Saturday, April 18, 2020

Uang digital Yuan, China.



Sebagian orang menyikapi atas peluncuran uang digital China terkesan seakan mata uang Yuan berpatokan dengan emas. Mereka beranggapan bahwa mata uang digital China sama dengan cryptocurrency yang bisa digunakan untuk alat spekulasi. Itu semua tidak tepat.  Mata uang digital China atau DCEP ( Digital Currency Electronic Payment ) bukanlah cryptocurrency yang terdaftar di bursa cryptocurrency. Mata uang digital itu hanyalah mengubah metodelogi cara bertransaksi dengan uang phisik menjadi digital atau electronic. Sistem mata uang sendiri tidak berubah. 

Secure 
Secara teknologi sistem uang digital ini sangat secure. Mengapa ? karena dia menerapkan tekhnologi blockchain yang terpusat. Apa itu blockchain ? semua orang sudah terhubung dengan jaringan internet dan apa saja data tercatat dalam pusat data di dalam internet ( cloud ). Dari kumpulan dan jaringan data inilah lahirnya tekhnologi Blockchain. Dengan tekhnologi ini maka pusat data tidak lagi di atur oleh lembaga clearing yang bertugas melakukan verifikasi terhadap setiap pertukaran informasi dan transaski, tetapi verifikasi oleh mesin blockchain yang memuat data masing masing pihak yang berinteraksi. Dengan tekhnologi ini masing masing terhubung secara tertutup (peer to peer ) tanpa ada pihak lain bisa yang terlibat. Akurasi dan keamananya sangat tinggi karena terlindungi oleh data digital di semua jejak yang ada di internet.

Contoh anda bertukar informasi atau bertransaksi dengan saya maka mesin blockchain anda akan menjelajah kesemua jejak digital data saya yang ada di internet. Sehingga bisa dipastikan tidak mungkin anda berhubungan dengan selain saya. Para hacker gigit jari. Dengan demikian transaksi keuangan dapat langsung ( real time ) settle tanpa harus menunggu confirmasi dari lembaga clearing. Akurasinya terjamin selama lamanya tanpa kawatir akan dibajak orang. Makanya sistem blockchain lebih secure dibandingkan dengan teknologi SWIFT atau TT, yang masih membutuhkan pusat clearing untuk melakukan verifikasi dan otentikasi. Sampai disini paham ya.

Terpusat.
Karena sistem blockchain di create oleh negara, maka pemerintah China satu satunya yang mengontrol sistem ini. Artinya terpusat. Hak control itu bukan intervensi atas data yang ada di cloud tetapi untuk memastikan uang digital itu benar benar digunakan sebagai alat pembayaran, dan tidak disalahgunakan untuk spekulasi atau alat pembayaran untuk transaksi fraud. Kalau terbukti sistem mata uang digital itu dimanfaakan untuk spekulasi maka pemerintah pusat China bisa menghancurkan transaksi ini dan menyita uang itu. 

Berlaku bagi siapa saja.
Karena uang digital ini sebagai alat pembayaran negara maka dia berlaku bagi semua orang China dan siapa saja. Walau dia bersifat digital namun hebatnya, sistemnya tidak mengharuskan setiap orang terhubung dengan internet untuk bisa melakukan transaksi. Misal orang di desa tidak punya akses internet tetapi dia punya hape. Dia bisa membeli uang digital itu melalui bank yang ditunjuk. Bank akan meinput data uang digital ke hape dia. Nah di  saat belanja, dia cukup perlihat QR code dan mesin DCEP pada marchant akan memindai QR code nya. Dalam hitungan detik, saldonya berkurang. Transaksi selesai.

Distribusi uang
Dalam phase berikutnya uang digital ini akan didistribusikan melalui provider payment digital seperti WeChat Pay dan AliPay. Jadi walau orang tidak punya rekening bank mereka tetap bisa mengakses uang digital itu melalui aplikasi WeChat Pay dan AliPay. Dengan sistem adanya keterlibatan provider seperti WeChat Pay dan AliPay pertukaran antar individu juga bisa terjadi. Contoh saya mau beri uang ke pengemis jalanan, selagi dia punya hape, saya bisa transfer ke pengemis itu lewat aplikasi weChat. Dengan demikian peran bank sebagi lalulintas uang sudah berkurang. Selanjutnya bank focus kepada core business nya untuk membantu dunia usaha mendapatkan solusi pembiayaan. Tenaga kerja bank bisa berkurang di font office. 

Transaksi Global
Menurut studi yang dilakukan oleh lembaga konsultan manajemen globalMcKinsey yang menganalisis 186 negara, China menjadi destinasi ekspor terbesar 33 negara dan sumber impor terbesar bagi 65 negara. Dalam periode 2015-2017, China telah menjadi sumber investasi terbesar kedua di dunia, terutama sejak adanya proyek OBOR. Dan menjadi penerima aliran investasi terbesar kedua di dunia. Raksasa-raksasa teknologi China telah berperan dalam mengubah kehidupan umat manusia. Contoh nyatanya adalah produk ponsel pintar sepertu Xiaomi, Huawei, OPPO dan Vivo hingga perusahaan e-commerce Alibaba. 

Walau perang dagang di canangkan AS terhadap China, namun upaya AS untuk menahan China tidak akan berhasil. China kian menjaga langkah untuk menggapai tujuan menggandakan pendapatan dan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam satu dekade. Negara ini ingin menjadi kekuatan ekonomi global. Tak bisa dipungkiri, China sekarang sedang berada di jalur untuk menjadi pemain nomor 1 dunia. China terus menguntit Amerika Serikat (AS) di posisi 2 dunia, dengan PDB sebesar USD 13,1 triliun. Apalagi jika China mengoperasikan ekonomi pasar yang terintegrasi dengan rantai nilai global tetapi tidak bergantung pada AS.

Dengan hal tersebut diatas maka wajar saja China punya ambisi ingin menjadikan Yuan sebagai mata uang international. Apalagi IMF sudah menjadikan mata uang Yuan sebagai cadangan international, dengan fasilitas Special Drawing Right (SDR). Upaya menjadikan Yuan sebagia mata uang dunia sudah dilakukan sejak tahun 2009. Ketika itu China meluncurkan skema perdagangan dengan menggunakan mata uang RMB khusunya dengan ASEAN yang kemudian diperluas. Pada 2010, hanya 1% dari perdagangan luar negeri China dalam mata uang RMB. Tahun 2014 melonjak menjadi 27,8%. Namun, pelonjakan ini terjadi karena peran Hong Kong sebagai hub financial dunia. Berdasarkan hasil riset SWIFT menunjukkan pangsa pembayaran internasional RMB hanya 1,88% pada April 2019.

Pada 2015, bank sentral China membuat sistem pembayaran internasional sendiri, atau CIPS. Tetapi keanggotaannya terbatas pada 900 saja. Walau anggota langsung hanya 31, tetapi itu mencakup nama-nama besar seperti JP MorganChase, Citibank, HSBC, BNP Paribas dan Deutsche Bank. Selain sebagai alat pembayaran perdagangan, CIPS mendukung penyelesaian instan untuk transaksi keuangan seperti payment versus payment (PVP),  Delivery versus Peyment (DVP). Sementara SWIFT yang merupakan alat pembayaran multiple currency memiliki 10.000 anggota dengan fitur yang luas.

Dalam hal mata uang digita, sebetulnya sejak tahun 2014 China sudah menerapkan uang digital yang sifatnya masih terbatas. Namun sejak Libra Facebook memperkenalkan mata uang digital, bagi China ini masalah serius. Mereka harus bergerak cepat. Sejak itu china mulai membangun uang digital berbasis blockchain yang secure. Karena bagaimanapun ketergantungan dengan mata uang dollar sebagai alat pembayaran jelas tidak sehat. Saat sekarang China sudah secara resmi merilis uang digitalnya

Dalam jangka panjang uang digital Yuan ini bisa menjadi alat pembayaran global antar perusahaan maupun antar personal. Contoh wisatawan China datang ke Bali. Mereka tidak perlu bawa uang kontan. Selagi tersedia marchant DCEP di Indonesia, mereka bisa bertransaksi secara digital. Apalagi Alipay / paypall sudah terhubung  dengan Gerbang Pembayaran Nasional ( GPN), tentu hampir semua marchan bisnis pariwisata bisa menerima uang digital china ini. Kalau anda bertransaksi lewat ALIBABA, juga bisa menggunakan sistem uang digital china selagi anda punya akun PayPall. 

