Iran memiliki ribuan rudal balistik dan jelajah dengan jangkauan yang bervariasi. Menurut laporan Missile Threat pada tahun 2023 bahwa Iran memiliki lebih dari 3.000 rudal. Tidak ada yang istimewa dari Rudal rudal itu. Pertahanan udara Israel seperti Iron dome, David's Sling, Sistem Arrow 2 dan Arrow 3 yang sangat canggih akan mampu menangkalnya. Apalagi AS melalui kapal Induknya juga memberikan perlindungan penuh. Intelligent Israel punya data tentang kemampuan rudal balistik Iran.
Namun serangan kemarin. Membuat shock bukan hanya Israel dan AS tetapi dunia juga terkejut. Kecanggihan Rudal Fattah Iran tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Rudal tersebut memiliki jangkauan 1.400 km dan mengenai sasaran dengan akurasi tinggi sampai pada target seukuran ban mobil. Hulu ledaknya berbentuk kerucut. Ini Rudal hipersonik dengan kecepatan Mach 13 dan memiliki kemampuan untuk mengendalikan hulu ledak hingga akhir lintasan.
Rudal ini memang dirancang untuk specialis menghancurkan system pertahanan udara anti balistik. Makanya target iran bukan kota Tel Aviv. Tetapi pangkalan udara dan system pertahanan Israel. Citra satelit menunjukan kerusakan serius Pangkalan Udara Nevatim, yang merupakan markas Pesawat tempur Siluman F-35 Lightning II buatan AS.
Tujuan Iran pada serangan ini bukan untuk menaklukan atau menghancurkan Israel. Tetapi meminta Israel menghentikan serangan ke Gaza dan Libanon. Utamakan menempuh jalan perdamaian. Namun dampak dari serangan itu juga adalah ancaman kepada Israel. Kalau melakukan balasan. Maka eskalasi perang akan meningkat cepat. Iran akan meluncurkan rudal lebih banyak. Yang jadi masalah data intelligent Israel belum mengetahui pasti keunggulan lainnya yang Iran punya.
Yang jadi pertanyaan adalah darimana kemampuan iran dalam hal tekhnologi rudal hipersonik itu?. Bagaimaan intelligent Iran begitu rapinya menjaga rahasia keunggulan mereka itu?. Sehingga Intel Israel yang terkenal canggih jadi bego. Padahal sebelumnya Israel anggap iran lemah dan rentan dari segi intelligent. Terbukti presiden Iran tewas dalam kecelakan Helikopter. Kemudian Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas, tewas di kediamannya di Iran akibat serbuan pasukan khusus Israel. Sepertinya situasi dan kondisi memang sengaja dibuat lemah agar Israel lengah.
Serangan Iran ke israel bukan tanpa alasan. Tentu pemicunya adalah sikap Israel yang ingin menghabisis Hamas di Gaza. Perang Israel di Gaza itu telah menewaskan 40.000 warga Palestina. Ini engga sedikit Makanya tidak aneh bila Israel dituduh oleh pengadilan international melakukan genocida di Gaza. Tetapi Israel tidak peduli. Mengapa ?
Dalam perjanjian Oslo 1 dan 2 (93-95), dan dibentuknya Otoritas Nasional Palestina di Tepi Barat. Masalah penyelesaian menyeluruh soal Palestina sudah berproses menuju Palestina Merdeka. Namun di internal Palestina terjadi perbedaan diantara faksi Hamas dan Fatah. Fatah lebih memilih jalan perdamaian. Hamas memilih jalan perlawanan. Hamas meng- claim jalur Gaza sebagai bagian dari PA ( Palestina Auhority). Mereka engga mau pindah ke Tepi Barat. Secara politik, keberadaan Hamas di Gaza itu memang ancaman serius bagi eksistensi Israel.
Secara de facto Hamas mengontrol wilayah Gaza. Dan ini tidak pernah bisa diajak berunding. Karena agendanya adalah perlawanan terhadap eksistensi Israel. Apalagi Hamas mendapat dukungan dari Hizbullah yang ada di Libanon. Semua tahulah, di balik Hizbullah itu ada iran. Maklum Hizbullah ini beraliran syiah. Beda dengan Fatah yang sunni. Mungkin Israel kehilangan kesabaran menghadapi Hamas yang tidak mau hengkang ke Tepi Barat.
Sementara iran sampai masuk ke medan konflik regional itu juga berproses. Sehari sebelum serangan Rudal Iran ke Pangkalan militer Israel. Pada hasi Selasa (1/10/2024) pasukan Israel resmi melakukan serangan darat ke Lebanon. Tentu targetnya adalah Hizbullah. Sama seperti Israel menyerang Gaza, target nya Hamas, yang didukung Hizbullah. Pada serangan ke Beirut, pasukan Israel berhasil membunuh Hassan Nasrallah pemimpin Hizbullah.
So what is the global impact of this regional conflict?. Sepertinya serangan Rudal Iran itu ajang demontrasi keunggulan Rudal Iran. Diam diam, setelah serangan itu banyak negara tertarik terutama negara kaya Arab untuk membeli Rudal itu lewat broker di Dubai. Bagi iran itu cara cepat dan mudah mengatasi ekonominya yang sedang suffering. Bagi negara kaya Arab itu cara mudah menghadapi ancaman Israel dan tentu cara mudah untuk menjaga stabilitas keamanan wilayah.
Yang jadi masalah adalah apa jadinya kalau Iran jual rudal balistik itu ke Rusia ? kan jadi tambah rame perang. Apa jadinya kalau di hulu ledaknya di pasang nuklir berukuran mini. Kan dunia bisa fatal. Harapan jatuh kepada AS untuk mengantisipasi ekses global dari konflik ini. Itupun kalau Trump bisa menang dalam Pilpres AS. Dia dikenal dekat dengan Putin dan tentu dekat dengan Xijinping. Trump diyakini mampu mendamaikan Rusia-Ukrainan dan pada waktu bersamaan minta Xijinping jangan lagi bantu Iran soal tekhologi.
Yang paling takut perang nuklir ya AS, Rusia, china, Eropa. Maklum mereka negara kaya dan pencipta senjata pemusnah. Tentu mereka paling tahu daya rusaknya termasuk hancurnya peradaban. Mereka lah yang akan menjaga perdamaian di bumi ini. Selama ini persaingan senjata diantara mereka memang ditujukan untuk perdamaian. Ya kalau anda inginkan perdamaian , anda harus siap berperang. Dan tidak ada satupun yang siap.