharto ketika rezim Orde Baru.

Smart Power atau kekuasaan yang dikelola dengan membangun system keterlibatan active masyarakat untuk memacu produksi dan memanfaatkan resource yang tersedia. Kompetisi diciptakan untuk menghasilkan efisiensi. Semua kegiataan ekonomi dan social, budaya diarahkan secara systematis untuk memberdayakan masyarakat mandiri dan selanjutnya sebagai motor untuk mendukung pembelanjaan negara melalui pajak. Model kekuasaan ini menjamin transfarance system , keadilan/fair play, law enforcement Dalam system ini negara menjaga keseimbangan supply and demand melalui kebijakan fical dan meneter secara terpadu. Hal ini dicontohkan oleh Jepang, Korea, Taiwan, Singapore, Eropa.

Dinegeri ini , keadaan kekuasaan tidak jelas, hard power diharamkan. Soft power tidak diterapkan karena terjebak dengan globalisasi dan kapitalisme. Smart power , jauh panggang dari api karena tidak adanya pra kondisi yang menjamin law enforcement, fair play, transfarance /clean government Sampai sekarang system dibangun hanya menciptakan pertarungan politik diatas ketidak jelasan model kekuasaan. Akibatnya sehari hari komplik elite politk hanya bersuara tentang bargain position antar institusi negara. Tidak ada komplik yang bersumber karena konsep menyelesaikan kasus banjir, lapindo, harga kebutuhan pokok yang melambung, pemban gunan insfrastucture yang lambat.

Bila situasi ini terus berlangsung maka keberadaan rakyat sebagai legitimate negara akan lepas dari orbit kekuasaan. Lambat atau cepat ,akan muncul kekuatan diluar kekuasaan negara. Kalau kekuatan ini bersifat positip maka dia akan menjadi koreksi dari ketidak jelasan system kekuasaan. Seperti komunitas yahudi di Eropa yang terjepit dan akhirnya melahirkan komunitas eklusive disektor keuangan.Tapi kalau kekuatan ini bersifat negative maka dia akan menjadi amuk masa dalam bentuk revolusi sosial. Semua hanya masalah waktu , yang pasti terjadi apalagi dengan semakin bertambahnya komunitas miskin ditengah ketidak berdayaan negara menghadapi globalisi sektor pedagangan. Semua tergantung para elite politik. Apakah mereka dapat menyadari situasi yang sedang berkembang untuk kembali dengan amanahnya membela rakyat ataukah tetap saja aji mumpung memanfaatkan kekuasaan untuk memperkaya diri...

Monday, March 10, 2008

Peluang dan ancaman

Menurut analis pasar , harga minyak mentah akan mencapai USD 130 per barel. Tentu ini akan berpengaruh terhadap semakin tingginya permintaan akan produk alternative pengganti minyak, seperti jagung, CPO, Cassava, tebu.. Food for oil akan membuat produk pangan semakin mahal. Lebih daripada itu, semakin banyaknya lahan untuk produksi pangan dialihkan kepada jenis tanaman food for oil. Ini sudah dibuktikan dimana 15% lahan kedelai dan gandum di AS dialihkan ke Jagung. Didalam negeri kita sudah merasakan dampak yang sangat memilukan betapa rakyat menjerit dengan kenaikan harga kebutuhan pokok, seperti minyak goring, kedelai, gandum. Juga pengusaha peternak pun sudah mulai stress karena harga pakan ternak yang berasal dari jagung dan cassava pun ikut melambung. Kebijakan subsidi langsung yang dilakukan pemerintah untuk membantu rakyat kecil mendapatkan produk pangan, tidak menyelesaikan masalah mendasar.

Globalisasi sekarang ,yang dimotori oleh kerakusan system kapitalis telah sampai pada puncak kerakusannya. Kalau dulu , mesin industri digerakan oleh bahan bakar yang berasal dari fosil , yang tidak ada pengaruhnya terhadap kebutuhan dasar hidup orang banyak , tapi kini mesin industri tidak mampu lagi berproduksi dengan bahan bakar dari fosil karena sumbernya terbatas , harga yang semakin mahal dan juga berpengaruh terhadap lingkungan hidup. Pilihan terhadap tanaman pangan sebagai energy alternative adalah keharusan secara hokum ekonomi. Masalahnya adalah apakah lahan bumi mampu menyediakan bahan energy untuk memenuhi kerakusan mesin industri yang terus tumbuh dari tahun ketahun ? Kalaupun mampu bagaimana dengan kebutuhan pangan dunia yang juga terus tumbuh dari tahun ke tahun. Akankah tercipta keseimbangan antara kebutuhan pangan dan energy ?