Walaupun begitu untuk menggantikan US dollar sabagai alat pembayaran global jelas tidak mudah. Akan panjang sekali waktu yang diperlukan. Namun setidaknya kepada negara yang tergabung dalam proyek OBOR, dan negara yang mendapatkan pinjaman dari China, penggunaan mata uang Yuan akan mendominasi sebagai alat pembayaran. Yang jadi masalah adalah menurut data Institute of International Finance (IIF) utang korporasi, rumah tangga, dan pemerintah China meningkat menjadi 303 persen dari PDB pada kuartal I 2019. Angka ini lebih tinggi dibandingkan 297 persen pada periode yang sama tahun 2018. Pengadaan uang digital akan sangat memungkinkan China menambah uang beredar, dan semakin besar utang.

Bagaimanapun, sebagaimana mata uang dollar AS,  legitimasi hegemoni dalam bentuk pengakuan sebagai mata uang dunia, sangat ditentukan oleh pasar. Pasar menilai berdasarkan kecepatan, keamanan dan reputasi trust. Selagi China bisa menjaga dan meningkatkan kepuasaan pasar terhadap mata uang digital Yuan, kemungkinan mata uang Yuan sebagai alat pembayaran global sangat mungkin terjadi. China menjadi penguasa dunia dalam sistem mata uang tinggal sejengkal lagi.

Manfaat ekonomi dari adanya uang digital Yuan.
Sebagaimana dari awal saya jelaskan, uang digital Yuan ini hanya mengganti uang kertas atau coin Yuan ke mata uang digital. Konversinya tetap 1:1 dengan uang konvensional. Engga ada kaitannya dengan jaminan emas. Ya uang digital uang dalam pengertian konvensional. Namun secara nasional, manfaatnya bukan hanya bisa menekan ongkos pendisitribusian uang kertas, tetapi juga menciptakan keamanan terdistribusian dari tindak pemalsuan. Yang lebih penting lagi, tujuan uang tercapai. Hanya alat transaksi, bukan alat spekulasi. Di samping itu, setiap orang China secara sistem pergerakan transaksinya diawasi negara. Korupsi dan fraud sudah pasti sulit dilakukan.

Saturday, April 11, 2020

Ancaman itu bukan corona tetapi oposisi.


Uni Eropa memang sebuah gagasan yang usang. Kata teman saya kemarin ketika kami diskusi via WA. Mereka membuat aliansi karena alasan ekonomi, bukan karena alasan solidaritas dan kebangsaan. Sangat transaksional sekali. Makanya jangan kaget bila Italia menghamba bantuan alat kesehatan, tidak ada semangat solidaritas negara negara Eropa untuk membantu. Ironis, Uni Eropa, yang diwakili Jerman dan Perancis, enggan memberikan bantuan berarti kepada Italia, bahkan untuk beli alat medis saja dengan tetangganya, itupun dibatasi. Saat krisis, persatuan karena ekonomi itu menunjukan jatidirinya, bahwa persatuan Eropa hanya utopia. 

Justru yang datang membantu adalah China. Walau China juga suffering akibat wabah COVID-19 namun Cina setuju untuk mengirimkan 1.000 ventilator, 2 juta masker, 20.000 pakaian pelindung untuk petugas medis, dan 50.000 swab corona. Ini soal kemanusiaan. Orang Italia kini baru menyadari betapa tetangga jauh yang datang menolong. Italia dan juga Yunani, Portugal, Spanyol dirudung krisis Ekonomi, yang pada waktu bersamaan kena waba COVID-19, mereka memohon kepada saudaranya yang kaya seperti Jerman, Finlandia, dan Austria, tetapi disikapi dengan sinis. “ Mengapa kami harus berbagi menanggung hutang kalian? Demikian gerutu mereka. Padahal Italia, Spanyol , Portugal itu termasuk saudara tua dan kekuatan ekonomi di Eropa tadinya.

Semua negara sekarang sedang dilanda crisis gabungan, yaitu Pandemi COVID-19 dan Ekonomi. Itu datang saling tindih dan menggelinding jadi bola salju. Ketika Wabah COVID-19 melanda China, OECD meramalkan bahwa pertumbuhan ekonomi global tahun 2020 akan turun menjadi 2,4%, dibandingkan dengan yang sudah lemah 2,9% pada tahun 2019. Kemudian diperkirakan akan naik menjadi 3,3% pada tahun 2021. Namun ketika Wabah COVID-19 menyebar keluar dari China, OECD kembali mengkoreksi ramalannya dengan memangkas pertumbuhan global  hingga ke 1,5%. 

Pada awal tahun 1930-an, suasana di Jerman diliputi kesuraman. Depresi ekonomi global memukul ekonomi jerman, dan jutaan orang kehilangan pekerjaan. TampiL-lah Hitler. Kehadiran Hitler adalah buah dari HOAX, yang berhasil menarik barisan kaum buruh dan sosialis dalam front nasional menumbangkan rezim yang ada. Hasilnya bukan hanya Jerman yang porak poranda tetapi dunia juga porak ponda akibat ulah Hitler, yang menyeret negara negara di dunia terlibat dalam perang dunia kedua dengan korban puluhan juta orang. Korban terbesar di dunia sepanjang sejarah adalah wabah perang.

Saat sekarang, tidak ada satupun negara yang bebas dari krisis.  Kalau ada pengamat atau ekonom mengatakan hanya indonesia yang krisis, itu jelas Hoax. Hanya saja daya tahan masing masing negara berbeda dalam menghadapi krisisis. Yang masih mencatat pertumbuhan positif adalah China, India dan Indonesia. Yang lainnya jatuh semua, mendekati nol bahkan merah alias negatif. Apa artinya? ancaman kemiskinan akibat menyusutnya PDB dan melonjaknya PHK tidak bisa dihindari. Pada titik ini yang menentukan selamat bukan lagi ekonomi tetapi karakter bangsa dan kepemimpinan yang kuat.

Dalam situasi depresi, dalam situasi rakyat gamang dengan masa depannya, wabah baru yang lebih menakutkan adalah lahirnya monster dari politisi populis. Yang menciptakan hoax dan mimpi disiang hari bolong kepada rakyat yang malas berpikir. Saya suka dengan cara China yang langsung kandangi pengusaha dan rakyat yang mengeluh di tengah waba corona. Arab yang memborgol semua elite kerajaan yang oposisi. Udah 52 orang ditangkap polisi karena Hoax Corona. Itu bagus. Mengapa? Kalau Pemerintah tidak tegas terhadap sikap oposisi di tengah krisis gabungan, ancaman bukan  corona tetapi lahirnya politisi populis di tengah krisis. Lebih buruk dari Hitler. Rasis dan psikopat !

Wednesday, April 08, 2020

Hegemoni Amerika, hegemoni mata uang



Anda mungkin tahu istilah slow motion. Itu adegan lambat yang sebetulnya kita sudah tahu endingnya. Namun dengan adanya slow motion itu kita jadi tahu detail peristiwa. Nah apa yang terjadi pada Dollar AS, itu sama dengan slow motion. Endingnya kita sudah tahu bahwa kekuatan AS itu adalah mata uang. Makanya disebut sebagai super power. Apa yang terjadi sekarang terhadap hegemoni mata uang dollar AS, itu sudah diketahui oleh semua ekonom sejak AS memenangkan perang dunia kedua.

