Nuri mengundang saya makan siang di Pullman Hotel karena kebetulan saya lagi ada di Jakarta dan dia juga ada di Jakarta untuk urusan bisnis. Dia tinggal di Balikpapan. Sebetulnya saya mengenal
dia dari suaminya. Setelah suaminya meninggal dan dia menjanda, hubungan kami tetap
berlanjut sebagai sahabat. Dalam setiap kesempatan, kami berusaha untuk saling
berkomunikasi untuk sekedar bersapa. Bila ada waktu kamipun saling
bersilahturahmi. Ketika bertemu kemarin, tahulah saya bahwa Nuri yang sekarang berbeda dengan Nuri delapan tahun yang lalu ketika dia terpuruk karena prahara rumah tangganya. Dia sudah menjadi business woman yang sukses dan penuh percaya
diri. Dua tahun setelah suaminya meninggal atau tepatnya tahun 2008 dia saya kenalkan
dengan relasi saya di China. Dari perkenalan itu dia mendapat trust dari relasi
saya sehingga mereka bermitra untuk berbisnis Batubara. Semua biaya modal untuk
bisnis batubara itu berasal dari mitranya di China. Dia hanya bertindak sebagai
buying agent. Menurutnya dia jaga kepercayaan relasi saya itu seperti dia menjaga persahabatan dengan saya. Begitulah caranya berterimakasih kepada saya. Tentu dia mendapatkan berkah materi dari business ini. Sejak dua
tahun lalu dia bersama mitranya di China sedang mempersiapkan business plan untuk
membangun smelter untuk barang tambang di Indonesia. Ini peluang bisnis yang
bagus menurutnya sejak pemerintah mengesahkan UU tahun 2009 tentang larangan eksport bahan mentah. Tentu sebentar lagi dia akan jadi industriawan berkelas dunia.
Tapi saya tidak akan bercerita
tentang business teman ini. Saya ingin ceritakan disini bahwa Nuri adalah guru
kehidupan saya dalam dunia realita. Karena
Allah, Nuri dipertemukan dengan sahabat saya , Burhan. Pria yang gagah dan dari
keluarga kaya raya. Jodoh akhirnya bertaut dan Nuri menjadi istri dari sahabat
saya itu. Lima tahun perkawinan itu berlansung begitu indahnya. Nuri mendapatkan
suami yang sangat mencintainya. Sangat memperhatikannya. Sangat menjaga
perasaanya walau dia terlahir dari keluarga miskin. Ketika anak lahir dari
rahimnya maka lengkaplah kebahagiaanya. Kedua anaknya wanita yang cantik
cantik. Namun kebahagiaan yang
berlangsung lebih dari 6 tahun suatu ketika berubah menjadi prahara. Kedua anaknya
meninggal dalam satu kecelakaan ketika dalam perjalanan pulang dari
darmawisata. Penyebab kematian inilah yang tidak bisa diterima oleh Burhan dan
akhirnnya menyalahkan Nuri sebagai istri. Mengapa? Karena Nuri memerintahkan
supirnya untuk menjemput anaknya ditempat wisata dan pulang dengan kendaraan
pribadi, bukan dengan bus rombongan. Sementara Nuri sendiri tidak ikut menjemput
karena dia sibuk merawat mertuanya ( ibu Burhan ) yang sakit.
Burhan tidak bisa menerima
kenyataan itu dan selalu menyalahkan Nuri. Andaikan kedua anaknya pulang dengan bus rombongan mungkin anaknya masih hidup. Saya tahu précis soal ini. Pernah Burhan
berkata kepada saya bahwa ketika kedua putrinya meninggal dengan sangat
mengenaskan. Rasanya dunia seperti ditimpakan ketubuhnya. Dia hancur. Bagaimana
mungkin , anak belahan jiwanya, darah dagingnya, harus meninggal terjepit
didalam kendaraan tanpa ujud utuh. Mengapa ini bisa terjadi pada dirinya.