Masalah energy alternative ini bukan masalah sederhana , khususnya bagi Indonesia yang masih sangat renta dengan ketahanan pangan. Bila hukum ekonomi pasar terbuka yang dijadikan acuan maka kumpulan rakyat miskin akan semakin menderita dengan kenaikan harga pangan karena harus berkompetisi dengan kenaikan harga food for oil. Tapi menghindari tuntutan pasar global pun , tidak mungkin karena negara butuh devisa untuk memenuhi kebutuhan barang modal yang belum bisa diproduksi dalam negeri. Maka kenaikan harga minyak mentah dunia dan semakin besarnya tuntutan kebutuhan energy alternative non fosil ini, haruslah dijadikan momentum untuk menerapkan strategy jitu bagi kemakmuran bangsa.

Lambat namun pasti , Indonesia akan didatangi oleh pemilik modal transnasional untuk melahap semua lahan agraris kita. Apalagi UU Penanaman Modal dan Perpres sudah mengizinkan asing masuk kesektor ini secara bebas.. Terbukti sekarang emiten yang bergerak dibidang perkebunan kalapa sawit , harga sahamnya terus naik dibursa efek Jakarta. Ini adalah peluang tapi juga ancaman terhadap ketahanan pangan dan kesejahteraan rakyat.. Karena para investor tersebut datang bukan untuk memenuhi kebutuhan pangan tapi untuk kebutuhan energy alternative mesin industrinya. Sama saja dengan penjajah belanda dulu yang datang dengan modal dan kekuatan membangun perkebunan.

Cara yang mungkin adalah meningkatkan semua pajak eksport produk pertanian yang berhubungan dengan food for oil.Kenaikan pajak itu ,jangan diukur berdasarkan kepatutan international. Jangan. Tapi diukur berdasarkan kebutuhan untuk mendukung program ketahanan pangan nasional dan kemandirian.. Bila mungkin, pemerintah membentuk satu BUMN yang bertugas untuk mengelola dana pajak ini dengan focus kepada program ketahanan pangan nasional dan memberdayakan masyarakat petani untuk tampil mandiri memanfaatkan peluang ini atau bersinergy degan investor asing. Kita harus meniru China dalam memanfaatkan kelebihan potensi SDM murah untuk kepentingan mesin industri asing namun mereka cerdas dengan tidak mengizinkan dana investasi yang sudah masuk dikirim lagi keluar. Mau tidak mau, modal tersebut harus terus berkembang untuk kepentingan nasional dan pada akhirnya negara mendulang pajak tanpa batas untuk digunakan bagi program peningkatan SDM dan kemandirian industri china terhadap asing dan sekaligus memukul asing didalam negeri sendiri.

Bagaimanapun masa depan bukanlah hal yang menakutkan dengan segala ancaman kenaikan harga. Ini adalah peluang ditengah keterpurukan bangsa indonesia yang diasingkan oleh modal Alam selalu menciptakan keseimbangan. Hukum alam bekerja dengan systematis. Tidak mungkin negara kaya akan terus kaya dengan kelebihan system yang mereka bangun. Lambat atau cepat , mereka harus berbagi dengan apa yang selama ini mereka dapat dari keterbatasan negara miskin. Namun, semua tergantung sikap kita memanfaatkan peluang sebagai akibat proses hukum alam tentang keseimbangan tersebut. Yang pasti kebutuhan energy alternative food for oil adalah peluang yang kesekian kalinya bagi Indonesia untuk mencapai kemakmuran. Semoga peluang ini tidak mubazir seperti peluang kejayaan minyak., yang hanya meninggalkan kerusakan lingkungan dan beban hutang yang menggunung

Thursday, February 14, 2008

Syirik ?