Mari kita perhatikan. By process dollar AS sudah jadi alat pembayaran global. Anda mau transaksi dengan negara manapun, orang lebih percaya kepada Dollar, bukan mata uang lokal. Semua negara di dunia terpaksa menyimpan dollar sebagai cadangan agar bisa aman untuk belanja impor.  Setelah semua negara bergantung kepada dollar, maka AS mulai mengatur supplai uang ke pasar. Jadi uang bukan lagi sebagai alat pembayaran tetapi alat politik kekuasaan global. 

Gimana caranya? AS melalui the Fed memberikan pinjaman kepada Bank dan lembaga keuangan yang menjadi members dari the fed system. Kemudian bank dan lembaga keuangan ini menyalurkan kepada perusahaan dalam bentuk pinjaman. Ada juga membeli surat utang dari perusahaan termasuk surat utang negara di pasar sekunder. Akibatnya likuiditas jadi longgar, dan perusahaan maupun pemerintah negara lain bisa ekspansi untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Dollar AS hasil pinjaman itu sudah berubah ujud dalam bentuk property, infrastruktur, industri dan lain lain. Lambat laun, negara lain bukan hanya tergantung kepada Dolar untuk alat pembayaran tetapi juga alat untuk ekspansi dan pembiayaan APBN.

Nah yang jadi masalah adalah AS menyediakan uang Dollar itu bukan karena fundamental ekonominya atau sesuai dengan jaminan atas uang yang beredar. Tetapi memang di create begitu saja untuk memenuhi permintaan pasar. Sementara permintaan akan dollar semakin lama semakin besar. Ya AS harus terus produksi dollar. Maka jadilah dollar AS sebagai komoditas yang di create seperti layaknya mesin industri. Ada sistem distribusi dan clearing. Ada agent. Ada distributor nya dan juga ada salesmannya. Lengkap sekali.

Nah apa yang terjadi apabila dolar yang ada di pasar sudah lebih banyak daripada produksi real? Ya semua surat utang swasta bermata uang AS jadi sampah. Harga saham jatuh. Itulah yang terjadi pada kasus 2008. Lehman Brother collaps yang membuat wallstreet terjerembab dan dunia masuk ke krisis global. Tetapi yang korban bukan pemerintah AS sebagai produsen dollar. Tetapi konsumen yang percaya dengan instrument bermata uang dollar. Tak terbilang  investor bangkrut dan kebanyakan yang bangkrut adalah investor retail. Sementara agent, distributor, salesman dollar, tetap kaya raya. Mengapa? setiap transaksi mereka dapat fee. Kerugian investor menjadi laba bagi mereka.

Setelah investor bankrut, likuditas jadi kering. Sementara negara di dunia ini sudah tergantung dengan dollar sebagai alat pembayaran dan investasi. Ya AS produksi lagi. Caranya? yang cetak uang lagi lewat QE. Dollar  kembali mengalir ke pasar terutama kepada negara emerging market. Karena suku bunganya rendah, dan syarat longgar sehingga menjadi sumber likuiditas oleh banyak negara dan perusahaan. Pendapatan bunga dari dollar yang di cetak itu dipakai AS untuk mengongkosi resiko akibat krisis wallstreet. Caranya? memberikan jaminan sosial bagi yang kena PHK dan memberikan subsidi kepada sektor usaha di AS agar bisa bangkit lagi. Memang ekonomi AS mulai membaik.

Tahun 2018 , AS menarik kembali uangnya di pasar. Gimana caranya ? Ya gampang. AS naikan suku bunga. Uangpun berterbangan masuk kembali ke AS. Pada waktu bersamaan AS mencanangkan perang dagang dengan China. Dampaknya sangat sistimik. Maklum 15% PDB Dunia di kuasai China. China juga menguasai supply chain industri di banyak negara. Jadi walau mata uang AS menguat tetap punya daya saing akibat adanya kenaikan tarif. Negara negara di dunia mulai mengurangi ketergantungan dengan Dollar AS. Caranya? mereka melakukan perjanjian bilateral dengan negara yang jadi mitra dagangnya untuk menggunakan mata uang lokal dalam transaksi ekport dan impor atau istilahnya Billateral SWAP.

Banyak negara besar melakukan perjanjia billateral SWAP, seperti Indonesia dengan Singapore, korea dan Jepang. Di situasi itu, China juga menawarkan alat pembayaran Yuan yang bisa di conversi dengan emas di bursa Shanghai. Tujuannya agar orang lebih percaya Yuan daripada Dollar  AS. Hanya masalah waktu hegemoni US dolar akan berakhir. Tetapi malang tak bisa dielak. Tahun 2019, bulan desember China kena wabah COVID-19. Bursa berjatuhan. Investor yang pegang instrument Yuan dan Yen dan mata uang utama lainnya, rame reme pindah ke Dolar AS. Mereka panik. Permintaan dollar AS meningkat. Sementara  banyak surat utang perusahaan multinasional dan lokal kesulitan mendapatkan dollar untuk bayar utang yang jatuh tempo. Dolar AS menguat dan semua mata uang utama berjatuhan. Kembali dolar unjuk perkasa tanpa tandingan. Sementara AS masih santai saja menghadapi pandemi COVID-19. Bahkan mengejek China.

Masuk awal maret, negara negara lain mulai kelimpungan memenuhi permintaan dollar. Kalau terus dilayani maka cadangan dollar mereka akan habis dan mata uang mereka jatuh. Sementara pertumbuhan ekonomi dunia turun menuju resesi. Pada waktu bersamaan COVID-19 juga melanda AS dengan korban ribuan. Tanggal 31 Maret AS mengeluarkan stimulus USD 2 triliun. Uang sebanyak itu bukan hanya dipakai untuk kepentingan domestik dalam perang terhadap COVID-19 tetapi sebagian besar dipakai untuk mengamankan likuiditas global dalam mata uang dolar. Ini kesempatan bagi AS dagang dollar sekaligus mengamankan hegemoninya dalam bidang mata uang global.

Gimana caranya? AS menawarkan produk yang bernama REPO LINE. REpo Line ini adalah repurchase agreement atas surat berharga AS yang dimiliki oleh Bank central asing dan pemegang rekening international. Tujuannya adalah menjaga kelancaran pasokan kredit ke pasar dan mengamankan pasar surat berharga AS ( US T Bill). Tentu tidak semua negara mendapatkan fasilitas Repo Line ini. Yang dapat fasilitas hanyalah bank central dan lembaga keuangan international yang qualified. Tawaran kerjasama REPO line kepada BI, dasarnya adalah vote of confidence. Artinya benar benar atas dasar kriteria yang ketat secara financial, bukan karena pertimbangan politik. Ini menunjukan walau krisis kini lebih buruk dari tahun 1998 namun daya tahan ekonomi kita jauh lebih baik dari  tahun 1998. Kita engga butuh uang lendir dari IMF untuk penyelamatan ekonomi. Pasar secara sistem bertanggung jawab merecovery ekonomi Indonesia. 


“ Anda engga perlu jual cadangan dollarnya. Itu pakai saja untuk mengamankan mata uang anda. Nah kalau anda perlu uang, kami punya produk namanya REPO LINE. Cadangan devisa anda berupa surat berharga bermata uang dolar jual kepada kami tetapi anda wajib beli kembali sesuai waktu yang disepakati. Nah anda akan dapat uang tunai dolar dari kami, sementara devisa anda tetap aman. Karena REPO itu selagi kontraknya tidak default maka selama itu surat berharga atau asset itu masih berada di neraca anda. Tentu ada fee atau premium yang harus dibayar oleh anda yang membeli produk REPO LINE.” kira kira itu yang ditawarkan The FED kepada BI.

