Seseorang mengirim pesan kepada saya lewat Inbox Fb. Awalnya pesan itu tidak sempat terbaca oleh saya karena begitu banyaknya inbox yang masuk setiap hari. Namun pengirim pesan memberikan comment di wall saya untuk mengingatkan saya agar membaca pesannya. Setelah saya baca pesannya. Saya terhenyak. Apa pesannya ? inilah pesannya " Apa yang salah degan saya ?? kata Keajaiban sedekah yang sering di ceritakan oleh para kyai dan ustadz belum terbukti pada saya. Dan janji Allah yang akan melipat gandakan setiap harta yang di sedekahkan pun belum terbukti. Beberapa tahun yang lalu saya menjual satu buah motor dan semua uangnya saya sedekahkan pada yatim, fakir miskin dan dhuafa. Selang 2 tahun kemudian saya menjual satu ekor kerbau untuk beli 2 ekor kambing buat qurban abah dan umy. Namun apa yang terjadi pada saya? Alih2 saya berharap keajaiban sedekah, sekarang saya malah menganggur setelah beberapa bulan menikah dan punya satu anak. Bahkan mertua dan orang tua saya sekarang membenci saya karena saya nganggur. Apa yang terjadi pada saya pak ?? Hancur hati saya.."
Memang di era sekarang banyak dai selebrititas. Dengan piawai sang dai melantunkan berbagai dalil ( teori) tentang memberi akan dapat menggandakan harta, sebagian orang awam beragama tak peduli apakah itu hadith atau firman Allah jadi dalil benar tafsirnya. Mereka mungkin kagum kepada pendakwah, tapi tak peduli kebenaran yang disampaikan.. Di pikiran mereka hanya dalil hebat bahwa sedekah bisa menggandakan harta. Apa yang dikatakan Marx tepat di sini: firman Tuhan ditangan pendakwah menjadi dalil ”sifat metafisik yang halus” dan ”kesantunan theologis”.atau tesis Kapitalisme ber Tuhan,tepatnya.
Tapi ada yang tak disebut Marx: mereka datang mendengar pendakwah bukan dengan kepala kosong. Mereka bukan tabula rasa. Mereka memilih pergi ke sana dan tertarik karena mereka hidup di antara fantasi, mimpi, hasrat, yang sudah mengisi diri mereka, bertaut dengan hal-hal yang telah membentuk impian sosial dan ekonomi. Antara aku dan laba dalam dalil itu ada satu proses perantaraan, terutama oleh media—majalah, sosmed , buku, berbicara menjadi kaya karena sedekah, sinetron ala Raam Punjabi, dan entah apa lagi—yang membentuk rakus: sorga dan harta berlipat bila bersedekah..
Keliatannya banyak pendakwah menjadi Madoff yang membujuk jamaat gereja untuk menginvestasikan uangnya di pasar derivatif agar untungnya disumbangkan untuk amal. Madoff begitu piawai meyakinkan jamaat bahwa niat investasi karena Tuhan akan menggandakan uang sehingga lebih banyak orang miskin yang tertolong..Nyatanya mereka para jamaat itu yang jatuh miskin lebih dulu dan madoff semakin kaya. Walau akhirnya Madoff masuk penjara karena tuduhan penipuan,namun orang orang yang percaya dakwahnya tetap miskin.
Sehingga mereka lupa bahwa Rasul yang paling hebat bersedekah tetap miskin. Para sahabat Rasul yang jadi khallfah, yang terus bersedekah namun tetap miskin. Bahkan Umar abdul Azis yang tadinya kaya raya , setelah jadi khalifah mendermakan semua hartanya..dan dia tetap miskin diatas singgasana. Mereka bersedekah tidak untuk kaya tapi untuk semakin dekat kepada Tuhan. Sangking cintanya kepada Tuhan mereka takut kaya. Mengapa ? orang kaya itu berat sekai cobaannya.
Nah..anakku, benar rezeki itu dari Tuhan namun Tuhan tidak pernah kirim uang ke rekening mu. Kamu harus bekerja keras agar uang datang ke rekeningmu. Karena itu Tuhan bangga akan dirimu. Mengapa ? karena kamu telah melaksanakan sunatullah. Kalau mendapat maka berbagilah sepantasnya tanpa membuatmu zolim terhadap dirimu sendiri. Ketika memberi sedekah maka tak usah dipikirkan apapun, apalagi mujizat berlipat gandanya harta, kecuali ridho Allah. Ingat Tuhan menilai kamu bukan dari jumlah yang kamu beri tapi dari ikhlasnya.
Memberilah karena Tuhan Titik. Selanjutnya biarlah itu urusan Tuhan dan kamu harus terus bekerja keras sepanjang usia untuk hidup. Ingat tidak ada too good to be true. Hasilnya tergantung seberapa besar effort, kecerdasan mu, bukan seberapa besar sedekahmu.