Apa yang kita katakan atau terucap dari mulut kita maka itu akan dimintai pertanggungan jawab di akhirat kelak. Orang bijak berkata bahwa mulutmu harimau mu. Ya, dengan kata kata kita bisa tergelincir dalam syirik. Ini merupakan dosa terbesar diantara dosa. Bahkan Allah dapat mengampuni dosa apapun selain syirik. Apa yang membuat kita tergelincir dalam syirik? Bila kita meng idolakan manusia dan memberikan penghormatan berlebihan hingga kita menyebutnya ”tuan. Nabi bersabda sebagaimana di riwiayatkan oleh Abu Daud "Janganlah kalian memanggil orang munafik dengan panggilan tuan karena jika dia memang seorang tuan, maka dengan panggilan itu kalian telah membuat Tuhan kalian murka." Mungkin kita jarang menyebut seseorang yang dihormati itu dengan tuan, walau ada juga disebagian kecil budaya pembantu (jongos ) memanggil induk semangnya dengan sebutan Tuan atau juragan ( gan ).

Tapi hakikatnya bila sebutan itu diiringi oleh rasa takut maka apapun panggilan kita sudah sama dengan berTuhan-kan orang lain. Kalau kita ingin memanggil seseorang dengan sebutan “bapak” “ pak “ bu” tak lain karena kita menghormati orang itu secara pantas. Rasa hormat lebih kepada menjaga etika untuk mengasihi. Bukan karena rasa takut.. Ya, rasa takut, seperti takut tidak naik pangkat, takut permohonan tidak disetujui, takut orang tidak beli, takut orang tidak mencintai. Kita dengan entengnya merasa tak berdosa bila menghamba kepada orang yang lebih tinggi jabatannya. Yang lebih tinggi hartanya. Yang lebih tinggi ilmunya. Tanpa disadari kita sudah terjebak dalam syirik. Dalam setiap sholat kita selalu berikrar bahwa ”sholatku, hidupku, matiku hanya untuk Allah ”. Tapi dalam kehidupan sehari hari kita berharap kepada manusia untuk naik pangkat, untuk dapat modal, untuk mendapatkan kemudahan urusan dunia. Maka itu sudah sama saja dengan meperTuhan-kan manusia.

Era sekarang adala era puji , era jaim dan sembahan kepada manusia. Ini benar benar budaya brengsek. Itu sama saja kita minta tolong kepada Allah dan juga kepada manusia. Sifat seperti ini , menurut sabda Rasulullah, berarti telah menyekutukan Allah. Syrik. Apalagi orang yang kita hormati dan takuti itu adalah orang munafik, sungguh aqidah kita sudah terjual hanya karena mengharapkan imbalan duniawi.Yang wajib di takuti adalah Allah. Yang wajib tempat kita minta tolong adalah Allah.Titik!. Mungkin sudut pandang orang lain tentang mengharapkan selain kepada Allah, adalah sudut pandang seni promosi atau seni menjual. Karena manusia sangat senang dihormati dan dipuja. Bila manusia sudah senang maka tentu apa saja keinginan akan terpenuhi. Wah, ini sangat salah.

Ketahuilah bahwa ada proses yang disebut dengan aksi reaksi. Bila kita berharap gaji naik atau pangkat naik maka bekerja benarlah , jujurlah, perbanyaklah ilmu, maka gaji dan pangkat akan naik.. Kalau anda inginkan modal untuk berusaha maka belajarlah untuk menabung, berhemat, tingkatkan kinerja dan kemampuan skill serta kejujuran. Akan banyak orang bermodal yang membutukan integritas dan reputasi seperti itu. Mereka tahu kemampuan anda dan dia yakin modalnya akan bertambah karena anda. Bila anda bicara dengan mereka untuk dapatkan modal maka itu adalah bicara tentang sinergi, tentang kolaborasi, tentang kemitraan. Bukan penyembahan. Pribadi yang baik , yang punya rasa tanggung jawab tidak akan mengalami kesulitan untuk dicintai orang lain, Pria dan wanita adalah manusia yang suka akan pribadi yang baik untuk saling mencintai. Jadi tidak perlu bujuk rayu dengan sembahan seakan ”hidupku sirna tanpamu”. Andai upaya kebaikan itu semua tidak membuahkan hasil, maka anda sudah mendapatkan nilai ibadah disisi Allah. Tidak perlu nilai disisi manusia.

