Thursday, April 06, 2006

Hutang Luar negeri

Keberadaan Soeharto sebagai penguasa orde baru tidak terlepas dari pertarungan dua kekuatan besar, yaitu group Barat dengan dikomandani oleh Amerika dan UniSoviet. Atau istilah yang kita kenal dengan “perang dingin”. Naiknya Soeharto dan jatuhnya Soekarno adalah kemenangan Amerika di asia tenggara terhadap pengaruh paham komunis. Konsekwensinya Amerika dan barat harus memberikan dukungan penuh bahgi Indonesia agar tidak terjebak dalam kemiskinan. Karena disadari dari pengalaman revolusi yang terjadi di china , bahwa kemiskinan menyuburkan tumbuhnya paham komonisme.

Makanya , peran ekonom Indonesia lulusan Universtas Amerika atau dikenal dengan Mafia Barclay , juga tidak bisa dilepaskan dari situasi ini. Mereka membawa paham baru tentang paradigma pembangunan yang sebelumnya bertumpu pada kekuatan rakyat atau istilah dikenal Berdikari. Paradigma mereka sederhana bahwa perlunya suatu grand design pembangunan nasional yang mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi dan pemeretaan atau dikenal dengan istilah teori Rostow. Inipun dipakai oleh Korea Selatan, Malaysia, Thailand dan Singapore , Taiwan, Turki maupun negara lainnya yang tergabung dalam kelompok dibawah pengaruh kekuatan Barat. Amerika menyadari bahwa Negara yang berhasil mereka bebaskan dari pengaruh komunis ini mempunya keterbatasan modal dan technologi untuk menggerakan mesin ekonominya. Makanya program bantuan pendanaan dan technology pun merupakan bagian tak terpisahkan dari politik luar negeri Amerika ketika itu.

Ada tiga kuridor pinjaman yang dilakukan oleh Indonesia , yaitu pinjaman melalui World Bank Group , yang bersifat lunak. Pinjaman ini ditujukan untuk pembangunan infrastructure . Kuridor kedua adalah pinjaman Mutlilateral melalui IGGI, bersifat grand dan sebagian pinjaman lunak (( bunga 2,5% pertahun dengan jangka waktu 25 tahun dan masa tenggang bebas bunga 5 tahun ). Pinjaman ini ditujukan untuk memperkuat liquiditas APBN untuk mensuplai dana ke public dalam rangka menumbuhkan sector riel. Kuridor ketiga adalah Pinjaman Bilateral, yang juga bersifat lunak dan sebagian grand/hibah. Pinjaman ini ditujukan untuk dukungan pendanaan sektoral. Apa yang diterima oleh Indonesia, sama dengan yang diterima oleh Negara lain yang tergabung dalam kekuatan pro barat. Artinya apapun yang diberikan oleh pihak Amerika ( barat ) kepada Indonesia baik modal maupun technology adalah berkaitan langsung dengan politik luar negeri dalam konteks perang dingin. Ini platform hutang luar negeri.

Juga semua menyadari bahwa tidak ada yang gratis. Tujuan politik adalah kekuasaan dan penguasaan resource. Atau istilah yang dipakai oleh Soekarno menyikapi politik barat dan timur ( Soviet ) , Neocolonialisme. Penjajahan tidak dalam bentuk pisik tapi dalam bentuk ideology. Itu sebabnya Soekarno membentuk Gerak Non Blok untuk melindungi negara negara yang baru merdeka terseret dalam arus perang dingin tersebut. Terbukti syah saja bila Indonesia pada rezim Soeharto terjebak dalam kekuatan barat ketika menerima bantuan dari mereka , yang harus menyerahkan natural resource kepada pihak Amerika ( barat ) atau istilah lain You win you take all. Tap Soeharto tidak pernah mengorbankian nasionalisme sebagai sebuat kompromoi politiknya.

Pihak Amerika memang ampuh dalam strategy global untuk menguasai dunia. Jepang<>

No comments:

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...