Bagi BI, produk REPO LINE ini bisa jadi senjata ampuh untuk gertak  spekulan hedge fund yang mau goreng rupiah. “ Silahkan anda hajar mata uang rupiah, kami tetap punya dollar dan engga akan beli dari pasar untuk memenuhi likuiditas dunia usaha. Karena kami punya deal langsung dengan pabrik dollar, the Fed. “ Kira kira itu kata BI. Apa artinya? engga akan ada yang berani fight di pasar lawan BI. Sehingga Kurs rupiah dapat dikendalikan dan rupiah bisa stabil, tidak lagi sepenuhnya dikendalikan oleh pasar. Nah, tinggal BI berhitung berapa kurs yang layak untuk mengerakan pasar dan investasi. Jadi kalau rupiah sudah bisa dikendalikan sesuai pasar normal , ya BI tidak perlu gunakan fasilitas REPO LINE itu. Ya hanya sebagai jaga jaga saja. 

Apa yang terjadi kemudian dengan REPO LINE terhadap moneter AS? Pertama, AS terhindar dari rush T-bill oleh bank central yang butuh uang tunai dollar AS untuk memenuhi likuditasnya. Bayangkan, kalau semua bank central di dunia ini menjual T-Bill yang mereka pegang, ekonomi AS pasti jatuh. Orang engga percaya lagi dengan dollar. Kedua, AS bisa menambah uang beredar lewat REPO LINE, dan ini membuat negara di dunia ini semakin tergantung kepada Dollar AS. Sementara moneter AS semakin longgar untuk membiayai ekonomi recovery domestik dan termasuk penanggulangan COVID-19.

Ya andaikan tidak ada COVID-19 mungkin AS akan masuk ke jurang resesi dan mata uang dollar tinggal masa lalu yang suram. Tetapi berkat COVID-19 menjadi pandemi global, hegemoni dolar AS semakin tajam cengkramananya ke dalam sistem keuangan global. AS tetap raksasa yang rapuh,  serapuh peradaban dunia yang bergantung kepada uang. Negara lain kerja keras dapatkan dollar sementara AS hanya menambahkan jumlah uang di rekening the Fed, dollar pun tercipta. 

Wednesday, April 01, 2020

Peluang di balik masalah.


Kemanusiaan vs Ekonomi.
Kata WHO, setiap detik empat orang mati di dunia akibat wabah kelaparan. Tidak menjadi kepanikan. Karena tidak dibicarakan. Orang percaya itu sudah kehendak Tuhan. Di dunia itu manusia akrab dengan kematian. Setiap orang pasti merasakan. Besok atau lusa, ajal pasti menjemput. Suka tidak suka itu sudah tugas malaikat maut. Namun kebanyakan orang lupa akan ajalnya. Seakan hidup akan selamanya. Ingin menguasai dunia. Seperti apa yang maunya. Kerakusan menjadi pakaian. Kesombongan dipertontonkan. Kesenjangan ekonomi tak terelakan.

Orang kaya acuh dengan si miskin kaum papa. Ketika wabah datang melanda. Kepanikan terurai oleh Berita media massa. Semua karena corona. Setiap hari berita diperbarui. Setiap hari wabah menghantui. Setiap hari orang bicara angka kematian. Setiap hari orang ketakutan. Ekonomi tidak lagi bergerak. Fondasi ekonomi negara berderak. Semua karena keharusan menjaga jarak. Orang laparpun banyak berteriak. Negara harus hadir melindungi rakyat. Tapi uang tidak cukup membayar semua. Karenanya perlu paket ekonomi penyelamat. 

Di tengah badai krisis ekonomi. Pada waktu bersaman dunia menghadapi pandami. Tak ada lagi rasionalitas Ekonomi. Semua harus dimaklumi. Skema uang dari langit tercipta. Menghasilkan jumlah uang rakasa. Menjadikan negara sangat berkuasa. Di atas wabah penuh derita. Diatas hitungan angka dan prasangka. Uangpun tercipta begitu saja. Begitulah kapitalisme dalam realita. Akan selalu ada kesempatan di tengah prahara. Agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga. Dan orang kaya terhindar dari kebangkrutan. Mendapat insentif dalam program penyelamatan. Dari itu, orang kaya bisa berproduksi. PHK tidak terjadi. Pajak bisa ditarik lagi. Perbankan tidak rugi.

Bagaimana dengan simiskin? akan ada dana stimulus untuk berbagi. Bukan semua uang yang habis dibagi. Sebagian kecil dana stimulus untuk belanja simiskin berkosumsi. Agar mereka tidak frustasi. Perang melawan wabah akan dimenangkan. Kelaparan memang tidak akan bisa dihilangkan. Namun yang pasti memberikan banyak harapan. Roda ekonomi kembali berjalan. Kekuatan ekonomi negara akan kembali kuat. Pertumbuhan ekonomi kembali terangkat. Berkat Corono resesi ekonomi terselamatkan.

Hidup memang tidak ada keadilan. Lewat Corona, Tuhan mengingatkan kematian. Kalau tak bisa menanggulangi kelaparan, berhentilah hidup dalam kerakusan. Kalau tak bisa membantu perdamaian, janganlah membuat kekacauan. Kalau tak bisa berbuat banyak, janganlah menebarkan kepanikan. 

Peluang keluar dari ancaman resesi.
Pada APBN 2020,  Defisit diperkirakan dikisaran 2,2% sampai 2,5 %. Tapi nyatanya APBN mencatatkan defisit sebesar Rp 62,8 triliun hingga akhir Februari 2020. Angka tersebut setara dengan 0,37 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Kalau year to year, itu diatas 3%. Apa pasal ? disebabkan penerimaan pajak yang mengalami tekanan ketika di sisi lain belanja negara bertumbuh. Sudah bisa ditebak, artinya badai krisis dunia sudah melanda Indonesia. Menghantam sektor real dan moneter. Kita bukan hanya defisit neraca perdagangan tetapi juga sudah defisit APBN.

Pada bulan Februari, saya ngobrol dengan teman konsultan keuangan. Dia katakan bahwa makro ekonomi tidak akan kuat menahan defisit APBN yang terus melebar. Cara menutupi defisit lewat berutang di pasar uang pasti tidak mudah. Apalagi investor punya banyak pilihan. Semua negara G20 rame rame keluarkan bond untuk menutupi defisit akibat krisis ekonomi dan pandemi Corona. Kalaupun pasar bisa menerima, tentu harga akan sangat tinggi, dan ini tentu tidak efisien.

Disamping itu, kalau defisit APBN terus melebar, sehingga berpotensi nabrak pagu rasio batas aman sebesar 3%, seperti yang ditetapkan dalam Undang-Undang (UU) 17/2003 tentang Keuangan Negara. Maka APBN harus ada perubahan. Akan  ada pemangkasan APBN. Ini akan berdampak terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Pasar akan bersikap negatif terhadap kinerja ekonomi Indonesia. Harga CDS pasti akan melambung dan likuditas surat utang indonesia pasti seret, dan bukan tidak mungkin rating akan jatuh. Memang posisi yang sangat berat dan sulit.

Saya membayangkan betapa berat beban Jokowi. Ini bukan hal yang datang mendadak. Tetapi sudah diprediksi sejak dua tahun lalu. Awal tahun 2020 indikator dunia semakin mengarah kepada badai tornado krisis struktural. Apalagi the Fed akan memangkas suku bunga dan terbukti bulan maret rencana pemangkasan suku bunga terjadi. Bahkan AS berencana akan mengeluarkan seri QE lagi. Rupiah jatuh tak bisa dibendung. Apalagi adanya Pandemi C19 di China semakin membuat situasi pasar memburuk. Bursapun berjatuhan, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di bursa utama seperti NY, London dan Shanghai, Hong Kong, Jepang , Singapore.

Bagaimana agar di tengah defisit , pertumbuhan ekonomi tetap terjaga?. Artinya tidak ada pemangkasan anggaran. Itu juga tidak mudah. Karena Jokowi terganjal dengan Undang-Undang (UU) 17/2003 yang melarang APBN defisit diatas 3%. Kalau itu terjadi maka DPR berhak melakukan shutdown pemerintahan. Badai krisis politk tak bisa dihindari. Sementara oposisi terus mendesak Jokowi mengumumkan ada wabah virus. Akhirnya itu diakui juga oleh Jokowi. Sentimen pasar semakin buruk terhadap rupiah. Oposisi memanksa Jokowi melakukan lockdown. Apa tujuannya agar pemerintah memangkas APBN dan ekonomi terjun bebas. Saat itulah oposisi bergerak menjatuhkan Jokowi seperi yang terjadi Italia.