Ya, dalam budaya keseharian, harus ada kemauan untuk berubah dari pribadi yang menyembah manusia menjadi penyembah Allah. Penyembah kebenaran , kebaikan dan keadilan, untuk hanya beribadah kepada Allah. Maka memberi dan menerima akan menjadi wahana saling berbagi bukan penindasan psikis. Rasa hormat akan terbangun seiring terbentuknya cinta dan kasih sayang didalam diri manusia. Bukan soal siapa kamu tapi apa yang bisa aku perbuat untuk kamu dan selanjutnya berserah diri kepada Allah., Karena Allah tempat kembalinya semua urusan. Ya, kan.

Friday, February 08, 2008

Tafakkur

Kemarin saya bertemu dengan sahabat terbaik saya. Dia baru saja kembali dari berlibur bersama keluarganya. Dua minggu dihabiskan untuk bukan hanya berlibur tapi juga bertafakkur. Banyak pihak dalam kalangan islam yang menolak ritual tafakkur karena dianggap bid’ah. Pemikir islam liberal termasuk yang menentang keberadaan tafakkur yang dianggap sebagai sumber kemunduran umat. Bagi mereka pemahaman unsur psikologis, biologis sosial dan kultural sebagai unsur-unsur pembentukan perilaku manusia, dengan alasan, mudah didefinisikan jika dibandingkan dengan sisi spiritual. Padahal inilah yang membuat umat islam renta dengan pengaruh budaya materialitis dan tersesat ditengah kebenaran Al-quran dan hadith.

Awal dari segala perbuatan adalah kegiatan berfikir dan kognitif dialam sadar. Berdasarkan hal itu, orang perlu bertafakur sehingga dengan mudah melaksanakan segala ibadah dan ketaatan lainnya. Dalam hal ini Al Ghazaly dalam Ihya'nya mengatakan: "Jika ilmu sudah sampai dihati, keadaan hati akan berubah, jika hati sudah berubah, perilaku anggota badan akan berubah. Perbuatan mengikuti keadaan (hal), keadaan mengikuti ilmu, dan ilmu mengikuti pikiran, oleh karena itu pikiran adalah awal dan kunci segala kebaikan, dan yang menyingkapkan keutamaan tafakkur. Pikiran lebih baik daripada dzikir, karena pikiran adalah dzikir plus". (Abu Hamid Al Ghazaly, Ihya' ulumuddin jilid IV hal. 389).

Sebagaimana kegiatan berfikir adalah kunci kebaikan dan amal shaleh, ia juga merupakan segala perbuatan lahir dan batin. Oleh karena itu, hati yang selalu merenung atau bertafakkur tentang ketinggian dan keagungan Allah Swt, serta memikirkan kehidupan akhirat, akan dapat membongkar dengan mudah niat-niat jahat yang terlintas dalam benaknya. Karena, ia memiliki kepekaan dan ketajaman sebagai hasil dzikir dan tafakkurnya yang berkesinambungan itu. Setiap kali terlintas suatu niat jahat atau buruk kedalam hati, maka pikiran, perasaan dan pandangan baiknya dapat segera mengetahui dan menguasainya, lalu menghancurkan keberadaannya. Seperti anggota badan yang sehat dapat menolak dan menghancurkan penyakit yang mencoba menghinggapinya.

Seorang yang alim yang menyambung malam dan siang dengan tafakkur tentang keagungan Allah, tentang kehidupan dunia dan akhirat adalah seorang yang terjaga. Manakala terlintas sedikit saja niat jelek yang mencoba menghampirinya, api kebaikan akan menghantamnya atau membakarnya, seperti lemparan api yang menjaga langit dari intaian syetan yang hendak mencuri pendengaran; "sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka ditimpa was-was dari syetan, mereka mengingat Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya" (QS 7:201).

