Senja itu menyimpan makna tentang
kegundahan yang tak pernah terjawabkan. Keindahan cahaya tamaram lampu disenja
Laut Cordoba. Ingin rasanya berlari mengejar setiap noktah cahaya senja yang
terus merangkak keufuk peraduannya. Tapi hati ini begitu tak berdaya diatas
kehampaan makna hasrat yang tersembunyi. Bagai lenguhan nafas manusia yang
lelah berburu tanpa tujuan. Kemanakah langkah harus diarahkan.? Sementara rasa
rindu yang tak bertepi selalu hinggap didalam kalbu. Benarkah aku jatuh cinta padanya ? Apakah ini hanya photomorgana ditengah gurun sepi, yang membuatku berlari menggapainya karena dahaga akan cinta dari seorang pria. Ataukah kehadiranya hanya sebatas intermezo disela sela panantian jodohku.
“ Sedang apakah kamu kini ?”.Mungkin itu katanya bila ingat akan aku. Seperti biasa , dia akan selalu
tersenyum bila meririndukanku. Kemudian hayalannya terbang kedunia yang antah
berantah. Hayalan akan kesempurnaan dari seorang wanita sahabat sejiwanya.Hari berlalu ,minggu terlewati dan bulanpiun berganti, sosoknya menghias hidupku. Mengisi hari hariku dengan penuh warna keindahan. Tapi aku tak bisa mengakui itu semua. Aku biarkan rindu berlalu namun aku tak bisa menghentikan satu kata "... aku rindu ... “
"Mungkin kamu terlalu baik
bagi ku “ Katanya. Itu menyayat hatiku dibalik lirih suara ketakberdayaannya.
Ingin segera kudekap kesenduaanya tapi ada hijab yang membuatku harus percaya
bahwa dia tidak pantas untuk didekati, apalagi dimiliki.
Tak pernah kumengerti bagaimana
ada awal namun sulit sekali dakhiri. Berawal dari kuridor Hilton Hotel , Shanghai, Pudong , dari ayunan langkah seorang pria yang nampak percaya diri dan anggukan berhias senyuman, datang menghampiriku. Kali petama mengenalnya, dia mempesonaku. Seakan begitu mudah menjadi kenyataan.
“ Ni
Hau “ kalimat yang keluar dari bibirnya menyapaku. Kemudian dan
selanjutnya selalu menjadi indah. Kebesamaan denganya membuat aku mengenal dunia yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Dia membuat ku selalu tersanjung. Dia mendengar keluhanku dan berbuat untuk menjagaku. Dia mengerti segala sikapku. Dia sabar dibalik keperkasaannya untuk merengkuhku. Dia punya segala galanya untuk menaklukanku namun itu tidak pernah dilakukannya. Dia begitu sederhana bersikap dan selalu menjadikanku istimewa.
“ Aku pria beristri. Aku menyukaimu karena kesederhanaanmu. Tak banyak
ku berharap kecuali mendapatkan rasa aman dan nyaman dari hubungan kita “
Sekali lagi aku terjerambab tak berdaya. Dia bagai elang kehilangan sayap.
Ingin mencapai langit namun kakinya terantai. Sementara asanya selalu ada untuk
ku. Tapi mengapa aku tak bisa mengakiri ini semua. Mengapa aku membiarkan
kelelahannya dalam penantian. Kugapai bayangan dari setiap makna yang tersirat
namun aku tak pernah mampu menggapainya menjadi kenyataan.
Ketika pagi bersinar cerah. Aku
berlari kearahnya sambil merentangkan tanganku dan dia menyambut dengan hangat.
Selalu begitu. Membuat diriku begitu berartinya. Terasa mentari hanya untuk
menerangi keindahan dan kecantikanku. Dibalik lesung pipiku , wajahku merona
kemerahan “ Senang sekali , kamu datang untuk menemuiku. Duh rasa rindu
terobati jua. Berbulan dalam penatian , larutlah sudah. “ Kataku
lagi lagi dia kehilangan kekuatan
untuk menyusun kata. ‘ aku juga rindu kamu...” hanya kalimat lemah ini yang
mampu terangkai. Kubiarkan dia bercoleteh tentang bisnisnya dan obsesinya.
Kucoba menatap keceriaanya dalam senyuman. Ingin kugali dibalik keperkasaannya
untuk kutentukan langkahku.
“ Ada yang tak mungkin bertaut
diantara kita. “ akhirnya aku mengatakan jua.
“ Ada apa , ....”