Tetapi selama sebulan Maret, Jokowi menahan situasi dengan sangat berat. Situasi semakin memanas. Oposisi percaya , Jokowi tersudut. Tidak akan ada jalan keluar lagi. Akhir maret 2020, Jokowi mengeluarkan PP dan Kepres tentang PSBB. Setelah itu Jokowi keluarkan PERPPU atas Undang-Undang (UU) 17/2003) sehingga Jokowi bisa tabrak rasio Defisit diatas 3%. Darimana duitnya?  Jokowi keluarkan PERPPU untuk  Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang BI. Sehingga Jokowi bisa keluarkan Obligasi atau surat utang dimana pembelinya adalah BI sendiri. Dengan skema ini, pemerintah tidak perlu pusing negosiasi dengan investor. Pemerintah tinggal terbitkan surat utang dan BI beri uang. Simple. Sehingga, APBN walau melebar defisit namun tidak ada pengurangan APBN, sehingga pertumbuhan ekonomi terjaga.

Inilah yang tidak pernah terbayangkan dan masuk kalkulasi para pengamat politik maupun ekonomi. Andaikan tidak ada kepanikan C-19 sehingga wacana lockdown tidak ada, tentu sangat sulit bagi Jokowi secara politik untuk keluarkan PERPPU mengamankan APBN dari resiko defisit semakin melebar. Tentu sangat sulit bagi Jokowi keluarkan PERPPU untuk mendapatkan sumber pembiayaan atas penerbitan Pandemi Bond. Namun dari kepanikan C19, Jokowi bisa menyelamatkan ekonomi dari jurang resesi dan krisis politik sekaligus.

Majalah economist intelligence membuat analisa berdasarkan data komprehensif. Ternyata diantara negara G20, negara yang tidak termasuk krisis hanya tiga, yaitu China, Indonesia dan India. Selebihnya nyungsep. Anda mungin berkerut kening. Mengapa Indonesia tidak termasuk resesi. Bukankah mata uang Indonesia terburuk di Asia. Bukankah Indonesia mengalami defisit neraca berjalan. Defisit primer.  Penerimaan pajak turun. Mengapa ? saya akan jawab secara sederhana.

Pertama, kurs rupiah melemah, membantu mengurangi defisit APBN. Apa pasal?. Karena volume impor BBM sudah berkurang sejak tiga tahun lalu,  sejak ada kebijakan Biodisel. Apalagi tertolong dengan jatuhnya harga minyak dunia. Porsi SBN atau surat utang negara terhadap mata uang asing sudah dibawah 50% atau tepatnya 42%.  Jadi tekanan penurunan rupiah tidak ada dampak significant. Apalagi sebagian besar SUN Valas itu bersifat unsecure yang bisa di recycle secara ARO.

Kedua, akibat fostur APBN seperti itu, maka pemerintah punya ruang untuk melakukan stimulus Ekonomi sektor real yang sangat penting menyelamatkan ekonomi dari akibat adanya goncangan. Sementara negara G20 lainnya, ruang stimulus sudah sangat sulit. Kecuali hanya untuk sektor moneter, yang tentu tidak berdampak luas terhadap sektor real. Indonesia segera meluncurkan paket stimulus sebesar Rp, 405,1 triliun. Andaikan tidak ada corona, mungkin Jokowi tidak akan punya kekuatan politik keluarkan stimulus sebesar itu, apalagi sampai harus mengeluarkan PERPPU agar tidak melanggar UU pagu defisit maximum 3%.

Ketiga, inflasi yang rendah dan suku bunga terus dipangkas oleh BI, semakin memberikan sentimen positip terhadap dampak dari adanya Stimulus. Dengan adanya PERPPU, perubahan pagu defisit, dan tingkat inflasi yang masih di bawah 5%, itu memberikan peluang besar bagi pemerintah untuk terus meluncurkan stimulus sampai tiga tahun kedepan. Jadi walau pajak menurun, pendapatan menurun, ekonomi tetap stabil, dan chaos ekonomi seperti italia, spanyol , venezuela dan lainnya  tidak akan terjadi.

Semua kendala dan goncangan ekonomi, justru memberi peluang  politik bagi jokowi merestruktur ekonomi agar lebih besar porsinya bagi UKM, dan pemberdayaan kepada ekonomi lemah agar pasar domestik berkembang, yang tentu menjadi daya tarik bagi investasi. Itu bukan karena Jokowi hebat tetapi karena Tuhan sayang dia dan rakyat Indonesia. Percayalah…itu blessing in disguise.

Saran Oposisi
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri menuturkan tidak ada pilihan lain bagi Indonesia untuk mengendalikan pandemi Covid-19 selain dengan melakukan lockdown. Fadli Zon mengkritisi rantai komando penanggulangan Pandemi sangat lemah, makanya perlu lockdown. Ekonom senior Rizal Ramli mengusulkan Presiden Jokowi untuk mengalihkan anggaran proyek infrastruktur yang nilainya mencapai Rp430 triliun masuk ke dalam pembiayaan penanganan pandemik Covid-19 atau corona. Langkah itu mendesak karena wabah Covid-19 yang kian meluas di Tanah Air, dan itu dengan target Lockdown. Semua oposisi menyuarakan sama: Lockdown.

Kalau mengacu kepada UU Karantina, kebijakan Lockdown itu akan menempatkan negara jadi full undertaker. Di samping harus menanggung semua biaya hidup orang tanpa melihat status sosial, juga memastikan terselenggarannya pengobatan dan kesehatan. Kalau saran Rizal Ramli diikuti untuk ongkos lockdown, uang habis hanya untuk ngongkosi orang makan tanpa kerja. Corona hlang, kita kehilangan trigger untuk recovery Ekonomi, bahkan bisa langsung terjun bebas. Bencana kelaparan menanti seperti Venezuela. Itulah yang mungkin diinginkan oposisi. Ekonomi nyungsep, Jokowi juga nyungsep.

Jokowi tidak paranoid dengan usulan Lockdown itu. Dia terima sebagai masukan dari anak bangsa. Tapi apakah mereka sadar bahwa kalau Lockdown dilakukan maka itu artinya presiden tidak hanya melaksanakan UU karantina tetapi juga menjamin tertip hukum atas UU Karantina itu, dengan menggunakan UU darurat sipil. Itu artinya sama saja mengembalikan sistem otoriterian kepada Jokowi. Gimana dengan Sistem Otonomi Daerah? apakah sistem Otda dan UU Bencana Alam gagal melaksanakan misi menghadapi pandemi. Ini yang tidak disadari oleh oposisi.

Lantas dengan memperhatikan masukan dari semua pihak, maka Jokowi membuat keputusan, PSBB. Sudah sama dengan Lockdown karena pelanggaran social distancing jadi ranah pidana. Bukan lagi sekedar himbauan. Saran indef dan lainnya diterima. Saran Rizal Ramli sebesar Rp430 untuk menghadapi C-19 disetujui. Uangnya tidak berasal dari mengalihkan dana infrastruktur tetapi dengan menaikan APBN lewat Perppu. Defisit melebar sebesar 5%. Engga ada masalah. Karena uangnya tidak habis dimakan. Tetapi sebagian besar untuk produksi terutama sebagai jaring pengaman sosial bagi masyarakat lapisan bawah. Sebagai stimulus ekonomi bagi UKM dan dunia usaha yang terkena dampak dari adanya Pandemi C-19. Realokasi APBD tetap dilakukan untuk focus penanggulangan wabah. Saran Zon diterima, dengan menerapkan UU darurat sipil agar rantai komando jelas dan keras terutama kepada pemda yang ngeyel.