Jadi, tafakkur memanfaaatkan segala fasilitas pengetahuan yang digunakan manusia dalam proses berfikir. Tafakkur adalah menerawang jauh dan menerobos alam dunia kedalam alam akhirat, dari alam ciptaan menuju kepada pencipta. Loncatan inilah yang disebut al ibrah, melihat jauh sarat pengetahuan. Berfikir kadang hanya terbatas, pada upaya memecahkan masalah-masalah kehidupan dunia, yang mungkin terlepas dari emosi kejiwaan, sedang tafakkur dapat menerobos sempitnya dunia ini menuju alam akhirat yang luas, keluar dari belenggu materi menuju alam spiritual yang tiada batas. Mungkin hal ini yang dimaksudkan oleh psikolog sebagai kecerdasan jiwa yang hebat.

Perwujudan tafakkur memiliki dan melalui tiga fase dan berakhir pada fase keempat, yang disebut istilah "syuhud". Pertama adalah memahmi ilmu pengetahuan dari kemampuan berpikir, melihat, meraba dan merasakan. Sama seperti kita mengagumi internet yang dapat berkomunikasi tanpa mengenal ruang dan waktu, pada fase ini antara pandangan seorang mukmin dan orang kafir tidak ada bedanya Selanjut fase kedua , yaitu apabila kekaguman ini membuat hati bergolak dan memuji kebesaran Allah yang telah menciptakan akal yang sehingga membuat dunia tanpa batas . Fase ini tadhawwuk, pengungkapan rasa kekaguman terhadap ciptaan atau susunan alam yang indah, fase ini dapat dirasakan, baik oleh orang mukmin maupun oleh orang kafir, tanpa melihat sisi keimanan atau sisi kekufuran. Akan tetapi, pada fase pengetahuan ketiga yang menghubungkan antara perasaan akan keindahan ciptaan dan kerapian tatanan alam dengan penciptanya yang maha agung dan maha tinggi, merupakan nikmat besar yang hanya dapat dirasakan oleh orang mukmin.

Fase-fase tersebut merupakan perjalanan yang akan dialami oleh setiap orang yang melakukan tafakkur. Pada fase-fase ini adakalanya orang hanya sampai kepada keadaan primitif yaitu fenomena alam, baik yang kasat mata maupun yang abstrak (ghaib), yang oleh orang tertentu dimanfaatkan untuk melihat (kasyaf), yang lebih halus, pengobatan, dan kekuatan yang luar biasa. Jarang yang sampai menuju Syuhud, Padahal syuhud adalah kunci pembuka hijab dan juga kunci membuka pintu sorga. Dan sifat syuhud tiada lain adalah sabar, ikhlas, tawadhu (rendah hati) dan sifat terpuji lainnya. Akhlak tersebut tidak dipaksakan, tetapi muncul apa adanya sebagai refleksi syuhud.

Saturday, February 02, 2008

Uang ?

Uang adalah konspirasi yang tak diucapkan. Dia mungkin hadir dalam ruang sempit dan sejuk. Kita juga tahu bahwa ia hanyalah selembar kertas atau selembar cek atau logam atau emas. Dia menjadi status dan khayalan bagi siapa saja. Berpindah terbang semudah angin dari satu rekening kerekening lintas benua. Tapi bagaimanapun , kita semua , membuat uang begitu penting. Money is the second god on the world, begitu kata orang Yahudi. Sejumlah uang menggiring orang berdemotrasi. Sejumlah uang Pemilu tidak lagi rahasia. Sejumlah uang dapat berinitial suap atau upeti atau hadiah atau apa saja yang tentu menggairahkan bagi yang menerima. Rezim otorites terbentuk dan uang mengalir kepundi penguasa. Demokrasi terbentuk dan uang mengalir kekantong anggota dewan dan partai. Ini budaya setua peradaban manusia sejak dahulu kala.

