Dalam suasana krisis ekonomi banyak
perusahaan jatuh bangkrut,yang tentu banyak menimbulkan PHK. Para
karyawan dan pemegang saham tidak bisa berbuat banyak karena krisis ini terjadi
bukan karena ulah mereka tapi ulah kebijakan negara yang membuat pemerintah terpintar tersungkur dililit
hutang yang menelan anggara
nasional. Tidak ada solusi lain kecuali
membiarkan keadaan ini berlangsung
sebagai bagian dari adjustment untuk memastikan hanya yang qualfied dapat unggul
dalam putaran waktu. Memang menyakitkan
tapi itulah yang terjadi di AS dan
Eropa. Adakah hikmah yang bisa diambil dari peristiwa ini ? Minggu lalu saya
bertemu dengan teman dari Eropa. Ketika perusahaannya bangkrut , dia tidak tahu
bagaimana kelanjutan masa depan keluarganya. Namun dia tidak ingin terus
meratap. Karena itu tidak akan menyelesaikan masalah. Bersama sama teman yang
terkena korban PHK dia mengajukan usulan
kepada pemerintah agar diberi hak untuk mengelola perusahaan yang bangkrut itu.
Mereka bersedia untuk tidak di gaji kecuali
mendapatkan bagian dari keuntungan apabila pabrik itu bisa menghasilkan
laba. Proposal itu disetujui dan pemerintah membail out hutang perusahaan itu
dibank dan menyerahkan pengelolaannya kepada karyawaan.Untuk itu karyawan harus
membentuk koperasi sebagai badan hukum pengelola perusahaan. Jadi mereka bertindak sebagai management
provider atas asset negara.
Bersama sama temannya yang
tergabung dalam team Marketing, produksi dan SDM mereka duduk bersama untuk
mengatur strategi operasional perusahaan
karena pemerintah tidak memberikan modal kerja untuk mereka. Disamping itu
mereka juga harus membayar sewa pabrik kepada pemerintah. Bagaimana strateginya
? tanya saya penasaran. Saya ingin sekali tahu karena umumnya para orang
bermental karyawan akan segera surut langkahnya bila terbentur soal modal,
apalagi dihadapkan akan biaya tetap. Mereka cepat sekali panik. Caranya, katanya
adalah dengan mendekati distributor dan pengecer. Mereka menggandeng distributor
dan network retail untuk bergabung dengan mereka sebagai mitra pabrik.Dan untuk
itu para distributor dan reail network memberi mereka uang muka sebesar biaya
produksi untuk memenuhi pasokan kepasar. Apakah distributor tertarik? Tanya saya
karena mengingat distributor merasa nyaman import barang dari china yang
harganya lebih murah. Para distributor itu dapat diyakinkan karena dengan
management yang baru struktur biaya produksi menjadi sangat rendah. Pabrik tidak lagi dibebani biaya tetap berupa
bunga bank,tidak perlu menanggung biaya fasilitas direksi dan gaji tinggi. Tidak
perlu lagi menanggung upah buruh beserta fasilitas asuransi pensiun.Tidak perlu
lagi menanggung biaya promosi karena semua stake holder menjadi bagian dari
pabrik yang tentu bersama sama menjadi agent promosi. Dari itu semua mereka hanya menyisakan net margin sebesar 5%. Dari margin 5% itulah mereka berharap bisa membayar biaya hidup mereka. Memang tidak mewah namun lebih terhormat karena itu hasil real kerja keras mereka di perusahaan milik mereka sendiri.
Kemudian , dia menjelaskan kepada
saya bahwa walau harga jual masih relative lebih tinggi dari made in china
namun konsep kebersamaan itu membuat semua pihak sadar untuk mengutamakan
produksi dalam negeri. Benarlah, sejak
tahun 2009 mereka memulai program ini, tahun 2013 mereka sudah bisa mengambil
alih pabrik itu dari pemerintah. Artinya hanya butuh empat tahun setelah
gelombang krisis menghantam yang membuat mereka kehilangan harapan, kini dengan
kekuatan dan keyakinan untuk berbuat atas dasar kebersamaan semangat gotong royong
, mereka bisa menjadi tuan atas diri mereka sendiri. Mereka punya hope karena
tangan mereka, bukan tergantung orang lain. Ya, they are deserve and say “ I am the master of my fate and I am the
captain of my soul. Banyak para pemimpin dunia tidak pernah mau
belajar dari China yang tumbuh karena kebersamaan atas dasar gotong royong,
katanya. Mereka mengabaikan fakta bahwa sistem indovidualisme
lah yang membuat kapitalisme tumbuh subur yang sehingga para direksi dan
pemegang saham sibuk memanjakan diri dengan gaya hidup konsumerisme dan
berhutang. Mereka mengabaikan fakta bahwa tumbuh suburnya korupsi karena konsep
materialisme kekuasaan yang butuh ongkos untuk terpilih sebagai pemimpin.Faktanya itulah semua penyebab krisis dari waktu kewaktu. Mereka mengabaikan fakta bahwa hanya gotong royonglah yang membuat pertumbuhan ekonomi menjadi seimbang dan tidak menimbulkan paradox. Money cannot create success but freedom and peace can build your future a better.
Saya terpesona dengan cerita
teman ini. Memang benarlah dia kini
tampil beda. Kalau lima tahun lalu saya bertemu di hotel bintang lima karena
perjalanan dinasnya ditanggung oleh perusahaan yang dikelola dengan cara
kapitalisme , tapi kini dia saya temui di hotel bintang tiga dengan pakaian
sederhana.Tidak nampak jas Armani dengan jam tangan Rolex sebagai standard executive top dari business world class. Dia
humble namun penuh percaya diri untuk unggul melewati putaran waktu. Dari cerita teman ini saya teringat sabda
Rasul ”Barangsiapa yang membebaskan satu
kesusahan seorang mukmin dari kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah akan
melepaskannya dari satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan akhirat.
Barangsiapa memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, maka Allah akan
memudahkan dia di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutup aib seorang
muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan
selalu menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya” (HR.
Muslim).... Akankah pemerintah menyadari ini untuk kembali kepada Al Quran dan
hadith yang sebagaimana tertuang dalam Pasal 33 UUD 45 sebelum diamandemen bahwa sistem perekonomian itu harus di design atas dasar kekeluargaan ...gotong royong. Akankah
?
No comments:
Post a Comment