Terimakasih Oposisi. Berkat anda, Jokowi semakin kuat dan punya pengaruh politik besar untuk keluarkan stimulus Rp 405,1 triliun dan sekaligus membungkam PEMDA yang ingin berpolitik lewat Pandemi C-19. Anda baik sekali, dan itulah gunanya oposisi.

Thursday, March 26, 2020

Berebut hegemoni di tengah krisis.

Kemarin saya chat dengan banker di Eropa. Apa yang dia kawatirkan bahwa keadaan ekonomi dunia sekarang jauh lebih buruk dari krisis tahun 2008, bahkan lebih buruk dari krisis tahun 1929.  Apa itu.? Kalau tahun 2008 krisis terjadi di jantung kapitalis dunia wallstreet. Itu hanya masalah financial dan dapat diselesaikan lewat sistem mata uang. Namun saat sekarang akibat Covid-19, krisis terjadi di jantung kapitalis pabrik dunia, China, yang berdampak sistemik terhadap supply chain dunia. Terjadi penurun kapasitas produksi barang dan jasa secara besar besaran. Ketidak pastian dari sisi demand and supply yang terus memburuk. Semua bidang bisnis slowdown. 

Dampak yang mengerikan adalah akan terjadi gagal bayar utang korporat, yang tentu akan berujung semakin besarnya NPL perbankan. Dan memaksa bank harus menambah modal atau jatuh tersungkur oleh sistem perbankan itu sendiri. Sementara  untuk tambah modal sangat sulit. Karena pendapatan bank sebelumnya tidak begitu bagus akibat kredit longgar dan bunga rendah. Kalau tidak ada solusi maka akan terjadi PHK besar besar di seluruh dunia. Puluhan juta orang akan kehilangan pekerjaan. Jumlah orang miskin akan bertambah. Rasio GINI aka semakin melebar.

Pada saat sekarang sebagian mata uang dunia selain  USD dalam keadaan terpuruk. Bursa juga terpuruk dalam. Pertanyaannya mengapa ? Ini sederhana sekali. Kejadian ini sudah berlangsung sejak tahun 2018. Namun semua negara berusaha menutupinya dengan kebijakan pumping moneter.  Sejak adanya pandemi Virus Corona, tingkat kepercayaan yang dibangun oleh pemerintah tidak mampu menahan kepanikan publik akibat adanya pandemi virus corona.  Para fund manager hanya sibuk melayani permintaan dari clients untuk melakukan aksi jual di  pasar surat utang maupun bursa saham. Semua investor butuh uang tunai, engga butuh asset. Dampaknya sistemik sekali. Harga saham berjatuhan dan kurs berjatuhan. Tingkat yield surat utang semakin tinggi. Lantas kemana investor memidahkan uangnya? Ke T-Bill atau surat utang AS. Mengapa? padahal the Fed menurunkan suku bunga? Jawabannya sederhana. 

Pertama, orang butuh rasa aman. Dengan penguasaan ekonomi 20% terhadap PDB dunia, AS memang masih merupakan tempat teraman menyimpan uang. Sementara negara lain masih menghadapi kendala serius akibat memiliki populasi besar, infrastruktur publik yang relatif lemah, dan keuangan yang rapuh akibat hutang yang tinggi serta semakin melebarnya defisit anggaran dan neraca perdagangan. Semua itu semakin terparah dengan ketidak siapan negara menghadapi pandemi virus corona, dengan implikasi yang luas secara sosial, politik dan ekonomi.

Kedua, kemungkinan besar The fed juga akan mengeluarkan kebijakan Lines SWAP kepada beberapa bank Central mitra utamanya seperti Bank of Japan, Bank of England, Bank of Canada, Bank of Canada, ECB , dan Bank Nasional Swiss. Dengan adanya Lines SWAP ini memungkinkan bank central bisa menyuplai kebutuhan dollar perbankan. Sehingga dapat dipastikan likuiditas kredit dollar kembali mengalir. Dunia usaha akan bangkit kembali. Rencananya kebijakan ini akan diperluas kepada negara mitra lainnya seperti Korea, dan Turki, namun tergantung kesekapatan dengan washington. Kalau indonesia bisa masuk dalam forum washington, mungkin akan aman dari kejatuhan kurs.

Ketiga, the Fed juga kemungkinan akan memberikan fasilitas Repo kepada bank central negara mitra. Ini solusi mengantisipasi semakin seretnya likuiditas. Caranya sederhana saja. Investment banker memberikan pinjaman  kepada perusahaan dalam bentuk T-Bill, yang akan dikembalikan pada kurun waktu tertentu dengan harga yang disepakati lewat perjanjian REPO. Dan T-bill itu oleh perusahaan dijual ke pasar uang untuk mendapatkan uang tunai. Itu sangat efektif dan efisien daripada menerbitkan reksadana atau obligasi yang belum tentu diminati oleh investor.  Kalau T-bill jelas diminati. Andaikan investor terbatas daya serapnya, the fed akan membeli sendiri T-Bill itu.

Bagaimana the Fed mendapatkan uang tunai untuk  operasi REPO itu? gampang saja. Pemerintah AS menerbitkan T-Bill dan pembelinya adalah the Fed. Oleh pemerintah AS uang hasil penerbitan T-Bill tersebut ditempatkan di rekening mereka yang ada di the Fed untuk digunakan membiayai REPO. Skema ini dikenal dengan istilah quantitative easing. Artinya AS mencetak uang bukan karena kelebihan cadangan tetapi karena sistem mata uang.

Dengan tiga hal itu maka AS akan jadi leading di dunia dalam mengatasi krisis ekonomi global. Kalau tadinya, banyak negara kabur dengan kebijakan AS dalam hal recovery ekonomi namun sekarang engga ada pilihan daripada gagal bayar utang dan ekonomi stuck. Masalahnya suka tidak suka , dunia terjebak dengan penyelesaian tidak berdasarkan sistem real tetapi dari sky.  Dampaknya GAP kaya miskin di negara berkembang dan negara maju akan terus melebar. Masalah ketimpangan negara kaya dan miskin semakin melebar. Bagaimana dengan negara miskin? IMF dan World bank diwajibkan mengurus keterpurukan negara miskin tentu dengan skema penyesuaian yang prokolnya ditetapkan oleh IMF.

Namun upaya AS itu sekarang dibayang bayangi oleh China yang juga berusaha menggandeng negara negara lain untuk bergabung dengan skema Lines SWAP dalam mata uang Yuan.  Sejak tahun 2008, PBC ( People bank of China)  telah membentuk jaringan swap sendiri memasok renminbi, bukan dolar. Sejak 2008, kegiatan China di luar negeri telah berkembang secara dramatis dan, seperti bisnis pasar berkembang lainnya, mereka banyak memberikan meminjam dalam mata uang Amerika. Bank central China juga punya cadangan dolar yang sangat besar tetapi dalam bentuk surat utang AS. Sementara AS tidak punya cukup cadangan mata uang Yuan. Disamping itu mata uang Yuan juga bisa di SWAP dengan emas di Bursa shanghai. Yuan jelas punya daya tarik tersendiri, bukan hanya karena kekuatan ekonomi China tetapi skema yang fleksibel dan transparan.

Yang jadi masalah tersendiri bagi AS dalam bersaing di pasar SWAP adalah AS tidak punya stok cukup mata uang Yuan, sementara Cina punya dollar besar. Sehingga dalam hal menarik negara mitra , China lebih unggul di pasar SWAP. Belum lagi mitra dagang China sangat luas karena China hampir punya semua industri untuk menghasilkan kebutuhan negara mitranya di seluruh dunia. Sementara industri AS tidak cukup mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri apalagi dunia.

Harapan semua pihak adalah bagaimana AS dan China dapat melihat persoalan dunia ini dengan kacamata kemanusiaan dan tidak mempolitisir krisis ekonomi dan virus corona untuk tujuan hegemoni.  Mungkinkah?

