Ada teman dagang di pasar tradisional. Sepulun tahun kemudian teman itu sudah punya bisnis garmen dan kemudian berkembang punya usaha importir bahan kimia. Sekarang usahanya berkembang kesektor pariwista dengan membangun hotel. Tapi ada teman yang juga dagang di pasar tradisional. Sampai usaha 50 tahun tetap aja usahanya dagang disana, sampai akhirnya pasar di revitalisasi dan dia tidak dapat lagi berdagang disana. Karena engga ada uang untuk tebus kios yang modern. Akhirnya dia jatuh miskin dan kembali dagang di kaki lima. Ada lagi teman seorang insinyur dan tidak pernah sampai S2. Tapi dia sukses menjadi direktur BUMN. Tapi ada juga yang S3 malah karirnya hancur sebagai dosen dan keluarganya berantakan. Sementara dia jadi pesakitan di pengadilan akibat kasus pidana. Usia yang S1 dan S3 itu sama. Tapi nasip mereka berbeda.
Contoh terdekat lainnya adalah Jokowi, Dia seorang pedagang mebel awalnya, kemudian berkembang sebagai pabrikan dan terus berkembang sebagai eksportir dengan membuka outlet furniture di Eropa , Timur Tengah dan Shanghai. Dia sukses mendatangkan laba, memberikan keuntungan kepada suplier, mensejahterakan karyawan, dan memberikan pajak kepada negara. Apakah dia berhenti sebatas itu? Tidak. Dengan kekayaan yang tidak sekelas konglomerat tapi dia sudah selesai dengan dirinya sendiri. Dia ingin mengkrotibusikan hidupnya untuk lebih banyak orang mendapatkan manfaat. Makanya jalan sebagai pemimpin lewat demokrasi ditempuhnya. Jadilah dia walikota. Bukan walikota yang doyan habiskan anggaran tanpa kreatifitas. Tapi walikota yang menciptakan pembaharuan di Solo. Dan kemudian di DKI yang berhasil meng eksekusi MRT yang tadinya mangkrak dalam studi lebih dari 10 tahun. Dan terakhir jadi presiden yang mampu mereformasi anggaran dari yang berorientasi konsumen menjadi produksi. Tapi ada walikota, atau gubernur atau presiden yang ketika dia menjabat tak lain hanya melaksanakan rutinitas jabatan. Membekukan procedure dan birokrasi sehingga mematikan kreatifitas dan inovasi jajaran dibawahya. Sementara semua kegiatannya hanya berorientasi belanja dan miskin produktifitas yang kreatif. Hasilnya, usai menjabat kalau selamat tidak ada kemajuan daerah yang dipimpinnya Kalau tidak selamat, ketangkep KPK karena OTT. Jokowi dengan mereka berbeda, karena mindset berbeda.
Sejenak mungkin anda menilai bahwa orang yang sukses berkembang itu karena rezekinya bagus. Dan satu lagi yang semakin terpuruk. Tidak. Semua punya rezeki sama. Semua dapat cinta dari Tuhan. Tapi mengapa berbeda? Karena soal mental atau mindset entrepreneur ( wirausaha). Mungkin sebagian kita menganggap bahwa Wirausaha itu indentik dengan pedagang atau wiraswasta atau penjual. Bukan itu. Wirausaha entrepreneur bukanlah profesi tapi ia adalah sikap mental seseorang terhadap profesi yang dipilihnya untuk melewati hidup yang tidak ramah ini.
Menurut Thomas W Zimmerer pengertian entrepreneur adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari. Peter F Drucker mendefinisikan pengertian entrepreneur adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda, bahasa kerennya ability to create the new and different. Menurut Kasmir pengertian entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Sedangkan menurut Zimmerer pengertian entrepreneur adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan. Jadi kalau kita simpulkan pendapat ahli tersebut diatas maka saya sependapat dengan Soeparman Spemahamidjaja, Wirausaha atau entrepreneur adalah suatu kemampuan (ability) dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, siasat kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.
Anda tidak akan mampu berpikir kreatif , inovatif kalau anda terjebak dengan status quo apalagi dalam keadaan berada di comport zone. Contoh dagang sudah enak dapat uang setiap hari, ngapain juga harus mikir yang lain. Ini aja nikmati dan syukuri. Kalau dipaksa macam macem malah nanti jatuh bangkrut. Itu bagi orang yang tidak kreatif. Atau kalau sudah enak jadi pejabat ngapain pula berpikir macam macam, jalani aja apa adanya sesuai aturan dan UU, yang penting nanti dapat gaji dan setelah pensiun masih tetap digaji. Hasilnya baik yang pedagang maupun yang pejabat tidak akan menghasilkan apa apa dan tidak akan menjadi agent perubahan di tengah masyarakat. Tapi kalau dia kreatif maka usaha dagangnya akan berkembang, yang pejabat kinerjanya akan optimal dan dia mampu menjadi agent perubahan bagi lingkungannya.
Jadi kata kuncinya untuk berkembang dan berubah menjadi lebih baik karena waktu adalah sikap mental atau mindset entrepreneur. Visinya jelas bahwa dia dihidupkan Tuhan di dunia ini bukan hanya untuk dirinya tapi juga agar berguna bagi orang lain : untuk negara, sahabat, masyarakat dan keluarga. Sebaik baiknya seseorang itu bukan karena hafal AL Quran, banyak sholat, banyak zikir atau terus menyebut nama Tuhan. Bukan. Tapi karena kehadirannya berguna bagi orang lain. Semakin banyak dia berguna bagi orang lain semakin mulia dia dihadapan Tuhan.
Pahamkan sayang..