Monday, December 07, 2015

Selamat tinggal...

Senja itu menyimpan makna tentang kegundahan yang tak pernah terjawabkan. Keindahan cahaya tamaram lampu disenja Laut Cordoba. Ingin rasanya berlari mengejar setiap noktah cahaya senja yang terus merangkak keufuk peraduannya. Tapi hati ini begitu tak berdaya diatas kehampaan makna hasrat yang tersembunyi. Bagai lenguhan nafas manusia yang lelah berburu tanpa tujuan. Kemanakah langkah harus diarahkan.? Sementara rasa rindu yang tak bertepi selalu hinggap didalam kalbu. Benarkah aku jatuh cinta padanya ? Apakah ini hanya photomorgana ditengah gurun sepi, yang membuatku berlari menggapainya karena dahaga akan cinta dari seorang pria. Ataukah kehadiranya hanya sebatas intermezo disela sela panantian jodohku.

“ Sedang apakah kamu kini ?”.Mungkin itu katanya bila ingat akan aku. Seperti biasa , dia akan selalu tersenyum bila meririndukanku. Kemudian hayalannya terbang kedunia yang antah berantah. Hayalan akan kesempurnaan dari seorang wanita sahabat sejiwanya.Hari berlalu ,minggu terlewati dan bulanpiun berganti, sosoknya menghias hidupku. Mengisi hari hariku dengan penuh warna keindahan. Tapi aku tak bisa mengakui itu semua. Aku biarkan rindu berlalu namun aku tak bisa menghentikan satu kata  "... aku rindu ... “

"Mungkin kamu terlalu baik bagi ku “ Katanya. Itu menyayat hatiku dibalik lirih suara ketakberdayaannya. Ingin segera kudekap kesenduaanya tapi ada hijab yang membuatku harus percaya bahwa dia tidak pantas untuk didekati, apalagi dimiliki.

Tak pernah kumengerti bagaimana ada awal namun sulit sekali dakhiri. Berawal dari kuridor Hilton Hotel , Shanghai, Pudong , dari ayunan langkah seorang pria yang nampak percaya diri dan anggukan berhias senyuman, datang menghampiriku. Kali petama mengenalnya, dia mempesonaku. Seakan begitu mudah menjadi kenyataan. 

“ Ni Hau “ kalimat yang keluar dari bibirnya menyapaku. Kemudian dan selanjutnya selalu menjadi indah. Kebesamaan denganya membuat aku mengenal dunia yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Dia membuat ku selalu tersanjung. Dia mendengar keluhanku dan berbuat untuk menjagaku. Dia mengerti segala sikapku. Dia sabar dibalik keperkasaannya untuk merengkuhku. Dia punya segala galanya untuk menaklukanku namun itu tidak pernah dilakukannya. Dia begitu sederhana bersikap dan selalu menjadikanku istimewa.

“ Aku pria beristri. Aku menyukaimu karena kesederhanaanmu. Tak banyak ku berharap kecuali mendapatkan rasa aman dan nyaman dari hubungan kita “ 

Sekali lagi aku terjerambab tak berdaya. Dia bagai elang kehilangan sayap. Ingin mencapai langit namun kakinya terantai. Sementara asanya selalu ada untuk ku. Tapi mengapa aku tak bisa mengakiri ini semua. Mengapa aku membiarkan kelelahannya dalam penantian. Kugapai bayangan dari setiap makna yang tersirat namun aku tak pernah mampu menggapainya menjadi kenyataan.

Ketika pagi bersinar cerah. Aku berlari kearahnya sambil merentangkan tanganku dan dia menyambut dengan hangat. Selalu begitu. Membuat diriku begitu berartinya. Terasa mentari hanya untuk menerangi keindahan dan kecantikanku. Dibalik lesung pipiku , wajahku merona kemerahan “ Senang sekali , kamu datang untuk menemuiku. Duh rasa rindu terobati jua. Berbulan dalam penatian , larutlah sudah. “ Kataku

lagi lagi dia kehilangan kekuatan untuk menyusun kata. ‘ aku juga rindu kamu...” hanya kalimat lemah ini yang mampu terangkai. Kubiarkan dia bercoleteh tentang bisnisnya dan obsesinya. Kucoba menatap keceriaanya dalam senyuman. Ingin kugali dibalik keperkasaannya untuk kutentukan langkahku.

“ Ada yang tak mungkin bertaut diantara kita. “ akhirnya aku mengatakan jua.

“ Ada apa , ....”