***
Akibat rupiah melemah melewati batas psikologi, banyak pengamat dan oposisi mengatakan sebaiknya Jokowi mundur. Menurut saya ungkapan pengamat ini tidak berdasar. Itu menandakan mereka tidak memahami dampak dari COVID 19 terhadap perekonomian dunia yang sedang berada di tengah tengah krisis. Sejak tahun 2008 krisis ekonomi belum begitu pulih. Setiap negara bergelut dengan masalah bagaimana bisa bertahan dan tumbuh ditengah ketidakpastian demand and supply.

Tahun 2018 perang dagang melanda. Upaya recovery semakit sulit menemukan jalan keluar. Dipenghujung tahun 2019, Virus corona melanda China dan masuk tahun 2020 februari akhir pendemi melanda dunia. Banyak negara tidak lagi focus kepada masalah ekonomi, tetapi beralih kepada bagaimana cara memenangkan perang terhadap virus corona. Kalau sekarang orang berdiam di rumah dengan alasan social distancing dan tidak belanja, produksi menurun. Itu bukan berarti aman. Akan ada ancaman serius setelah pandemi ini. Apa itu? resesi ekonomi terburuk dalam sejarah kapitalis. Karena ini bukan lagi krisis moneter tetapi krisis struktural.

Jadi kalau masih ada orang ribut mengkritik kinerja rupiah dan pada waktu bersamaan mengkritik penanganan wabah virus corona, itu menandakan mereka memang tidak paham situasi dunia sebenarnya. Yakinlah, saat sekarang modal utama negara di manapun di dunia adalah legitimasi kekuasaaan dan trust kepada pemerintah agar bisa melewati krisis. Italia yang sebelumnya mengalami krisis politik bisa berhenti dan berdamai. Krisis politik antara Irael dan Palestina, bisa berdamai. Krisis kekuasaan dan suksesi di Arab bisa berdamai. Turki dan Suriah bisa berdamai. Mengapa? negara di dunia butuh stabilitas politik untuk keluar dari resesi yang ada di depan mata.

Bijaklah. Hentikan dulu sahwat kekuasaan. Pemilu masih lama, dan persiapkan diri dengan baik, bukan melalui ocehan keberpihakan tetapi lewat bantuan sosial kepedulian kepada mereka yang menjadi korban terdampak dari adanya pandemi virus corona. Kalau tidak bisa bantu sebaiknya, DIAM! Ingat, hanya negara yang paling solid stabilitas politiknya yang bisa keluar dari resesi. Sementara negara yang tidak stabli politik nya, resesi ekonomi akan melahirkan pemimpin populis dan melempar orang ke tempat sampah mengais makanan sisa dan menjual anak wanita untuk sebungkus mie instant.

Tuesday, March 24, 2020

Covid-19 sebuah misteri di AS.



Ketika Wuhan mulai di serang wabah Covid-19 pada bulan Desember 2019, pemerintah AS mengambil tindakan yang tidak memadai untuk menghentikan penyebaran virus. Hanya sebatas melarang orang asing dari Tiongkok masuk, tetapi secara tidak konsisten membiarkan orang Amerika dari luar negeri masuk tanpa perlu dikarantina. Ketika anggota Parlemen dari Demokrat menanyakan upaya Trump mengantisipasi penyebaran Covid 19, Trump menjawab sambil tertawa “ itu tipuan baru ( china)”. Akibat sikap Trumps itu terjadi polarisasi di masyarakat dalam memahami informasi dan pencegahan seputar Covid 19. Sebagian masyarakat Amerika anggap enteng Covid 19. 

Seharusnya sebagai negara Super Power, penyebaran COVID-19 tidak perlu seluas sekarang. Nah kalau sampai terjadi meluas maka itu adalah bencana. Bukan hanya bencana atas adanya COVID-19 tetapi juga bencana karena sistem kekuasaan yang korup. Mengapa ? bencana wabah ini terjadi akibat kelambatan pemerintah AS mengantisipasi penyebaran virus. Sementara respons awal sangat tidak efektik dan tidak terkoordinir dengan baik antar institusi. Ketika dapat berita dari Negara Bagian Washington mengkonfirmasi bahwa seorang pria yang berada di Life Care Center di luar Seattle telah meninggal, itu tanggal 29 Februari merupakan kematian pertama Amerika secara resmi dikaitkan dengan Covid-19. CDC tidak melakukan tindakan cepat dan sistematis. Test secara luas dilakukan dengan terlambat sekali dan tidak terkoordinasi dengan FDA. CDC hanya menyetujui Test bagi mereka yang pernah melakukan perjalanan keluar negeri setelah desember 2019. Padahal penyebaran virus sudah terjadi. Akibatnya tidak bisa dihindari, penyebaran terjadi meluas. 

Makanya Anda tidak perlu terkejut bila sampai sekarang Amerika tidak punya data yang valid seperti China, yang tahu pasti kapan Covid19 itu datang dan berapa banyak penyebarannya. Kalau berdasarkan CDC AS, terjadinya pada bulan Februari dimana ada 15 orang dinyatakan positif. Benarkah?. Ahli virologi Trevor Bedford telah menemukan bukti bahwa coronavirus mulai menyebar di Amerika Serikat pada bulan Januari. Ia telah menginfeksi sekitar 87.000 orang Amerika. Nah mana yang benar.  Dalam beberapa pekan terakhir seiring dengan peningkatan kapasitas test, otoritas menemukan fakta bahwa lebih dari 17.000 orang dinyatakan positif. Itu data formal. Tetapi senyatanya bisa lebih banyak dari itu. Mengapa ?

Proses menghadapi perang Wabah Covid19, benar benar kacau. Tidak ada tracing data target yang kemungkinan terpapar, dan tidak tahu tingkat keparahan dari Wabah tersebut. Semua hanya ada kepanikan tanpa tindakan terukur. Karena itu  para  gubernur negara bagian tidak bisa membuat rencana detail menghadapi wabah corona itu, untuk disampaikan kepada pejabat federal. Apa yang terjadi? kepanikan karena alat kesehatan seperti ventilator  yang sangat penting bagi pasien covid19 tidak cukup tersedia di RS. Tempat tidur kurang. Bahkan masker pun jadi langka di pasar.  Setiap hari terlambat melakukan test, setiap hari orang terinfeksi meningkat dua kali lipat. Seandainya Amerika bisa meniru China, mungkin berapa banyak orang bisa diselamatkan. 

Apa yang terjadi pada China berbeda dengan di AS. Apa itu?. AS tidak tahu darimana asal muasalnya Virus itu. Dan bagaimana turunan dari virus corina itu. Berbeda dengan China yang hanya seminggu sudah mengetahui turunan gen dari Virus itu. Ini hal yang sangat aneh bagi AS yang dikenal punya banyak ahli dan Lab virologi dan penyakit menular. Sehingga para pejabat tidak tahu seberapa parah wabah ini dan seberapa besar penyebarannya. Dan bagaimana sebetulnya cara penyebarannya? Kalau hal itu tidak diketahui, maka tidak ada harapan bagaimana cara mengatasinya. Demikian kesimpulan dari Nahid Bhadelia, direktur medis Unit Patogen Khusus di Fakultas Kedokteran Universitas Boston,

Padahal kalau merujuk pada postingan Trevor Bedford di Blog 484,   ilmuwan di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson, di Seattle, pada akhir  Januari, seharusnya membuat orang Amerika terkejut dan terguncang. Apa pasal? Bedford adalah salah satu pakar AS bidang evolusi dan infeksi virus.  Menurutnya, genom virus seperti lingkaran pohon.  Itu memberikan petunjuk dari mana virus berasal dan berapa kali itu ditularkan dari orang ke orang.  Bedford menulis itu setelah ia mempelajari urutan genetik dari coronavirus baru yang telah diposting oleh para peneliti Cina. Pada 11 Januari, enam sudah dalam catatan, yang memungkinkan dia untuk merekonstruksi hubungan antara strain individu. Meskipun WHO  bersikeras bahwa coronavirus baru ini memiliki "penularan terbatas dari manusia ke manusia," genom tersebut mengatakan kepada Bedford sebaliknya. Apa pun virus ini, ia curiga virus itu dapat menyebar dengan mudah di antara orang asing, seperti flu biasa.