Uang, bahkan ia sanggup membuat kumpulan orang orang terhormat di senayan menjadi betah disana. Menciptakan ruang berdebat dan bertanya kepada pemerintah. Disana lebajikan menjadi hablur manakala uang berbicara walau tak bersuara. Koalisi dibentuk dan uang terdistribusi. Kompromipun menjadi kewajaran selagi pendapatan sama. Namun, karena uang pula BI dengan integritas tinggi pencetak uang terjebak diruang terhormat itu. Uang ada di BI dan mengalir keruang DPR komisi IX. Para petinggi ketika itu berkuasa , ada yang sekarang duduk sebagai ketua BPK dan satu lagi besan President dan sebagian sekarang menjabat sebagai dewan Gubernur. Uang berbicara dan besuara. Semua berdalih dan berlindung dibalik hokum. Uang, jarak antara hokum dan moral memang tidak ada. Jarak antara nasionalis dan criminal tidak ada.

Bagaimana suatu tugas moral terpilih atas nama rakyat harus menetapkan tarip dari sebuah kompromi tentang kebijakan masa depan pengelolaan moneter Negara seperti RUU Likuidasi Bank, RUU Lembaga Penjamin Simpanan, RUU Kepailitan, dan RUU Transfer dana. Mengapa BI harus mengeluarkan dana dari YPPI (Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia) sebesar Rp. 100 milliar. Inilah yang harus dijawab oleh hukum daripada mengejar siapa yang menerima dan memberi. Tapi lagi lagi esensi moral memang tidak pernah tersentuh hokum manakala berbica soal uang. Peristiwa korupsi berupa uang sogok telah membuat perhatian public teralihkan dari masalah esensi tentang keberadaan RUU itu sendiri.. Padahal masalah ini lebih penting diusut untuk mengetahui sejauh mana manfaat UU tersebut untuk kesejahteraan rakyat. Mengapa pejabat BI begitu berambisi untuk meng golkan RUU sehingga uang bertaburan dalam setiap pembahasan Rancangn Undang Undang.? Mengapa ?

Dari informasi yang saya dapat dari pejabat bank asing mengatakan bahwa ini semua berkaitan dengan RUU Lembaga Penjamin Simpanan dan RUU transfer dana. Sebagian lembaga Asuransi Asing dan Lokal berusaha mengambil manfaat dari RUU Lembaga Penjamin Simpanan. Busness Re insurance dari Lembaga Penjaminan Simpanan memang menyangkut business dengan fee raksasa. Ini ladang business baru dan peluang besar untuk mendapatkan untung dari system moneter bebas. Juga ada pesan sponsor agar BI melakukan modernisasi Transfer Dana dan menghilangkan border dengan Global Payment Management System. Akibatnya lintas dana menjadi borderless dan serba digital atau script less. Ini adalah grand design untuk meng integrasikan system moneter kita kedalam globalisasi pengelolaan dana. Dengan UU ini maka International Private Banking menjadi legitimate untuk interconnection dengan Offshore Financial Center ( OFC) , tentu tujuannya adalah memanjakan pemilik rekening kakap dan uangpun dapat bebas berbicara tanpa bersuara tak terlacak. Akhirnya uang dalam system kapitalisme modern memang harus "non disclosure" atau tidak mengenal transfarance. Demokrasi , paradox bila soal uang, tidak ada bedanya dengan rezim otoriter...Siapakah sponsor dibalik ini semua ???

Pemerintah

Saya sering datang berkunjung kekantor instansi pemerintah. Tentu setiap kedatangan saya dengan alasan berbeda.. Saya bukanlah satu satunya pengunjung. Di instansi pemerintah itu selalu saja ramai dikunjungi orang.. Ramai atau tidak pengunjung namun suasana kantor tetap dengan irama yang sama. Seperti pegawai negeri yang asyik baca koran. Berdiskusi soal acara sinetron yang tadi malam ditonton. .Berbisisk bisik diantara mereka. Kadang terdengar juga suara tawa tertahan. Ketika pulang , maka kesimpulan saya juga sama bahwa saya memandang satu bentuk yang bernama pemerintah, yang tak lebih menyerupai loby hotel.

