Bangsa China adalah bangsa yang
dikondisikan secara politik untuk tidak mengenal Tuhan. Program pemisahan
antara negara dan agama, telah membuat agama tidak lagi sebagai alat propaganda
untuk kebaikan, kebenaran dan keadilan.Semua program adalah milik partai dan
hanya partai yang boleh dipercaya. Bacalah Buku Merah Mao maka semua penuh
dengan ajakan dan semangat untuk bekerja keras, jujur, sopan santun, mengabdi,
ikhlas dan pantang menyerah untuk kebaikan, dll. Walau secara politik rakyat China dikungkung
dengan ketat sesuai dengan agenda partai namun
Partai mampu mendelivery kemakmuran kepada rakyatnya. Walau tidak semua
menikmati kemakmuran namun by design negara menuju kepada kemakmuran dan prosesnya
nyata nampak dan dirasakan oleh seluruh rakyat dan disaksikan oleh seluruh dunia.
Padahal China tidak mengenal Tuhan tapi mengapa mereka bisa berbuat dengan
bahasa Tuhan? Seorang teman pernah berkata kepada saya sambil
tersenyum bahwa walau bangsa china tidak menjadikan Agama sebagai dasar negara
namun mereka juga adalah makhluk bernama manusia. Mereka juga ada karena Allah
yang menciptakan. Dan ingat bahwa manusia itu diciptakan Allah dengan sangat
sempurna. Jadi jangan kaget kalau China bisa berbuat seperti itu. Walau secara formal pejabat
China tidak mengakui Agama namun ketika mereka merancang aturan, menerapkan
program pembangunan dll, mereka bersandar kepada Kebudayaan. Setiap bangsa didunia punya kebudayaan sesuai dengan
geographisnya masing masing. Ayat ayat
Allah tersebar di alam semesta ini dan dari situlah manusia belajar membangun
kebudayaan agar kehidupan menjadi tertip dan damai.
Di China dikenal dengan Tao. Didalam Tao itu terdapat etika,moral yang bersandar kepada norma. Moral senantiasa mengacu kepada baik buruknya perbuatan. Norma moral dijadikan sebagai tolok ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia. Nah, Kalau etika lebih bersifat teori sementara moral lebih bersifata praktis. Contoh , moral menyatakan ukuran , etika menjelaskan ukuran itu . Bila etika bersifat universal sementara moral bersifat lokal ( budaya ). Etika di AS belum tentu sama dengan moral di Indonesia. Dibelakang moral, ada norma yang menjadi dasar berbuat. Norma itu menyangkut aturan , pedoman yang bersifat normative. Dengan norma inilah China membangun peradapan agar masyarakatnya dapat tertib dan sejahtera. Apakah ini sudah benar? Menurut saya itu benar namun tidak sempurna. Karena China tidak berlandaskan agama tapi hanya berlandaskan kepada kebudayaan sebagai makhluk fitrah maka jelas perbuatannya berangkat dari kepentingan nafsu.Para pemimpin berusaha menjaga pertumbuhan ekonomi dan memacu pertumbuhan ekonomi karena takut kekuasaan partai akan hancur. Mengapa pemerintah China melarang korupsi, prostitusi karena takut moral kader partai hancur dihadapan rakyat dan membuat rakyat marah. Singkatnya apapun yang dilakukan pemerintah China tak lain untuk kepentingan partai, bukan karena kepentingan Allah. Liatlah bagaimana propaganda pemerintah ketika dalam setiap upacara dan parade. Selalu menampilkan kemegahan dan sesembahan kepada partai. Mereka cenderung membangun ilusi yang seperti Amerika Serikat lakukan, yang hanya masalah waktu akan meledak jadi masalah sosial dan derita.