Mengapa ? Dimana keadilan Tuhan ? Seakan harta dan segala yang dia punya tak
berarti sama sekali. Andai bisa mengembalikan anaknya dengan membayar maka dia akan bayar berapapun. Termasuk bila itu harus
melepas seluruh hartanya. Namun yang terjadi terjadilah. Burhan kecewa dengan
Nuri karena hanya satu bulan merasa
berduka. Tapi setelah itu Nuri nampak tenang saja. Seperti tidak pernah merasa kehilangan
apapun. Sementara Burhan tak pernah bisa melupakan. Kadang terbawa bawa kedalam
mimpi. Burhan merasa Nuri hanya mencintai
hartanya bukan anak anaknya. Nuri merasa
aman dengan segala yang Burhan punya. Itu saja. Makanya Burhan putuskan untuk
bercerai. Dan Nuri menerima itu tanpa meminta satu senpun harta dari
Burhan. Nuri datang dalam keadaan miskin dan keluar dari rumah dalam keadaan
miskin pula.
Setahun setelah perceraian itu,
Burhan terkena stroke.. Enam bulan setelah itu, Burhan meninggal. Walau terlambat , saya datang melayat kerumah duka di Semarang . Saat itulah saya mendengar cerita Dari Nuri tentang
kehidupannya.., inilah katanya : Ketika aku dipinang oleh Burhan.
Aku sangat bahagia sekali. Aku yang miskin tak berpendidikan tinggi. Mendadak
mendapatkan sesuatu yang diidamkan oleh hampir semua wanita. Tapi pada waktu
bersamaan aku serahkan diriku kepada Allah. Agar tetap sabar mendapatkan limpahan
kebahagiaan yang dicurahkan Allah lewat seorang pria yang dikirim untukku
sebagai suami. Sulit untuk menggambarkan betapa hancur hatiku ketika kedua buah
hatiku meninggal dalam kecelakaan. Mereka masih anak anak dan lucu lucu. Tapi,
seketika aku sadar bahwa inilah kehendak Allah. Kucoba untuk ikhlas. Keyakinkan
diriku hanya ikhlas dalam setiap detak jantungku. Tapi inilah yang membuat
suamiku tidak bisa menerima. Dia sangat mencintai segala yang dia punya diatas
segalanya. Itupula yang membuatku serba salah ketika aku berusaha membangkitkan
jiwanya untuk kuat menerima kenyataan. Tapi dia memang tak pernah mau menerima kenyataan.
Akupun diceraikannya. Abang tahu
bagaimana hancurnya hatiku ?. Setelah kehilangan anak, kemudian suami
menceraikan dengan kata kata yang pedih. Tapi aku cepat kembali dan ingat akan
Allah. Aku ikhlas. Tak ada satupun harta yang kuambil dari suamiku. Tak ada.
Inilah caraku untuk membenamkan nafsuku agar tetap ikhlas.
Setiap hari aku terus berdoa
kepada Allah agar aku dikuatkan dalam menghadapi segala cobaan. Akupun tak
henti memohon kepada Allah agar Burhan dibukakan pintu hidayah.
Alhamdulillah,doaku terkabulkan ketika aku dapat kesempatan untuk merawat
Burhan yang dalam keadaan sakit. Karena anggota keluarganya semua sibuk dan
hanya sempat melihat sekali sekali. Pada waktu itulah aku tak henti mengaji
disampingnya. Kubisikan kalamullah ditelingannya. Kusampaikan pula ungkapan
maafku atas segala sikapnya padaku. Burhan meninggal dalam keadaan tenang. Memang
benar. Begitu banyak orang paham akan makna Ikhlas. Tapi tak banyak orang bisa
menerima kenyataan ketika hartanya habis, jabatan melayang, anak meninggal
,suami atau istri meninggal atau suami kawin lagi. Bahkan banyak orang takut
terhadap kematian. Bahkan dengan segala macam cara menghindari dari kematian
yang tak bisa dielak itu. Padahal semua yang ada dialam semesta ini milik
Allah, termasuk nyawa kita. Ikhlas adalah suatu kesediaan kita menyerahkan
segala sesuatu yang ada pada diri kita , yang pada waktu bersamaan kita sangat
membutuhkannya. Semuanya itu hanya karena cinta kepada Allah. Bisakah ? Nuri
telah membuktikan itu.