Saturday, December 07, 2013

Gotong royong

Dalam suasana krisis ekonomi  banyak  perusahaan jatuh bangkrut,yang tentu banyak menimbulkan PHK. Para karyawan dan pemegang saham tidak bisa berbuat banyak karena krisis ini terjadi bukan karena ulah mereka tapi ulah kebijakan negara yang membuat  pemerintah terpintar tersungkur dililit hutang  yang menelan anggara nasional.  Tidak ada solusi lain kecuali membiarkan keadaan  ini berlangsung sebagai bagian dari adjustment untuk memastikan hanya yang qualfied dapat unggul dalam putaran waktu. Memang menyakitkan tapi  itulah yang terjadi di AS dan Eropa. Adakah hikmah yang bisa diambil dari peristiwa ini ? Minggu lalu saya bertemu dengan teman dari Eropa. Ketika perusahaannya bangkrut , dia tidak tahu bagaimana kelanjutan masa depan keluarganya. Namun dia tidak ingin terus meratap. Karena itu tidak akan menyelesaikan masalah. Bersama sama teman yang terkena korban PHK  dia mengajukan usulan kepada pemerintah agar diberi hak untuk mengelola perusahaan yang bangkrut itu. Mereka bersedia untuk tidak di gaji kecuali  mendapatkan bagian dari keuntungan apabila pabrik itu bisa menghasilkan laba. Proposal itu disetujui dan pemerintah membail out hutang perusahaan itu dibank dan menyerahkan pengelolaannya kepada karyawaan.Untuk itu karyawan harus membentuk koperasi sebagai badan hukum pengelola perusahaan.  Jadi mereka bertindak sebagai management provider atas asset negara.

Bersama sama temannya yang tergabung dalam team Marketing, produksi dan SDM mereka duduk bersama untuk mengatur strategi  operasional perusahaan karena pemerintah tidak memberikan modal kerja untuk mereka. Disamping itu mereka juga harus membayar sewa pabrik kepada pemerintah. Bagaimana strateginya ? tanya saya penasaran. Saya ingin sekali tahu karena umumnya para orang bermental karyawan akan segera surut langkahnya bila terbentur soal modal, apalagi dihadapkan akan biaya tetap. Mereka cepat sekali panik. Caranya, katanya adalah dengan mendekati distributor dan pengecer. Mereka menggandeng distributor dan network retail untuk bergabung dengan mereka sebagai mitra pabrik.Dan untuk itu para distributor dan reail network memberi mereka uang muka sebesar biaya produksi untuk memenuhi pasokan kepasar. Apakah distributor tertarik? Tanya saya karena mengingat distributor merasa nyaman import barang dari china yang harganya lebih murah. Para distributor itu dapat diyakinkan karena dengan management yang baru struktur biaya produksi menjadi sangat rendah.  Pabrik tidak lagi dibebani biaya tetap berupa bunga bank,tidak perlu menanggung biaya fasilitas direksi dan gaji tinggi. Tidak perlu lagi menanggung upah buruh beserta fasilitas asuransi pensiun.Tidak perlu lagi menanggung biaya promosi karena semua stake holder menjadi bagian dari pabrik yang tentu bersama sama menjadi agent promosi. Dari itu semua mereka hanya menyisakan net margin sebesar 5%. Dari margin 5% itulah mereka berharap bisa membayar biaya hidup mereka. Memang tidak mewah namun lebih terhormat karena itu hasil  real kerja keras mereka di perusahaan milik mereka sendiri.

Kemudian , dia menjelaskan kepada saya bahwa walau harga jual masih relative lebih tinggi dari made in china namun konsep kebersamaan itu membuat semua pihak sadar untuk mengutamakan produksi dalam negeri.  Benarlah, sejak tahun 2009 mereka memulai program ini, tahun 2013 mereka sudah bisa mengambil alih pabrik itu dari pemerintah. Artinya hanya butuh empat tahun setelah gelombang krisis menghantam yang membuat mereka kehilangan harapan, kini dengan kekuatan dan keyakinan untuk berbuat atas dasar kebersamaan semangat gotong royong , mereka bisa menjadi tuan atas diri mereka sendiri. Mereka punya hope karena tangan mereka, bukan tergantung orang lain. Ya,  they are deserve and  say “ I am the master of my fate and I am the captain of my  soul.  Banyak para pemimpin dunia tidak pernah mau belajar dari China yang tumbuh karena kebersamaan atas dasar gotong royong, katanya. Mereka mengabaikan fakta bahwa sistem indovidualisme lah yang membuat kapitalisme tumbuh subur yang sehingga para direksi dan pemegang saham sibuk memanjakan diri dengan gaya hidup konsumerisme dan berhutang. Mereka mengabaikan fakta bahwa tumbuh suburnya korupsi karena konsep materialisme kekuasaan yang butuh ongkos untuk terpilih sebagai pemimpin.Faktanya itulah semua penyebab krisis dari waktu kewaktu. Mereka mengabaikan fakta bahwa hanya gotong royonglah yang membuat pertumbuhan ekonomi menjadi seimbang dan tidak menimbulkan paradox. Money cannot create success but freedom and peace can build your future a better. 

Saya terpesona dengan cerita teman ini.  Memang benarlah dia kini tampil beda. Kalau lima tahun lalu saya bertemu di hotel bintang lima karena perjalanan dinasnya ditanggung oleh perusahaan yang dikelola dengan cara kapitalisme , tapi kini dia saya temui di hotel bintang tiga dengan pakaian sederhana.Tidak nampak jas Armani dengan jam tangan Rolex sebagai standard  executive top dari business world class. Dia humble namun penuh percaya diri untuk unggul melewati putaran waktu.  Dari cerita teman ini saya teringat sabda Rasul  ”Barangsiapa yang membebaskan satu kesusahan seorang mukmin dari kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah akan melepaskannya dari satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan akhirat. Barangsiapa memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkan dia di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya” (HR. Muslim).... Akankah pemerintah menyadari ini untuk kembali kepada Al Quran dan hadith yang sebagaimana tertuang dalam Pasal 33 UUD 45 sebelum diamandemen bahwa sistem perekonomian itu harus di design atas dasar kekeluargaan ...gotong royong. Akankah ?

No comments:

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...