Tapi bagaimana dengan negara yang mayoritas beragama islam, dan bahkan ada negara yang telah mempunyai syariah islam tapi tetap saja tidak islami. Daftar negara terkorup didunia didominasi oleh Negara yang mayoritas beragama Islam, bahkan seperti di Aceh yang menerapkan syariah Islam, justru menempati urutan kedua sebagai daerah terkorup diIndonesia. Pelacuran dan kemaksiatan terus berkembang tanpa bisa menghilangkan. Mengapa ? kata teman saya dengan tangkas. Saya katakan bahwa mereka belum berislam. Mereka hanya menggunakan islam sebagai simbol untuk kepentingan golongan dan politik. Makanya hasilnya pasti korup. Inti dari ajaran islam itu adalah Akhlak. ‘Akhlak’ dan ‘khaliq’ (pencipta) memiliki akar yang sama yakni ‘khalaqa’. Allah berfirman, “Tidaklah Aku menciptakan (khalaqtu) jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat 56). Al-Khaliq merupakan asma Allah (nama Allah) yang mulia. Allah juga memiliki nama al-Salam, yang ternyata juga satu derivasi dengan kata al-Islam. Hal ini menandakan bahwa akhlak dalam Islam itu terkait erat dengan teologi. Seorang Muslim mengamalkan akhlak bukan karena dorongan duniawi, tapi semata berdasarkan perintah Allah Swt yang Maha Pencipta (al-Khaliq).Sejalan dengan itu, dalam pendidikan etika, Islam memiliki konsep adab. Pendidikan Islam yang tepat itu adalah pendidikan ta’dib. ‘Ta’dib’, dan ‘adab’ berasal dari kata ‘adaba’.Adab memiliki arti; kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti, menempatkan sesuatu pada tempatnya, keadilan dan lain-lain. Adab juga dapat berarti mendisiplinkan jiwa dan fikiran.
Di China dikenal dengan Tao. Didalam Tao itu terdapat etika,moral yang bersandar kepada norma. Moral senantiasa mengacu kepada baik buruknya perbuatan. Norma moral dijadikan sebagai tolok ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia. Nah, Kalau etika lebih bersifat teori sementara moral lebih bersifata praktis. Contoh , moral menyatakan ukuran , etika menjelaskan ukuran itu . Bila etika bersifat universal sementara moral bersifat lokal ( budaya ). Etika di AS belum tentu sama dengan moral di Indonesia. Dibelakang moral, ada norma yang menjadi dasar berbuat. Norma itu menyangkut aturan , pedoman yang bersifat normative. Dengan norma inilah China membangun peradapan agar masyarakatnya dapat tertib dan sejahtera. Apakah ini sudah benar? Menurut saya itu benar namun tidak sempurna. Karena China tidak berlandaskan agama tapi hanya berlandaskan kepada kebudayaan sebagai makhluk fitrah maka jelas perbuatannya berangkat dari kepentingan nafsu.Para pemimpin berusaha menjaga pertumbuhan ekonomi dan memacu pertumbuhan ekonomi karena takut kekuasaan partai akan hancur. Mengapa pemerintah China melarang korupsi, prostitusi karena takut moral kader partai hancur dihadapan rakyat dan membuat rakyat marah. Singkatnya apapun yang dilakukan pemerintah China tak lain untuk kepentingan partai, bukan karena kepentingan Allah. Liatlah bagaimana propaganda pemerintah ketika dalam setiap upacara dan parade. Selalu menampilkan kemegahan dan sesembahan kepada partai. Mereka cenderung membangun ilusi yang seperti Amerika Serikat lakukan, yang hanya masalah waktu akan meledak jadi masalah sosial dan derita.