“ Agama kita berbeda “
kuberanikan diri untuk sampai kedermaga kegalauanku. Ada mendung dibalik wajah pria
itu. Nampak wajah lelah dan kalah. Aku tahu itu sebagai tanda aku harus pergi
dari dia.Pergi untuk tidak akan kembali lagi…
“ Mengapa baru kini kamu
sampaikan. Mengapa awalnya kamu tidak pedulikan ini. Mengapa ini begitu penting
bagimu. Mengapa kamu biarkan hati ini tenggalam dalam laut dalam. “ Wajahnya
menyimpan luka. Menyentuh perasaan wanitaku. Ingin melupakan apa yang
sudah kukatakan. Ingin kuhibur dia dengan menerima sikapnya.
“ Tak mungkin bagiku menerima
pria yang berbeda paham agama. “ Aku tetap bersikap dan dia menderita karena itu.
" Mengapa tidak mungkin. Bukankah kita memiliki cinta untuk menerima perbedaan itu. Cinta kita akan mampu meredam setiap perbedaan diantara kita Bukankah kamu mencitaiku. Bukankah kamu telah berjanji setia untukku. Bukankah kamu inginkan aku menjadi belahan jiwamu, bukankah....” ah dia buat aku tersungkur dalam lubang hitam. Dia buat aku kehilangan ego sebagai wanita bila aku tak mampu menjemput katanya.
Kembali aku tersungkur. Cinta
begitu indah dalam maknanya. Sementara aku sendiri kehilangan makna kecuali iman
yang tak mungkin tergadaikan hanya karena seorang pria. Hanya karena cinta
manusia. Cinta yang berbatas rasa dan karsa. Cinta yang tanpa keabadian bila
tanpa rihdo Tuhan.
“ Bila ini yang kamu mau maka
kusadari bahwa kamu tak pernah mencitaiku...Mungkin sudah nasipku bila pada akhirnya semua wanita terdekatku selalu punya alasan untuk meninggalkanku ”
Diapun berlalu , menerima kalah dan pasrah.
Ingin kukejar dan memeluknya untuk dia mengerti sikapku.. Namun tak sanggup
kaki ini bergerak. Aku menangis ditempat sepi dan seakan selama ini kebersamaan
dalam keceriaan hanyalah menumpang tawa ditempat ramai.
***
Malam di Cordoba itu menyimpan
makna. Dibalik cahaya bulan , dipelataran Resto Seaside Cordoba. Dia
melambaikan tangan sambil tersenyum. Wajah yang tak asing bagiku. Wajah yang
menanamkan memori terindah dalam hidupku.
“ You look to young and beautiful.
How are you?“ Masih seperti dulu keindahan tutur katanya. Tapi wajahnya telah nampak
menua. Matanya masih mata elang.Keras sebagai petarung dalam sepi.
“ Ya, I am fine. “ hanya itu yang
dapat kukatakan dalam keterpesonaan.
“ Aku masih mengingat segala hal
tentangmu. Aku menyadari bahwa aku bukanlah yang terbaik untukmu walau aku
berusaha memberikan cinta terbaik. Pada
akhirnya kita harus berdamai dengan kenyataan bahwa cinta tidak harus
memiliki.Kita bertemu karena Tuhan dan tentu berpisahpun karena Tuhan.” Indah sekali hikmah dibalik tutur katanya.
Itulah kata yang bersumber dari hati. Selalu indah didengar. Tidak sama dengan
kata yang keluar dari nafsu dan akal sempit.
“ Aku juga masih terus
mengingatmu setelah kita berpisah “ kataku dalam kebodohan karena lebih
bermakna naif akan kekerdilan diri. “ Mana mungkin aku kan lupakan kenangan
indah itu. Karena kenangan itulah yang membuatku belajar menarik hikmah. Bahwa
tidak ada hubungan yang sempurna kecuali cinta sempurna. Aku masih mencari dan mencari tempat
berlabuh.Entah sampai kapan“ Berakhirlah sudah kegalauan. Maka diapun
tersenyum. Kami akan tarus saling merindukan sebagai sahabat. Saling mendoakan tentunya.
“ Mungkin besok aku akan
menemukan pria yang pantas untukku dan kenangan tentang mu akan sirna bersama
rasa bersalahku,yang tak pernah kusesali.Karena pertemuan dengan mu begitu indah dan berkah tak tebilang yang harus ku syukuri. Dan aku yakin kamu
akan baik baik saja dan tidak menyesali pertemuan kita. “ Gundah berakhir , maka
yang timbul adalah keikhlasan. Cintaku telah tergantikan oleh cinta Allah melalui
pria yang dikirim untukku, kelak…
Diapun berlalu ditengah kerlap
kerlip lampu malam. Tinggalah aku dalam kesendirian. Senja itu akan selalu
abadi dalam memoriku. Cinta tidak selalu harus bersatu. Kepada Tuhan lah semua
cinta itu berakhir. Bersua karena Tuhan dan berakhir karena Tuhan