Anehnya, setiap orang berbicara tentang pemerintah bila harga melambung, jalanan macet, jalanan berlubang. Seakan ”pemerintah ” adalah kata kunci untuk dimintai pertolongan. Saya bingung bila eksistensi pemerintah masih dianggap ada. Bagaimana kita bisa berharap kepada orang orang yang suka duduk di kantor sambil diskusi soal sinetron, baca kora , berbisik bisik dan kadang kala beristirahat lebih dari 8 jam sehari atau bahkan ada yang datang sebentar dan kemudian pulang. Bagaimana bisa dipahami bila soal sepele perijinan butuh waktu lebih dari 30 hari untuk sampai kemeja walikota setelah berputar putar dari satu meja kemeja berikutnya. Disebelah lain,lihatlah kelakuan elite politik disenayan. Tidak jauh beda. Rapat paripurna diisi oleh manusia kardus yang tertidur pulas. Rapat kerja yang hanya dihadiri segelintir anggota. Selebihnya ngobjek diluar. Hebatnya , Republik ini tidak runtuh, walau jembatan rubuh, bendungan jebol, Jalan rusak berat , rel kereta dicuri orang, rumah sakit di BOT kan , Universitas di komersialkan. Republik ini semakin pongah dan kantor Pemerintah terus direnovasi dari tahun ketahun.

Mungkin, dari sudut kacamata orang asing , ini adalah negeri ajaib karena dengan APBN yang 70% habis terkuras untuk belanja pegawai negeri , republik ini masih utuh dan rajin membagi bagikan uang kepada rakyatnya lewat Bantuan Tunai Langsung. Ada alasan yang terus diungkapkan dalam setiap seminar bahwa birokrasi ada bukti kekuatan dari mesin pemerintahan yang efektive. Benarkah itu ? Ini bukan keajaiban melainkah upaya kolektive saling memahami dari keberdaan system yang korup. Lihatlah , pemerintah membiarkan para pegawainya berpura pura kerja supaya merekapun bisa terus berpura pura menggaji mereka. Masyarakatpun larut dengan budaya pura pura ini karena semua bisa dibuat pura pura legal untuk mendapatkan cap dan tanda tangan. Dengan ini dapat disimpukan adalah ,pertama jadilah birokrasi sebagai ilusi tentang ketertiban dan keadilan. Kedua, sebagai tempat menampung lapangan kerja bagi mereka yang bermental sapi

Penjara yang setiap hari tidak berhenti kedatangan pendatang baru. Rumah sakit tidak pernah sepi dari mereka yang sakit kurang gizi. Infrastructure ekonomi yang terus rusak tambal sulam tapi gedung pemerintah terus dipercantik dan ditambah. Lembaga barupun terus bermunculan dan pegawai barupun ditambah. Republik ini tetap saja exist dan birokrasi tetap jalan. Karena rakyat membayar pajak dan pegawai minta disuap oleh rakyat. Bila sudah begini maka pemerintahan bermakna ketertiban dan keadilan adalah sebuah fiksi. Fiksi ini harus terus dibangun karena masyarakat takut dengan revolusi yang akan melahirkan chaos. Itu sebabnya negara bukanlah status yang menarik bagi Karl Max dan menjengkelkan bagi penganut neo liberal. Kalr Max , membayang negara akan terdulusi bila masyarakat sama rata sama rasa terbentuk. Neo liberal yang dimotori oleh Partai Republik AS , juga berpikir peran negara harus terdulusi bila mekanisme pasar bekerja dan terintegrasi secara global.

Bagi orang cerdas , energic , inovative, negara tidak lebih adalah a necessary evil. Makhluk jahat yang dipaksakan ada karena takdir namun harus diminimalkan perannya, kalau ingin peradaban manusia terjaga adil. Yang minimal ini, adalah negara yang mengurus catat mencatat, tidak teknorat, tidak sentralisasi. Peran negara dilaksanakan oleh organisasi yang diisi oleh orang orang yang bermental negarawan, amanah dan religius. Para ahli dan professional berada di obit luar pemerintahan untuk menjadi fuel dan rakyat sebagai mesin untuk terciptanya masyarakat madani. Mungkinkah ini dapat terjadi di Indonesia , ditengah situasi jual beli kekuasaan terus terjadi...