“ Agama kita berbeda “ kuberanikan diri untuk sampai kedermaga kegalauanku. Ada mendung dibalik wajah pria itu. Nampak wajah lelah dan kalah. Aku tahu itu sebagai tanda aku harus pergi dari dia.Pergi untuk tidak akan kembali lagi…

“ Mengapa baru kini kamu sampaikan. Mengapa awalnya kamu tidak pedulikan ini. Mengapa ini begitu penting bagimu. Mengapa kamu biarkan hati ini tenggalam dalam laut dalam. “ Wajahnya menyimpan luka. Menyentuh perasaan wanitaku. Ingin melupakan apa yang sudah kukatakan. Ingin kuhibur dia dengan menerima sikapnya. 

“ Tak mungkin bagiku menerima pria  yang berbeda paham agama. “ Aku tetap bersikap dan dia menderita karena itu.

Mengapa tidak mungkin. Bukankah kita memiliki cinta untuk menerima perbedaan itu. Cinta kita akan mampu meredam setiap perbedaan diantara kita Bukankah kamu mencitaiku. Bukankah kamu telah berjanji setia untukku. Bukankah kamu inginkan aku menjadi belahan jiwamu, bukankah....” ah dia buat aku tersungkur dalam lubang hitam. Dia buat aku kehilangan ego sebagai wanita bila aku tak mampu menjemput katanya.

Kembali aku tersungkur. Cinta begitu indah dalam maknanya. Sementara aku sendiri kehilangan makna kecuali iman yang tak mungkin tergadaikan hanya karena seorang pria. Hanya karena cinta manusia. Cinta yang berbatas rasa dan karsa. Cinta yang tanpa keabadian bila tanpa rihdo Tuhan.

“ Bila ini yang kamu mau maka kusadari bahwa kamu tak pernah mencitaiku...Mungkin sudah nasipku bila pada akhirnya semua wanita terdekatku selalu punya alasan untuk meninggalkanku ” 

Diapun berlalu , menerima kalah dan pasrah. Ingin kukejar dan memeluknya untuk dia mengerti sikapku.. Namun tak sanggup kaki ini bergerak. Aku menangis ditempat sepi dan seakan selama ini kebersamaan dalam keceriaan hanyalah menumpang tawa ditempat ramai.

***
Malam di Cordoba itu menyimpan makna. Dibalik cahaya bulan , dipelataran Resto Seaside Cordoba. Dia melambaikan tangan sambil tersenyum. Wajah yang tak asing bagiku. Wajah yang menanamkan memori terindah dalam hidupku.

“ You look to young and beautiful. How are you?“ Masih seperti dulu keindahan tutur katanya. Tapi wajahnya telah nampak menua. Matanya masih mata elang.Keras sebagai petarung dalam sepi.

“ Ya, I am fine. “ hanya itu yang dapat kukatakan dalam keterpesonaan.

“ Aku masih mengingat segala hal tentangmu. Aku menyadari bahwa aku bukanlah yang terbaik untukmu walau aku berusaha memberikan cinta terbaik.  Pada akhirnya kita harus berdamai dengan kenyataan bahwa cinta tidak harus memiliki.Kita bertemu karena Tuhan dan tentu berpisahpun karena Tuhan.”  Indah sekali hikmah dibalik tutur katanya. Itulah kata yang bersumber dari hati. Selalu indah didengar. Tidak sama dengan kata yang keluar dari nafsu dan akal sempit.

“ Aku juga masih terus mengingatmu setelah kita berpisah “ kataku dalam kebodohan karena lebih bermakna naif akan kekerdilan diri. “ Mana mungkin aku kan lupakan kenangan indah itu. Karena kenangan itulah yang membuatku belajar menarik hikmah. Bahwa tidak ada hubungan yang sempurna kecuali cinta sempurna.  Aku masih mencari dan mencari tempat berlabuh.Entah sampai kapan“ Berakhirlah sudah kegalauan. Maka diapun tersenyum. Kami akan tarus saling merindukan sebagai sahabat.  Saling mendoakan tentunya.

“ Mungkin besok aku akan menemukan pria yang pantas untukku dan kenangan tentang mu akan sirna bersama rasa bersalahku,yang tak pernah kusesali.Karena pertemuan dengan mu begitu indah dan berkah tak tebilang yang  harus ku syukuri.  Dan aku yakin kamu akan baik baik saja dan tidak menyesali pertemuan kita. “ Gundah berakhir , maka yang timbul adalah keikhlasan. Cintaku telah tergantikan oleh cinta Allah melalui pria yang dikirim untukku, kelak…

Diapun berlalu ditengah kerlap kerlip lampu malam. Tinggalah aku dalam kesendirian. Senja itu akan selalu abadi dalam memoriku. Cinta tidak selalu harus bersatu. Kepada Tuhan lah semua cinta itu berakhir. Bersua karena Tuhan  dan berakhir karena Tuhan

No comments:

Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...