Enam hari kemudian, ketika sepasang pelancong di Thailand datang dengan penyakit yang sama, dan para peneliti menerbitkan genom virus yang telah menginfeksi mereka, kekawatiran terburuk Bedford terkonfirmasi. Epidemi sudah dimulai. Virus corona baru telah menjadi wabah secara global. "As this became clear to me, I spent the week of Jan 20 alerting every public health official I know," tulis Bedford bulan itu. Pada tanggal 23 Januari, pemerintah Cina, yang telah menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk berusaha menutupi virus, beraksi. Pemerintah China me lockdown kota Wuhan dan pada pertengahan Februari telah membatasi pergerakan 700 juta orang. Pada 24 Januari, CDC mengumumkan telah mengembangkan tes untuk penyakit ini. FDA tidak meresponse.

Pada akhir Januari, ketika Bedford mulai memperingatkan para pejabat kesehatan masyarakat, malah menurut Trumps, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. “semua aman dan terkendali," kata Presiden Donald Trump di Davos. “Ini satu orang yang datang dari Tiongkok, dan kami bisa mengendalikannya. Ini akan baik-baik saja. " Padahal sebelumnya pada tanggal 15 januari, seseorang yang terinfeksi coronavirus tiba di daerah Seattle, penelitian Bedford nantinya terbukti. Virus mulai menyebar secara diam-diam di wilayah tersebut. Dan itu tidak akan terdeteksi selama enam minggu. Virus ini bersembunyi secara efektif dan berlipat ganda dengan cepat, tetapi membunuh dengan lambat dan menyakitkan. Dan membunuh dengan sangat efektif ketika perawatan medis tidak tersedia. Hal ini membuat coronavirus menjadi bencana serius bagi sistem  rumah sakit Amerika, yang setelah beberapa dekade pengembangannya hanya memiliki sedikit kapasitas tempat tidur dan peralatan.

Ketergantungan pemerintah federal pada data CDC tentang tingkat keparahan wabah menjadi penghambat untuk mengatasinya. Bahkan setelah peringatan Bedford, pemerintah tidak mempublikasikan studi tentang mutasi virus. Kekosongan memaksa para gebenur dan walikota untuk bertindak atas dasar risiko, bukan informasi yang solid. Bagaimana mungkin seorang walikota menutup kotanya jika hanya ada 10 kasus yang pasti? ada yang seenaknya memberikan izin keramaian seperti pertandingan Seattle Sounders pada 7 Maret.  AS kehilangan banyak waktu untuk bergerak cepat. Dan mereka sekarang harus mengurangi jam kerja karena social distancing,  rumah sakit yang kewalahan, orang tua mati, dan ekonomi hancur.

Tanpa kepemimpinan federal yang kuat, setiap negara bagian akan mencari solusi sendiri dan menjalankan dengan caranya sendiri, seolah-olah penduduknya baik baik saja. Terlepas dari meningkatnya jumlah kasus dan rawat inap, Presiden Trump mencoba menggunakan taktik retoris populis untuk melawan virus, dan dengan demikian, mendorong orang Amerika untuk mengabaikan peringatan yang sah dan mengerikan. Sekarang, meskipun Trump telah mulai memobilisasi respons terhadap pandemi, semua sudah terlambat. Memang mengerikan bagi AS… 

Seminggu yang lalu, dalam jumpa pers di Gedung Putih, seorang reporter NBC bertanya kepada Trump prihal penyebaran COVID-19 di AS.

 “ Apakah anda bertanggung jawab atas keterlambatan mengantisipasi ini”  

“Tidak. Saya tidak bertanggung jawab sama sekali. “ Jawaban Trump tenang tanpa bersalah apapun. 

Bahkan Trumps menuduh virus itu sengaja disebarkan oleh China dan menuduh Rusia sengaja menciptakan kepanikan di AS. Sebuah studi yang diterbitkan minggu ini oleh Imperial College London memperkirakan bahwa kecuali tindakan agresif diambil, virus corona dapat membunuh 2,2 juta orang Amerika dalam beberapa bulan mendatang. Padahal banyak peneliti virus, seperti halnya, Helen Y. Chu, seorang spesialis penyakit menular di Universitas Washington. Ia berusaha mempelajari sifat virus tersebut di lab. Agar bisa membantu pemerintah mengatasi wabah COVID-19. Namun selalu terkendala oleh CDC. Kalaupun ada peneliti yang sudah dapat izin dari CDC, pada akhirnya mereka akan dilumpuhkan oleh FDA. Jadi memang entah sengaja atau tidak, ada upaya untuk menjadikan virus corona itu sebuah misteri, yang hanya diketahui oleh segelintir otoritas di FDA dan CDC. Mengapa ? tanyalah pada rumput yang bergoyang...***

Covid 19, Rusia.
Sejauh ini di Rusia baru ada 307 kasus infeksi coronavirus yang dilaporkan dan hanya satu kematian per 22 Maret 2020. Apa yang dilakukan Rusia untuk menghadang virus yang datang dari China ini? Seperti dilaporkan oleh Russia Beyond, Rusia telah membatasi lalu lintas udara dengan Eropa dan Asia secara drastis. Sementara, warga Rusia yang kembali ke Tanah Air setelah berlibur langsung diisolasi di rumah selama 14 hari. Pada Kamis (12/3), Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan, “ancaman penyebaran corona di Rusia bisa diminimalisasi,” karena pemerintah mengambil langkah-langkah pencegahan tepat pada waktunya.

Tapi banyak pihak meragukan jumlah korban yang dilaporkan oleh Pemerintah Putin. Sama keraguan mereka kepada Indonesia. Namun kalau kita tahu latar belakang Putin, yang mantan agent KGB—agent rahasia yang paling canggih melawan CIA—, maka sangat mudah memahami jalan pikiran Putin untuk menghadapi Virus Corona ini. Apa itu?. Membatasi informasi dan menyelesaikan secara inteligent. Kehebatan Rusia sampai sekarang ada pada institusi inteligent yang sangat kuat. Rusia tentu punya data lengkap mengapa Virus ini jadi wabah dan darimana asalnya dan siapa yang jadi target. Itu sebabnya ketika Wabah virus corona melanda Wuhan, hanya berselang beberapa hari, Rusia langsung menutup perbatasan dengan China. Bukan itu saja, juga menutup perbatasan dengan Iran.

Kemudian, aparat inteligent langsung tracing data imigrasi. Secara diam diam mereka yang kena tracing, diambil dan diperiksa. Kecanggihan test virus Rusia paling oke. Dengan cepat Rusia bisa mengisolasi faktor penyebar dari luar. Untuk memastikan jangkauan penyebaran sedikit mungkin “ Tinggal di rumah selama 14 hari atau penjara 5 tahun.” itu kata Putin. Semua rakyat Rusia tahu kalau Putin ngomong itu serius. Engga becanda. Engga ada satupun rakyat Rusia berani ngeyel. Pihak inteligent Rusia juga bergerak cepat kepada seluruh saluran media, dan membungkam mereka yang berpotensi menimbulkan kepanikan. Virus corona adalah satu hal yang harus diperangi, tetapi virus kepanikan jauh lebih buruk dampaknya bagi eksistensi bangsa dan negara.

Rusia bukan negara pecundang. Dari awal mereka sudah menempatkan posisi berhadapan head to head dengan AS. Kini Trumps stress. Karena rakyat AS panik. Putin tersenyum. Putin pernah berkata” Apapun yang ada dalam kepala Amerika dan apa saja yang dilakukan Amerika, Rusia pasti tahu. Tidak ada yang bisa Amerika sembunyikan. Serangan dalam bentuk apapun kepada Rusia, pasti akan dibalas dengan cara lebih keras"

Mengapa petani China dan Thailand kaya raya.

  Anda mungkin tahu semua apa itu sauce tomat. Tentulah. Itu menu tambahan wajib yang tersedia di meja saat anda makan sup atau nasi goreng....