Tapi bagaimana dengan negara yang mayoritas beragama islam, dan bahkan ada negara yang telah mempunyai syariah islam tapi tetap saja tidak islami. Daftar negara terkorup didunia didominasi oleh Negara yang mayoritas beragama Islam, bahkan seperti di Aceh yang menerapkan syariah Islam, justru menempati urutan kedua sebagai daerah terkorup diIndonesia. Pelacuran dan kemaksiatan terus berkembang tanpa bisa menghilangkan. Mengapa ? kata teman saya dengan tangkas. Saya katakan bahwa mereka belum berislam. Mereka hanya menggunakan islam sebagai simbol untuk kepentingan golongan dan politik. Makanya hasilnya pasti korup. Inti dari ajaran islam itu adalah Akhlak. ‘Akhlak’ dan ‘khaliq’ (pencipta) memiliki akar yang sama yakni ‘khalaqa’. Allah berfirman, “Tidaklah Aku menciptakan (khalaqtu) jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat 56). Al-Khaliq merupakan asma Allah (nama Allah) yang mulia. Allah juga memiliki nama al-Salam, yang ternyata juga satu derivasi dengan kata al-Islam. Hal ini menandakan bahwa akhlak dalam Islam itu terkait erat dengan teologi. Seorang Muslim mengamalkan akhlak bukan karena dorongan duniawi, tapi semata berdasarkan perintah Allah Swt yang Maha Pencipta (al-Khaliq).Sejalan dengan itu, dalam pendidikan etika, Islam memiliki konsep adab. Pendidikan Islam yang tepat itu adalah pendidikan ta’dib. ‘Ta’dib’, dan ‘adab’ berasal dari kata ‘adaba’.Adab memiliki arti; kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti, menempatkan sesuatu pada tempatnya, keadilan dan lain-lain. Adab juga dapat berarti mendisiplinkan jiwa dan fikiran.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Bukhari). Nabi Muhammad Saw datang membawa ajaran agama Islam dengan satu misi yaitu misi menyempurnakan Akhlak melalui menyempurnakan ajaran para Nabi sebelumnya. Bahwa al-Qur’an merupakan pengoreksi terhadap ajaran Kitab-Kitab Suci sebelum Nabi Muhammad Saw. Agama Islam merupakan agama fitrah. Karena itulah, akhlak Nabi Muhammad Saw disebut akhlak al-Qur’an. Maka, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud akhlak itu adalah agama Islam itu sendiri. Dan praktik akhlak tidak boleh keluar dari jalur rambu-rambu Islam. Bahwasannya agama Islam itu agama yang berbudi. Sedang berakhlak itu adalah melaksanakan syariat yang ditetapkan dalam agama Islam. Tidak boleh disebut berakhlak jika bertentangan dengan syariat Islam. Syariat dan akhlak merupakan satu-kesatuan yang tak terpisah. Syariat itu adalah melakukan segala sesuatu hanya karena niat untuk beribadah kepada Allah. Setiap perbuatan nilainya tergantung dari niat. Bila niat karena Allah maka itulah nilai pahala disisi Allah walau hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Jadi bila peradaban bangsa dibangun dengan akhlak islam maka bukannya hanya kemakmuran yang dicapai tapi juga kesejahteraan. Negara sekular berkerja keras untuk kemakmuran dan itu berdiri diatas fondasi yang rapuh, yang kapanpun bisa rubuh oleh situasi dan kondisi. Sejarah telah mencatatnya dengan baik soal itu.
Suatu masyarakat dan bangsa akan disebut sebagai masyarakat dan bangsa yang maju manakala memiliki peradaban yang tinggi atas dasar akhlak yang mulia, meskipun dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi masih sangat sederhana. Sedangkan pada masyarakat dan bangsa yang meskipun kehidupannya dijalani dengan teknologi yang modern dan canggih, tapi tidak memiliki peradaban atas dasar akhlak yang mulia, maka masyarakat dan bangsa itu disebut sebagai masyarakat dan bangsa yang terbelakang dan tidak menggapai kemajuan.Kalaupun ada kemajuan , itu hanyalah ilusi. Jadi bila Akhlak baik maka semua akan menjadi baik termasuk kehidupan sosial , politik, budaya. Gerakan perjuangan mendirikan negara islam(khilafah islam) haruslah menjadi gerakan dakwah untuk meninggikan Akhlak. Bila akhlak umat telah baik maka syariah islam akan tegak dengan sendirinya. Pemimpin amanah berkahlak Al Quran akan datang dengan sendirinya. Namun bila akhlak buruk maka apapun upaya untuk menegakkan syariah hanyalah utopia, dan bila terlaksana ia akan menjadi lembaga korup.