Tuesday, June 27, 2006

Kebangsaan

Pengalaman menarik pada waktu minggu lalu di Causeway Hong Kong. Pengalaman yang sedikit lucu namun mempunyai sentuhan terdalam akan makna kebangsaan. Ketika itu segerombolan orang yang menyebrang jalan tanpa peduli dengan lampu merah untuk menyeberang di tangkap polisi Hong Kong. Mereka semuanya ada 8 orang, diadili ditempat. Dinyatakan bersalah melanggar Undang Undang Hongkong tentang tertip berlalu lintas. Diantara mereka yang diadili itu terdapat kebangsaan jepang tiga orang, Korea satu orang , China satu orang dan Indonesia dua orang. Keliatannya dari Indonesia adalah TKW . Hukumannya sangat unik yaitu mereka disuruh menyanyikan lagu kebangsaannya masing masing dipinggir jalan dan disaksikan oleh banyak orang.

Yang menarik adalah orang dari Jepang dan Korea serta china menyanyikan lagu kebangasaanya dengan sangat serius dan juga orang jepang , korea , china yang ikut menyaksikan hukuman itu , bersikap sempurna. Mereka berdiri tegap dan memandang kedepan dengan sempurna. Sementara yang dari Indonesia , menyanyikan lagu dengan sambil senyum senyum dan orang Indonesia yang ikut menyaksikan nampak iku pula tersenyum. Anehnya lagu “Indonesia Raya “ yang mereka nyanyikan tidak lengkap dan terkesan memang mereka tidak hapal. Berbeda sekali dengan orang dari kebangsaan Jepang, Korea dan China. Mereka menyanyikan dengan semangat dan HAPAL.

Kebangsaan adalah projek sosial dalam kebersamaan. Nilai kebangsaan yang tinggi akan membuat orang menghormati hukum dalam komunitas cinta kasih. Sikap kebangsaan dan cinta tanah air akan membuat orang malu bila melanggar peraturan dan undang undang. Tidak aneh bila china memaksa rakyatnya untuk menyanyikan lagu kebangsaan dengan sempurna Mereka dididik untuk lebih dari 20 tahun. Menanamkan cinta tanah air dan semangat kebanagsaan adalah dasar bagi tegaknya Negara dalam setiap percaturan. Orang yang cinta tanah air tidak akan mengkianati bangsanya. Korupsi ,manipulasi dan politik kotor adalah lawan dari cinta kebangsaan. Adalah musuh semangat kebangsaan.

Seorkarno dan Hatta berserta pendiri Negara lainnya mampu mengusir penjajah dan piawai dalam pertarungan politik international karena mereka mampu menanamkan cinta tanah air dan semangat kebangsaan kepada seluruh lapisan masyarakat. Soeharto selama lebih dari 30 tahun berkuasa , juga berjuang untuk menanamkan dokrin Pancasila yang didalamnya memuat cinta tanah air dan bela Negara. Tapi setelah reformasi , nampaknya nilai kebangsaan sudah mulai surut dan kehilangan makna. Kelompok reformasi lebih menanamkan pada semangat globalisasi dan demokratisasi. Demokratisasi juga menciptakan disintegrasi paham kesatuan . Sistem PILKADA adalah contoh konkrit yang selalu menghalalkan segala cara untuk menjadi pemenang.. Pentas Competisi seni tradisional di TV telah tergantikan dengan AFI , KDI , Indonesia Idol.. Pornographi tidak lagi haram dan penentangnya dianggap kampungan atau anti globalisasi. Lagu hymne perjuangan di TV dan Radio sudah digantikan dengan lagu POP. Block cepupun digadaikan dengan pihak asing.

Nasionalisme adalah politik Negara untuk membuat orang secara psikologis untuk berada dalam satu barisan demi mencapai tujuan kebersamaan. Lantas bila nasionalisme sudah luntur maka dimanakah tujuan kebersamaan itu ? pantaskan ada cita cita bila tujuan sudah luntur. Yang ada sekarang adalah berjalan ditempat ditengah kebingungan melangkah. Sehingga masalah kehidupan bernegara berbangsa semakin kehilangan darah untuk diselesaikan. Kita memang tidak pernah belajar dari sejarah dan selalu menganggap kemerdekaan adalah warisan untuk dipestaporakan. Kita lupa cita cita luhur para pejuang kemerdekaan yang berkorban untuk hari esok yang lebih baik, demi kesejahteraan social bagi seluruh masyarakat Indonesia. Namun nyatanya kita lupa dan bahkan mentertawakan lagu kebangsaan seperti yang dipertontokan oleh para warga Indonesia di Hong Kong ketika mendapat hukuman menyanyikan lagu kebangsaan.

No comments:

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...