Sunday, January 27, 2008

Soeharto

Dari kematian Soeharto ada pertanyaan bisu, tentang salah dan tidak salah.Ajal memang membuat banyak hal jadi tak jelas. Kita tidak tahu kenapa sebuah kehidupan yang bergairah pada suatu saat akhirnya terhenti dan kenapa selalu ada yang akan hilang dari sebuah kebersamaan. Orang bijak berkata bahwa waktu adalah sebilah pedang. Ia benar. Waktu mengukir proses, tapi juga memenggal. Umur memendek, rambut menipis, jantung melemah, kayu dikusen akan melepuk dan bumi kian kehilangan kesejukan. Seakan hidup hanya energy hangat yang mesti luput, seperti matahari yang pelang pelan meluputkan diri dari ladang. Hidup adalah ketidak berdayaan sejati. Semua berlalu dalam proses menuju kepastiaan,. Kematian.

Soeharto atau Orde baru memang lahir dengan rasa jenuh, mungkin jijik , mungkin gentar terhadap apa yang disebut ”Politik pluralisme”. Sebelum 1966, partai partai pegang peranan penting dalam menampung aspirasi rakyat. Mereka berperan pula merumuskan semua kebijakan atas nama rakyat dan menggerak massa untuk melaksanakan kebijakan itu. Dari atas turun kebawah dan dari bawah meluas keseluruhnya. Soeharto menciptakan kekuasaan dari kejenuhan ” era lama”. Ini tuntutan rakyat yang tak pernah menuai janji politisi tentang hidup makmur dan sejahtera. Ini soal pilihan situasional bila partai harus diciutkan, hak bersuara harus dibungkam, ulama masuk penjara, lawan politik diasingkan. Semua itu dengan satu keyakinan tentang perlunya stabilitas politik , stabilitas ekonomi , stabilitas keamanan. Rakyat tidak butuh kebebasan asalkan mereka tidak sulit membeli pangan, papan dan sandang. Soehato memenuhi janjinya walau harus berhutang kepihak asing. Rakyat butuh stabilitas. Ini soal pilihan dari kekesalan masalalu yang harus antri beras dan makan katul.

Kini , mengenang Soeharto adalah ketakutan tentang militer. Kita tak ingin apapun yang berbau militer hadir dalam ruang diskusi. Kita tidak ingin militer ikut bersuara. Semua yang berbau militer adalah anti HAM. Semua yang berbau agama adalah teroris atau anti pluralisme. Demokrasi tiran yang dikemas dalam jargon pluralisme, kebebasan sebebasnya. Sehingga syah saja bila president dan wakilnya jadi bahan dagelan di TV. Demokrasi terbebas didunia. Pers terbebas didunia, Porgnographi terbebas didunia. Korupsi terbebas didunia. Inipun adalah pilihan situational akibat masa lalu menakutkan. Kini tidak ada lagi demontrasi kesenayan. Disana tidak ada pekik. Yang ada hanyalah loby politik dan kompromi. Tawar menawar akan menjadi galib dan orang akan mulai melihat kebajikan dari kompromi. Tidak ada lagi suasana yang dibentuk oleh krisis. Dan kehidupan kini tidak jauh beda ketika era Soekarno, antri minyak, antri beras dan busung lapar. Sepuluh tahun setelah pilihan kita. Apakah kita puas dengan kebebasan? Apakah kita merindukan stabilitas ? waktu terus berjalan dan terasa hambar, seperti sekedar mencuci botol bekas. Tapi adakah ia akan kehilangan makna dihadapan kita ?

Soekarno, Soeharto, juga adalah kita semua. Yang kadang lupa ketika menuangkan anggur kedalam gelas sambil duduk berdiskusi diruang terhormat, kita sebetulnya hidup dalam keangkuhan dihadapan sang waktu. Padahal tak ada satupun manusia dapat tabah menghadapi Maut, walau tadinya begitu yakin memperalat dunia tempat kita berada. Kita memang tidak berdaya , lemah dan zolim dengan segala pilihan kita. Hidup juga tak menakjubkan hanya karena retorika tentang sang maha Ada, sang maha Suci. Retorika tentang kebebasan,kesetaraan, perdamaian. Hidup tidak menentramkan tentang stigma militer dan sipil, tentang demokrasi dan otoriter. Hidup menakjubkan dan menentramkan karena kita, disituasi yang mendung , memetik buah yang ranum dan mencicipinya , dan membaginya...Bisakah

"Selamat jalan Pak Harto..."

Pemerintah Suriah jatuh.

  Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...